saat langit penuh oleh warna-warni kembang api. dia menatap dari tanah gersang. berdiri diantara puing-puing sisa ledakan kemarin lusa. usianya belum genap 6 tahun. tapi 'kematian' sudah menjadi kata kedua yang ia tahu setelah mengahapal 'mama'. Husein muda berdiri memunggungi dunia yang ia kenal, dan menatap jauh menyeberang lautan. "apa ada kehidupan disana?" pikirnya. langit kelap-kelip bercahaya, meski langit tengah hitam pekat. Ia tak tahu jika malam itu 31 Desember. malam pergantian tahun. kalau pun tau, dia tak akan peduli. 31 Desember tak akan membuat dia tersenyum. 31 Desember tak akan membuat adik nya berhenti menangis karena luka sisa penyerangan kemarin lusa. 31 Desember tak akan mengembalikan ibunya yang terbaring tanpa nyawa. Ia hanya membayangkan perasaan yang tak pernah ia tahu sejak lahir. perasaan yang tak pernah bisa diajarkan ibu nya, karena memang tak terasa di sana. hidup yang damai. dan bebas tertawa. jika ia menyadari, ia akan memilih untuk menikmati konser musik akhir tahun di hotel; BBQ-an bersama keluarga; dinner bersama teman-teman;atau sekedar menyaksikan Televisi, tanpa berita tentang Tepi Barat,Gaza dan bom bunuh diri. Dibanding berdiri di antara puing-puing bangunan, yang sminggu lalu masih dia sebut 'rumah'. ... Tangisan husein tak kan terdengar meski ia meraung. dunia terlalu sibuk meniup terompet malam ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H