Ketika saat ini kita memasuki jaman era Digital, ada beberapa budi luhur kehidupan yang mulai terkikis.
Seperti contoh : Tangan kanan memberi, tangan kiri tidak perlu tau. Ngeluruk tanpa bala, sekti tanpo aji-aji. ( Menyerang Tanpa Pasukan, Kekuasaan sering kali tercipta karena kemenangan Fisik )
Sepi ing pamrih, rame ing gawe. ( Sedik it mengharap imbalan, Giat berkerja )Itu semua hilang ketika kita memasuki era 4.0 atau era digital ini. Sebetulnya jika semua di imbangi dengan nilai spiritualitas tentunya hal tersebut tidak menjadi dominan dan lebih bisa bijak dalam mengamalkan nilai kehidupan yang luhur.
Tentunya hal itu mengakibatkan hukum akibat yang sangat dominan.
Seperti : Panjat Sosial, semua orang merasa seakan dirinya lebih tinggi dari sesamanya. Membuat keduhan publik yang bersifat rasis bahkan ada yang rela merendahkan suatu kaum atau kelompok. Timbul Fitnah dan kabar bohong hingga Saling menghujat satu sama lain.
Entitas budaya ketimuranpun mulai luntur, tidak ada unggah ungguh tepo sliro dll. Merajut mental manusia seperti 10 atau 15 tahun yang lalu itu sangat sulit di pertahankan di jaman serba digital seperti hari ini. Karena mereka sudah mulai mendominasi pikir,sikap bahkan mental psikis kita.
Dan pada akhirnya dari semua itu kembali kepada pribadi kita masing-masing dalam menentukan sikap dan mendidik genarasi penerus untuk masa yang akan datang.
Kenapa hal itu sebetulnya menjadi beban moral tersendiri, bayangkan jika desa desa di seluruh indonesia tidak di isi oleh pemudanya. Yang datang hanya para pendatang atau investor, mereka merusak tatanan nenek moyang yang sudah lama di lakukan. Saya khawatir jika 25 atau tahun lagi kegiatan-kegiatan yang bersifat ngudar kawening budoyo, itu akan hilang. Seperti nyadran, merti kali jika di tanah jawa dan banyak lagi ribuan budaya lainya di indonesia yang akan hilang, karena tidak ada yang melestarikan budaya itu.
Saat ini perkembangan semakin mengejar manusia , sedangkan manusia tidak berusaha lari lebih cepat dan akhirnya di paksa untuk menerima semua itu dengan pola yang sudah tersystem.
Semoga kita selalu dalam lindungan Gusti ingkang mogo agung, bisa terus nguri-uri tanah leluhur cikal bakal, menjaga identitas budaya nusantara, memperkuat kerukunan menciptakan harmoni Bhineka tunggal ika di bumi pertiwi ini dimasa yang akan datang.
Jogjakarta, 12 Mei 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H