Delapan tahun Kompasiana, jika idientik dengan manusia, umurnya masih cukup belia. Dan masih duduk disekolah dasar. Kendatipun usianya masih muda, akan tetapi usianya walaupun delapan tahun, tapi Kompasiana layaknya bagaikan seorang anak jenius, yang melampaui usianya.
Kompasiana merupakan blog social yang banyak dihuni oleh para Kompasionar, yang berasal dari segala tingkatan social ekonomi dan juga dari berbagai tingkat pendidikan, yang setiap hari selama 24 jam tulisan tulisan mereka tayang di Kompasiana dengan berbagai bentuk sudut pandang, yang dapat mencerdaskan anak bangsa, dan kompasionar lainnya yang turut bergabung di kompasiana.
Banyak orang bertanya apa keuntungan menulis di Kompasiana, karena kompasiana memang tidak memberikan keuntungan materi bagi kompasionarnya, tapi dibalik itu Kompasiana tentu menawarkan keuntungan lain bagi kompasionarnya, dan ini tentu tidak diketahui oleh para orang orang yang bertanya, karena mereka tidak masuk kedalam ranah kompasiana.
Hari ini 22 Oktober 2016, usia Kompasiana genap delapan tahun, Â dan penulis telah bergabung dengan Kompasiana sejak 28 Juli 2012, artinya penulis telah memasuki dunia Kompasiana selama 5 tahun 4 bulan, tiga tahun setelah kelahiran Kompasiana. Lalu apakah ada hal hal yang menarik dan yang menguntungkan yang penulis rasakan sejak bergabung dengan Kompasiana? Tentu jawabannya pasti ada.
Sejak bergabung dengan Kompasiana,  sekitar 5 tahun yang lalu, banyak hal hal yang menarik  dan keuntungan yang penulis dapatkan selama bergabung di Kompasiana. Salah satu keuntungan yang penulis dapatkan adalah membaca semua tulisan tulisan kompasionar yang menarik, kemudian penulis jadikan sebagai bahan reperensi dalam tulisan tulisan penulis berikutnya di Mesmedia.
Keuntungan lainnya yang penulis dapatkan dari Kompasiana, penulis telah mencetakkan tulisan tulisan penulis, terutama tentang tulisan fiksi menjadi buku. Selama menulis di Kompasiana penulis sudah mencetakkan tiga buku, yakni ANTOLOGI PUISI dengan judul MEMBACA TAKDIR. Puisi puisi yang telah penulis cetak menjadi buku lewat percetakan Guepedia.Com, adalah puisi puisi yang telah penulis tayangkan di Kompasiana.
Kemudian Cerita bersambung yang penulis tayangkan di Kompasiana dengan judul RUNTUHNYA GEDUNG SALJU, Kemudian dicetak Oleh  percetakan Guepedia.com menjadi novel dengan judul CINTA SANG JURNALIS Part 1 dan 2.
 Lalu di Kompasiana penulis mengikuti Tantangan Menulis Novel 100 Hari, yang diadakan oleh Fiksianancomonity. Walaupun tantangan itu penulis selesaikan tepat waktu dengan judul novel SENANDUNG CINTA DARI SELAT MELAKA, akan tetapi karena penulis tidak mendapatkan impormasi yang jelas dari panitianya, maka penulispun tidak mengetahui hasilnya.
Melalui percetakan Guepedia.com akhinya tulisan bersambung di Kompasiana itu tercetak menjadi buku novel dengan judul yang sama, SENANDUNG CINTA DARI SELAT MELAKA.Tentu semua ini tidak terlepas dari peranan Kompasiana dalam menjembatani penulisnya untuk mencetak buku.
Lantas apakah Kompasiana menawarkan hal hal yang menarik dan keuntungan saja kepada Kompasionarnya. Tentu pula jawabnya tidak. Sebagai seorang kompasionar yang tinggal diudik dikota kecil disudut Sumatera Utara, kota yang jauh dari gemerlapnya kehidupan ibu kota yakni kota Tanjungbalai yang dibelah oleh dua sungai yakni sungai Asahan dan sungai Silau, apa lagi mempunyai tingkat prekonomian yang pas pasan, tentu banyak pula dukanya ketika turut bergelut didalam rumah yang bernama Kompasiana.
Setidaknya untuk mengakses Kompasiana, seorang kompasionar haruslah mengaktifkan jaringan internetnya. Unuk mengaktifkan jaringan internetnya tentu pula harus memiliki fulsa. Untuk mendapatkan fulsa, tentu pula tidak hanya dengan memotong kertas berbentuk uang seperti yang dilakukan oleh Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Tapi melainkan harus pula dengan uang asli bukan palsu.