Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Maaf Florance Berbuntut Panjang

4 September 2014   02:41 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:41 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14097478791528375332

[caption id="attachment_357057" align="aligncenter" width="538" caption="Beground/Florance Sihombing/Liputan6.com"][/caption]

Plorance Sihombing, wanita berusia 28 tahun mahasiswi S2 akademi kenotariatan Universitas Gajah Mada (UGM) Jogjakarta keceplosan menulis tentang Jogja di media sosial faht milinya.

Menurut beberapa media online menulis awal mula dari munculnya tulisan Florance Sihombing, berawal dari antrian panjang di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Lempuyang Jogjakarta di mana Florance enggan untut turut antirian mendapatkan Bahan Bakar Minya (BBM) jenis bensin untuk keperluan kenderaan roda dua yang di pakainya.

Lantas Florance merobah haluannya, beralih ke mesin pompa BBM jenis Pratamax95, dari pada mengantri di Pompa BBM jenis Bensin. Dan ternyata di lokasi Pompa BBM jenis Pratamax ini juga sedang terjadi antrian. Akan tetapi Florance menyerobot antrian itu dan mendahuli para pengantri di bekangnya. Karena tidak mau antri petugas Pompa tidak melayani Florance. Dan malah dia di soraki oleh para pengantri lainnya.

Berita yang di lansir oleh media online itupun sudah di klarifikasi oleh Flonrance di media sosial Fhat miliknya. Florance mengatakan tidak benar kalau dia menyerobot antrian. Dia tetap mengantri untuk mendapatkan BBM jenis Pratamax itu.

Mungkin atas ke kesalan yang di hadapainya ini Florance kehilangan daya nalarnya sebagai seorang sarjana, malah akan menyelesaikan S2 nya. Luapan emosionalnya di tuangkannya di dalam tulisan kemudian di fosting kemedia sosial faht miliknya.

Kata kata yang di tulis oleh Florance penuh dengan emosional sehingga membuat orang orang Jogja dan UGM merasa terhina, Florancepun di bully habis habisan di dunia maya. Tidak sampai disitu penghakiman terhadap Florance. Media Online pun turut ambil bagian untuk mengkemas pemberitaan tentang Florance yang telah dianggap menghina Jogja dan orang orang Jogja. Akibatnya Florancepun mati kutu dan akhirnya merasa ketakutan.

Ketakutan diri mahasiswi S2 ini memang beralasan. Tulisan tulisan tentang kasus Florance menghiasi media Online dan media sosial di dunia maya. Mereka menuduh Florance telah melakukan penghinaan terhadap Jogja dan masyarakatnya dan juga UGM, yang tragisnya ada sekelompok warga Jogja yang menggelar unjuk rasa di dunia nyata. Kata kata Florance orang yang paling di cari di Jogja, Florance di usir dari Jogja dan lain sebagainya terngiang ngiang di telinga nya sehingga membuat dia semakin ketakutan.

Akibat ini akhirnya Florance meminta maaf atas ucapan nya yang di anggap menghina jogja.Permintaan maafnya itu di tulisnya di media sosial Faht minliknya. Akan tetapi walaupun Florance Sihombing sudah meminta maaf atas tulisannya yang dianggap telah menghina Jogja dan masyarakatnya. Persoalan tentang Florance tidak kunjung usai, malah permintaan maafnya berbuntut panjang. Beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang ada di Jogja mengadukan Florance kepada pihak Kepolisian. Dan Florancepun di tahan. Oleh UGM meminta kepada pihak Kepolisian agar penahanan Florance di tangguhkan.

Mengutip pribahasa melayu. “ Akal dan pikiran wanita hanya sepanjang rambutnya, akal dan pikiran laki laki sepanjang langkahnya “ seharusnya kita mahfum akan kekurangan Florance Sihombeng selaku seorang wanita. Sekalipun dia adalah seorang sarjana dan akan menyelesaikan S2 nya, akan tetapi Flonace adalah seorang wanita yang mempunyai daya fikir yang terbatas.

Tulisan ini tidaklah bermaksud untuk membela Florance Sihombing yang di tuduh telah menghina Jogja dan masyarakatnya, tapi setidaknya sebagai perbandingan atas perminta maafan yang telah di lakukan oleh Florance kepada Jogja dan masyarakatnya.

Dalam kisah Florance Sihombing ini siapakah sebenarnya yang tidak berbudaya dan beradab, Florancekah yang tidak berbudaya dan beradab, karena telah menulis tentang Jogja secara emosioanl sehingga melahirkan issue yang penuh dengan sensional?, atau kah kita yang tidak bisa menerima maaf yang telah di ucapkan oleh Florance Sihombing?

Sebagai orang timur yang menjunjung tinggi adab dan budaya, sepantasnyalah kita menerima maaf yang telah di ucapkan oleh Florance Sihombing. Kata maaf adalah merupakan kata yang sakral untuk menebus kesalahan. Tuhan sendiri mau memaafkan kesalahan hambanya, apa lagi kita sebagai manusia bila di banding dengan tuhan tiada apa apa nya, toh kita tidak mau memaafkan kesalahan orang lain. Selembut apapun tiupan angin pasti pernah terbangkan debu. Sepintar dan searif apapun manusia pasti pernah buat kesalahan. “Tak ada gading yang tak retak, kalau tak retak bukan gading namanya. Tak ada manusia yang tidak bersifat lupa, kalau tak lupa bukan manusia namanya”.

Salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun