[caption caption="Ilustrasi/Fhoto Free Media"][/caption]Hutang Negara Indonesia kepada Negara Negara berkembang menunjukkan peningkatan angka yang sangat siknifikan dari tahun ketahun. Hal ini disebabkan keterbatasan keuangan Negara, untuk mengejar tuntutan mordernisasi dalam pembangunan infrastruktur dinegara Indonesia. Kendatipun bahwa realisasi dari apa yang dinamakan modernisasi pembangunan infrastruktur itu, tidak sepenuhnya dapat untuk dinikmati oleh masyarakat, khususnya masyarakat kaum marjinal yang miskin dan terpinggirkan.
Pada dasarnya, modernisasi adalah perubahan menuju ke arah yang lebih maju, atau bisa juga disebut sebagai perubahan dari tradisional menuju modern. Modernisasi mungkin merupakan persoalan menarik yang dewasa ini merupakan gejala umum yang ada di dunia ini. Kebanyakan masyarakat di dunia dewasa ini terkait pada fenomena modernisasi, baik yang baru memasukinya, maupun yang sedang meneruskan tradisi modernisasi.
Secara historis, modernisasi merupakan suatu proses perubahan yang menuju pada tipe sistem-sistem sosial, ekonomi, dan politik yang telah berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara pada abad ke-17 sampai 19. Sistem sosial yang baru ini kemudian menyebar ke negara-negara Eropa lainnya serta juga ke negara-negara Amerika Selatan, Asia, dan Afrika. Termasuk Negara Indonesia.
Pada umumnya prekenomian kaum marjinal termasuk dalam tatanan prekonomian yang sulit. Penghasilan mereka sehari hari dibawah standar Upah Minimun Regional (UMR), sehingga mereka tidak mampu untuk tinggal dilingkungan perumahan yang layak huni. Penghasilan dibawah Standar UMR, tidak semata untuk keperluan pangan saja, tapi melainkan disana tercatat juga untuk keperluan, sandang, pendidikan anak, dan kesehatan.
Mereka tinggal berdesakan dilingkungan yang kumuh dan miskin sanitasi. Mereka mendirikan pondok pondok yang berdindingkan tepas bambu atau kardus, dengan berlantaikan tanah. Dipondok pondok inilah tempat mereka bernaung dari hujan dan panas dan dari dinginnya embun malam, dipinggiran bantaran sungai, disepanjang rel Kereta Api (KA) dan ditanah tanah kosong milik Negara. Mereka hidup dengan serba kekurangan ditengah tengah lingkungan yang ditempati oleh kaum kapitalis dan berjuis, yang minim rasa toleransi dan sosial..
Berdasarkan relis yang dibuat oleh statistic Direktoran Jendral Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Republik Indonesia menyebutkan hutang Negara Indonesia sampai penghujung tahun 2015 mencapai Rp 2.864 triliun. Dengan perinciannya sekitar 76% dari total hutang tersebut, sebesar Rp 2.171 triliun berasal dari lelang surat berharga Negara atau obligasi pada pasar uang (bursa saham) sedangkan sisanya sebesar Rp 693 triliun atau sekitar 24% bersumber dari pinjaman para kriditur domestic maupun asing.
Total hutang tersebut merupakan akumulasi dari upaya pemerintah mencari pembiayaan pembangunan sejak negeri ini merdeka 70 tahun lalu. Hampir semua rezim yang berkuasa punya andil terhadap pembengkakan hutang Negara.. Kementerian Keuangan melalui DJPPR, bahkan telah membuat simulasi hutang jatuh tempo Indonesia hingga tahun 2054 atau sampai 39 tahun ke depan.
Ledakan terbesar bom hutang Indonesia diprediksi akan terjadi dalam sembilan tahun mendatang atau pada 2024, di mana nilai hutang yang harus dibayar pemerintah pada saat itu akan mencapai Rp 240 triliun. Pada tahun 2016 dan 2019 nilai hutang jatuh tempo pemerintah Indonesia juga tergolong signifikan, yakni diperkirakan masing-masing mencapai Rp 207 triliun dan Rp 219 triliun . keseluruhan hutang hutang Negara ini jelas mempunyai pengaruh terhadap perkembangan prekonomian masyarakat.
Merobah Prilaku :
Akibat dampak dari hutang hutang Negara dan pembayarannya yang sudah jatuh tempo untuk diselesaikan, mengakibatkan terpuruknya prekonomian masyarakat, khususnya bagi kaum marjinal, hal ini dapat merobah prilaku mereka. Perobahan prilaku yang diperlihat kaum marjinal tidak saja terjadi dikalangan kaum laki lakinya, tapi mirisnya juga terjadi dikalangan kaum wanitanya.
Untuk memenuhi tuntutan kehidupan dan gaya hidup yang mereka lakoni, kaum wanitanya tidak lagi merasa malu dan sungkan untuk melakukan pekerjaan yang salah. Seperti menguntil barang barang yang berada disupermarket, menjadi pencopet dijalanan, menjadi kurir dan pengedar narkoba, menjadi penulis rekap Toto Gelap (Togel).