[caption id="attachment_386759" align="aligncenter" width="450" caption="Ilustrasi/Fhoto Tempo.co"][/caption]
Kunjungan Kepala Negara atau Presiden ke daerah acap kali membuat repot rakyat kecil. Mulai dari persiapan penyambutan kedatangan Presiden sampai kepada hari “H” kedatangan Presiden, tidak terlepas dari kesusahan sampai kekesalan yang dirasakan oleh rakyat kecil.
Jauh-jauh hari sebelum Presiden tiba ke daerah yang akan didatanginya, aparat pemerintahan daerah itu sudah disibukkan dengan berbagai persiapan. Apa lagi daerah yang akan dikunjungi oleh Presiden tidak memiliki sarana dan prasaran yang memadai sebagai tempat penyambutan, Pemerintah Daerah terpaksa mengajak warganya untuk bergotong-royong membersihkan lokasi yang akan dikunjungi oleh Presiden.
Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) pun diturunkan terlebih dahulu ke lokasi untuk mensterilkan lokasi yang telah dipersiapkan oleh Pemerintah daerah. Dalam pensterilan lokasi yang akan dikunjungi oleh Presiden, Paspampres dengan berwajah garang melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka pengamanan Presiden.
Tidak saja Paspamres yang diturunkan terlebih dahulu ke lokasi, para intel dari kepolisian pun turut disebar ke daerah yang akan menjadi tempat kunjungan Presiden. Segala gerak-gerik masyarakat yang berada di zona aman Presiden pun diawasi dan dipantau. Terkadang dalam melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap zona aman bagi kunjungan Presiden, masyarakat diintimidasi dan ditakut takuti. Akibatnya masyarakat merasa kurang aman dan nyaman tinggal di kampung halamannya sendiri.
Kemudian kedatangan Presiden sering juga disambut dengan aksi-aksi demo yang dilakukan oleh mahasiswa. Walaupun terkadang aksi-aksi demo yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswa itu tidak jelas tujuannya. Apakah hanya sekedar untuk mencari popularitas, atau memang ada pesan-pesan tertentu yang disisipkan oleh orang-orang tertentu pula kepada kelompok mahasiswa yang melakukan demo. Pendek kata ujung dari demo yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswa terhadap kedatangan Presiden sering tak berujung jelas.
Jika sudah ada demo, jalan pun menjadi macet, masyarakat pun dibuat menjadi susah. Susah untuk melintasi jalan yang dijadikan lokasi tempat demo. Tempat kerja atau tempat tujuan yang akan dituju oleh masyarakat menjadi semakin jauh karena jalan yang sering mereka lalui jika ingin berangkat kerja dan pulang dari kerja terhambat kemacetan akibat adanya aksi demo. Masyarakat pun terpaksa mencari akses jalur jalan yang lain agar terhindar dari kemacetan. Mumpung kalau jalan alternatif itu dekat dengan tempat kerja dan tempat tinggal mereka. Tentu ini tidak ada masalah, tapi jika sempat jarak tempuhnya lebih jauh lagi. Jelas ini merepotkan dan membuat masyarakat jadi kesal. Belum lagi jika sempat terperangkap di tengah-tengah para pendemo. Ini yang lebih parah, di samping keselamatan diri dan kendaraan yang dibawa jadi sasaran pendemo dan aparat yang mengamankan demo. Dan terperangkap kemacetan pun belum, tentu bisa diulas hanya dalam hitungan menit. Tapi bisa jadi dalam hitungan jam sampai aksi demo bubar.
Standar Operasional (SOP) untuk pengamanan seorang Presiden jika berkunjung ke daerah memang sudah diatur sedemikian rupa dan seperti itu. Bayangkan saja ketika Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama berkunjung ke Indonesia, peralatan untuk pengamanan kedatangannya ke Indonesia berjumlah dua kontainer yang sengaja dibawa dari Negara Paman Syam. Belum lagi aparat negara yang berjumlah ribuan diturunkan untuk mensterilkan setiap lokasi yang akan dikunjungi oleh Obama.
Begitu Presiden tiba, jika naik pesawat terbang, lokasi bandar udara (bandara) pun turut disterilkan. Presiden masih di Jakarta, Bandar Udara tempat mendaratnya Pesawat yang membawa Presiden sudah disterilkan, penerbangan komersial pun pada jam-jam kedatangan Presiden tidak diberi izin mendarat, sebelum pesawat yang membawa Presiden mendarat.
Dari bandara jalan-jalan yang akan dilalui oleh Presiden ke lokasi yang telah disediakan oleh pemerintah daerah pun turut disterilkan. Sistem buka-tutup jalan pun diberlakukan. Lagi-lagi masyarakat pengguna jalan raya dibuat susah. Karena dengan diberlakukannya sistem buka-tutup membuat antrian panjang terjadi yang kemudian berujung pada kemacetan. Dan berapa lama pula masyarakat pengguna jalan raya itu berada dalam ruang kemacetan dengan sistem buka-tutup.
Tragisnya lagi anak-anak sekolah mulai dari Pendidikan Usia Dini (PAUD) Taman Kanak Kanak (TK) murid-murid Sekolah Dasar (SD) yang tidak mengerti tentang kedatangan Presiden pun waktunya turut dikorbankan. Mereka dengan membawa bendera Merah Putih yang dikawal oleh para gurunya berdiri berjejer berjam-jam di pinggir jalan yang akan dilalui oleh Presiden. Tugas para murid PAUD/TK dan SD ini hanya melambai-lambaikan bendera Merah putih yang sudah dipersiapkan begitu Presiden melintas di jalan di mana mereka dijejerkan.
Ironis memang SOP yang dilakukan dalam pengamanan kedatangan Presiden ke daerah dilakukan. Presiden jika berkunjung ke daerah cenderung membuat masyarakat daerah yang dikunjunginya menjadi repot dan susah. “Layaknya bagaikan langit dan bumi".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H