[caption id="attachment_378682" align="alignnone" width="590" caption="Polisi Polda Riau Serbu Mahasiswa Kedalam Mushollah/Fhoto Riau Pos.co"][/caption]
Penyerbuan Polisi Polda Riau kedalam Mushollah komplek Radio Republik Indonesia (RRI) kota Pekan Baru dalam membubarkan aksi unjuk rasa mahasiswa Riau dalam menentang kedatangan Presiden Jokowidodo (Jokowi) keranah Lancang Kuning Selasa (25/11) memang tidak dapat untuk di tolerir.
Banyak pihak yang menyesalkan sikap arogan Croup Bayang Kara itu yang melakukan penyerbuan kedalam Mushollah tempat peribadatan ummad islam hanya untuk membubarkan aksi mahasiswa yang terdesak dari sikap keberutalan para petugas kepolisian yang menyatakan diri sebagai penganyon dan pelindung masyarakat. Untuk menyelamatkan diri sebahagian dari mahasiswa itu terpaksa berlindung kedalam Musholla.
Polisi yang bertugas untuk mengamankan aksi unjuk rasa mahasiswa itu seperti tidak mengindahkan ada nya aturan aturan dalam Islam untuk memasuki rumah ibadah. Dengan pakaian lengkap dan sepatu, para Polisi yang bertugas untuk membubarkan aksi unjuk rasa mahasiswa Riau itu memasuki Musholla dan menginjak injak sajadah yang ada di dalamnya. Dan yang tragisnya dalam pemberitaan Riau Pos di katakana Al-Qur’an yang sebelumnya banyak tersusun rapi di dalam lemari buku Mushollah itu jatuh dan berserakan di lantai Mushollah, akibat terjadinya saling kejar kejaran di dalam Mushollah.
Peristiwa penyerbuan Polisi kedalam Mushollah terhadap mahasiswa Riau yang melakukan aksi unjuk rasa, tentu mengingatkan kita akan peristiwa Amir Biki, di mana satu pasukan tentra juga menyerang Jemaah Amir Biki yang sedang berada di dalam Mushollah Tanjung Periuk. Dari penyerangan itu terdapat beberapa korban tewas di dalam Mushollah.
Walaupun dalam penyerbuan Pasukan Polisi kedalam Mushollah di Komplek RRI Kota pekan Baru tidak sampai mengambil korban jiwa, tapi setidaknya peristiwa ini dapat mencoreng citra Kepolisian dan melukai hati ummad Islam, karena rumah Ibadahnya di jadikan sebagai arena tindakan kekerasan kepada sekelompok mahasiswa yang telah berlindung di dalamnya.
Kapolri Jendral Polisi Sutarman memang pantas untuk mengklaripikasi peristiwa penyerbuan ke Mushollah yang di lakukan oleh anak buahnya dan sekaligus untuk meminta maaf kepada ummad islam atas tindakan kecerobohan anak buahnya yang masuk kedalam Musholla dengan menggunakan alas kaki sepatu dan menginjak injak sajadah.
Kecaman terhadap terjadinya penyerbuan Polisi kedalam Mushollah komplek RRI kota pekan Baru juga datang dari Wakil Ketua Komisi III DPR RI Beni K Harman. Beny Politisi dari Partai Demokrat ini meminta agar Kapolri Jendral Polisi Sutarman menyampaikan perminta maaf nya kepada Ummad Islam atas tindakan anak buahnya yang melakukan penyerbuan terhadap mahasiswa sampai masuk kedalam Mushallah. Karena Pristiwa ini akan dapat memicu komplik yang berkepanjangan antara Mahasiswa dan ummad Islam dengan Polri.
Sementara Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat KH Ma’rub Amin meminta agar Kapolda Riau berani bersikap tegas dengan memberi teguran dan sanksi pada oknum porsonilnya yang telah melakukan tindakan kekerasan di dalam Mushollah. Menurutnya tidak ada alas an apapun pembenaran masuk kedalam rumah ibadah dengan menggunakan alas kaki. Apa lagi melakukan pemukulan di dalam Mushollah.
Yang menjadi pertanyaan kita sekarang sudikah kiranya Kapolri Jendral Sutarman untuk meminta maaf kepada Ummad islam atas peristiwa penyerbuan anak buahnya kedalam Mushollah rumah ibadah ummat Islam itu?. Karena selama ini setiap pimpinan di lembaga Judikatif sering melakukan pembelaan dan pembenaran terhadap tindakan yang di lakukan oleh anak buah mereka, sekalipun bahwa tindakan yang di lakukan oleh anak buahnya itu menyalahi aturan dan tidak ber etika. Semoga Sutarman bisa berbesar hati demi untuk menghargai ummat Islam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H