Mohon tunggu...
wisnu imamsafii
wisnu imamsafii Mohon Tunggu... Desainer - mahasiswa di universitas sebelas maret surakarta jurusan desain interior

mahasiswa desain interior UNS yang sedang menempuh semester 6 dengan hobi fotografi, film, dan menggambar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengembangan dan Komersialisasi Aksesoris Interior dari Bahan Kain Perca di Bank Sampah Gulon, Surakarta

17 Juli 2024   00:23 Diperbarui: 17 Juli 2024   00:31 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Industri fashion dan tekstil, meskipun memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian, juga memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan. Data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) menunjukkan bahwa sampah kain menyumbang 2,5% dari total volume sampah di Indonesia. Meskipun persentasenya tampak kecil, tindakan pembuangan pakaian terus meningkat, memperbesar angka sampah pakaian. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2021 melaporkan melalui SIPSN bahwa Indonesia menghasilkan 2,3 juta ton limbah pakaian, yang setara dengan 12% dari limbah rumah tangga. 

Dari jumlah tersebut, hanya 0,3 juta ton yang berhasil didaur ulang, sementara sebagian besar limbah lainnya mencemari lingkungan, termasuk mikroplastik dari serat polyester yang mencemari lingkugan. Kain perca adalah sisa kain atau limbah yang dihasilkan dari konveksi, pabrik pakaian, atau pabrik garmen yang memproduksi pakaian, sprei, dan barang lain berbahan kain. Proses produksin pakaian oleh penjahit atau konveksi menghasilkan banyak limbah kain yang disebut kain perca. Limbah kain ini termasuk jenis anorganik yang sulit diproses karena tidak dapat terurai dan tidak dapat dikompos. 

Pembakaran limbah kain akan menghasilkan gas dan asap beracun yang berbahaya bagi lingkungan sekitar. Untuk mengatasi masalah ini, kain perca perlu diubah menjadi produk yang memiliki nilai jual dan nilai estetika, sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Banyak pengrajin kain perca mengalami kesulitan dalam memasarkan produk mereka karena keterbatasan pengetahuan tentang penggunaan teknologi modern seperti media sosial dan website. 

Akibatnya, mereka hanya menjual secara manual tanpa memanfaatkan teknologi, sehingga produk mereka tidak dapat dikenal secara luas, yang pada akhirnya mempengaruhi omzet penjualan.

dengan adanya masalah tersebut team KKN gulon 24 sebagai peneliti yang beranggotakan dosen dan mahasiswa mengadakan workshop pembuatan video tutorial desain produk aksesoris interior sebagai upaya meningkatkan komersialisasi usaha bank sampah gulon, Workshop ini berkolaborasi dengan komunitas Bank Sampah gulon asri di desa gulon.

kegiatan workshop pembuatan video tutorial desain produk aksesoris interior sebagai upaya meningkatkan komersialisasi usaha bank sampah dihadiri oleh 10 ibu-ibu anggota aktif bank sampah gulon asri, 7 dosen Desain interior UNS, dan 12 mahasiswa team KKN gulon 24. Workshop ini dimulai pukul 13:30 yang dibuka dengan sambutan dari perwakilan penyelengara dan peserta pengabdian, selama acara berlangsung peserta sangat antusias dan memperhatikan materi yang diberikan juga mempratekkan sesuai dengan arahan penyelengara. 

Selama sesi workshop, peserta diberi berbagai opsi desain produk aksesori interior yang menarik dan inovatif oleh para mahasiswa yang menjadi pendamping. Para mahasiswa ini, yang telah mempersiapkan diri dengan baik, membagikan beberapa contoh desain yang mencakup berbagai gaya dan fungsi, mulai dari lampu tidur , tas laptop , hingga hiasan dinding. Setiap desain dipilih dengan mempertimbangkan aspek estetika, fungsionalitas, dan potensi pasar. Peserta workshop kemudian dibagi menjadi lima kelompok kecil. 

Pembagian ini dilakukan agar setiap peserta dapat lebih fokus dan mendapatkan bimbingan yang lebih intensif dari para mahasiswa pendamping. Dalam suasana yang positif, peserta dengan semangat memotong, menyambung, dan menjahit kain perca untuk menciptakan produk-produk kreatif.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Setelah mengikuti workshop pengembangan produk, peserta melanjutkan dengan workshop strategi pemasaran produk menggunakan media teknologi, khususnya media sosial. Dengan demikian, mereka dapat menjangkau target pasar yang lebih luas dan membuat produk mereka dikenal oleh banyak orang, yang diharapkan akan berdampak positif pada penjualan. Metode workshop ini memberikan dampak positif bagi peserta. Mereka belajar tentang kreativitas dalam mengolah limbah kain perca menjadi produk bernilai tinggi, sekaligus memperoleh pengetahuan tentang strategi pemasaran produk. 

Hal ini memungkinkan produk kain perca mereka lebih dikenal oleh masyarakat. Dukungan intensif dari mahasiswa sebagai pendamping membuat suasana workshop semakin atraktif

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Meskipun waktu terbatas, peserta tetap bersemangat menyelesaikan produk mereka dan mempelajari strategi pemasaran. Tujuan akhir dari workshop ini adalah mendorong peran aktif Bank Sampah Gulon Asri dan masyarakat Jebres dalam menanggulangi dampak sampah kain perca di lingkungan sekitar melalui inovasi kreatif, serta menjadikan produk mereka
lebih dikenal oleh masyarakat luas melalui media sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun