Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

{Tantangan 100 Hari Menulis Novel} Senandung Cinta dari Selat Malaka "2"

16 Maret 2016   14:37 Diperbarui: 16 Maret 2016   16:58 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber fhoto/Hr Medan Bisnis"][/caption]Sebelumnya......

Setelah menjanda Syarifah permisi kepada Apek Hai untuk berjualan kopi ditangkahan milik Apek Hai. Dan Apek Hai ternyata tidak keberatan dengan keiinginan Syaripah untuk membuka warung kopi kecil kecilan ditangkahan milik nya itu Malah Apek Hai turut memberikan bantuan modal kepada Syaripah untuk membuka warung kopi itu

            Dilangit cahanya merah dari sinar mata hari mulai memudar, lampu lampu didalam pergudangan mulai dihidupkan, kesibukan didalam gudang juga terlihat mulai berangsur sepi. Hanya tampak ada beberapa orang lagi yang masih menunggu untuk ditimbang ikannya. Mereka ada yang duduk diatas kursi yang disediakan didalam gudang itu, dan ada pula yang duduk diatas viber tempat ikan yang banyak terdapat didalam gudang itu.

            “ Kopi satu kak?”, Azis mengambil tempat duduk disudut warung kopi syarifah. Dari tempat dia duduk matanya bisa melepas pandangan dengan leluasa kearah dalam gudang maupun ketengah samudra Selat Malaka.

            “ Belum bongkar Zis?” Tanya Syarifah, sembari meletakkan secangkir kopi pesanan Azis diatas meja.

            “ Belum kak, agak kesorean kami masuk”, jawab Azis dengan bahasa melayu yang kental. Aziz mengaduk kopi yang telah ada  dihadapannya

            “ Banyak dapat ikannya?” , susul Syarifah lagi bertanya sebelum ia beranjak untuk membuatkan kopi pesanan yang lain.

            “ Lumayan jugalah kak, tak terutang belanja”, Azis mengangkat cangkir kopinya lalu menyeruputnya sedikit demi sedikit, kemudian ia mengambil rokok dari saku bajunya, dipasangnya sebatang, dan dihisapnya dalam dalam

            “ Zis, kamu sudah bongkar?” wak Udin bertanya dia baru keluar dari dalam gudang.

            “ Belum wak. Orang uwak udah bongkar?, Tanya Azis balik bertanya

            “ Sudah, agak siang tadi kami merapat”, jawab wak udin, tangannya dengan lincah melinting tembakau dengan daun nipah yang sudah dikeringkan. Kemudian dia berpaling kea rah Syarifah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun