Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sepenggal Kisah tentang Nasionalisme Warga Turunan Tionghoa

24 Mei 2017   13:26 Diperbarui: 24 Mei 2017   23:23 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Fhoto/Detik News.com

Banyak pihak yang berpendapat jika dikalangan warga turunan Tionghua tidak memiliki rasa nasionalisme terhadap berbangsa dan bernegara dalam lingkaran Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), boleh jadi pendapat yang demikian itu benar. Tapi disisi lain, boleh jadi juga pendapat seperti itu adalah keliru. Contoh kecil yang kita ambil adalah Basuki Tjahya Purnama (Ahok).

            Siapa yang mengatakan jika semangat nasionalisme Ahok, warga Indonesia turunan Tionghua itu dalam berbangsa dan bernegara didalam lingkaran NKRI tipis. Jika ada yang menilai rasa nasionalisme Ahok begitu tifis, tentu penilaian ini adalah salah. Melihat sikap Ahok ketika menjabat sebagai politisi dan pemerintahan, begitu kental rasa nasionalismenya terhadap NKRI.

            Disaat para politisi yang duduk dilembaga Legeslatif ramai ramai melakukan korupsi bancakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Ahok tidak turut didalamnya, malah Ahok dianggap duri dalam daging dikalangan para anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) karena  Ahok tidak mengambil yang bukan haknya.

            Bahkan untuk biaya Perjalanan Dinas, Ahok hanya mengambil sesuai dengan dana yang digunakannya, jika berlebih Ahok mengembalikannya. Akibat ulah Ahok yang tidak ingin menjadi beban rakyat Indonesia, maka ketika Ahok menjadi anggota DPR RI sering berpindah pindah Komisi, karena Ahok dianggap orang yang tidak bisa diajak bekerja sama untuk menggerogoti uang rakyat yang diberikan kepada Negara.

            Rasa nasionalisme dikalangan warga Tionghua sudah terbangun sejak negeri ini dalam cengkraman penjajah colonial Belanda. Banyak kalangan warga Tionghua yang turut berjuang dalam merebut kemerdekaan negeri ini. Seperti yang diperlihatkan oleh Liem Koen Hian, warga Tionghua yang memeiliki penerbitan surat kabar yang bernama Sin Tit Po, surat kabar yang cukup terkenal saat itu.

            Liem begitu berani untuk melakukan pembaikotan terhadap pemberitaan  pertandingan Sepak Bola yang digelar oleh Nederlandsch Indisce Voetbal Bond (NIVB) yang merupakan Asosiasi sepak bola yang menghimpun klub klub yang didirikan oleh orang orang Eropa.

            Pembaikotan itu dilakukan oleh Liem, karena disebabkan pihak Belanda melarang para wartawan Bumi Putra dan non kulit putih untuk meliput berita pertandingan itu. Pembaikotan itu tidak terlepas dari rasa ketersingungan Liem terhadap sikap para wartawan Belanda yang menganggap rendah jurnalis Bumi Putra. Liem merasa mengecilkan jurnalis Bumi Putra, sama dengan mengecilkan dirinya.

Bagi Liem Indonesia adalah tanah air dan kebangsaan orang orang Tionghua yang lahir di Hindia Belanda, dan bukan Tionghua yang letak geografisnya jauh dari Hindia Belanda. Sikap pembaikotan yang dilakukan oleh Liem lewat surat kabarnya Sin Tit Po mendapat dukungan dari kalangan warga Tionhua, karena mereka merasa bahwa sikap Liem yang memperlihatkan rasa nasionalismenya terhadap Negara Indonesia, memberikan semangat perjuangan bagi mereka dikalangan warga Tionghua.

Rasa Nasionalis Generasi Muda Tionghua :

Setelah berakhirnya masa Liem Koen Hian yang memiliki rasa nasionalis terhadap Negara Indonesia, bukan pula berarti pupus sudah rasa nasionalisme dikalangan warga keturunan Tionghua, rasa nasionalisme itu ternyata terus berlanjut dikalangan generasi muda warga keturunan Tionghua, hal itu dibuktikan dengan kebangkitan olah raga bulu tangkis  di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun