Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Chairil Anwar dalam Cinta yang Kandas

1 Desember 2017   00:21 Diperbarui: 1 Desember 2017   00:25 1393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Sebagai seorang manusia Chairil Anwar tentu tidak luput dari rasa jatuh cinta kepada seorang wanita. Bagaimana rasanya ketika jatuh cinta kepada seorang wanita yang didambakannya, tampak terlihat nyata dari beberapa puisi yang diciptakannya. Ketika cintanya kandas Chairil juga menceritakannya lewat bait bait puisinya.

            Jika teringat dengan Chairil Anwar, maka kita akan teringat dengan puisi, dan sebaliknya jika kita teringat dengan puisi maka kita akan teringat dengan seorang penyair Aku Binatang Jalang  yang ingin hidup untuk seribu tahun.

            Chairil Anwar lahir 26 Juli 1922 di Medan Sumatera Utara. Tanggal kelahirannya dijadikan sebagai Hari Puisi Indonesia, dijadikannya tanggal lahir Chairil sebagai Hari Puisi Indonesia, adalah sebagai penghargaan untuk mengabadikan dan mengenang para sastrawan yang telah banyak memberikan sumbangsihnya dalam perjuangan bangsa Indonesia, sejak dari masa purba, penjajahan, kemerdekaan dan pada saat ini.

            Puisi puisi Chairil Anwar tidak seluruhnya bertutur tertang semangat perjuangan, tapi melainkan puisi puisi Chairil juga bercerita tentang perempuan dan cinta. Semasa hidupnya Chairil dikenal oleh teman temannya sebagai penyair, yang jago dalam merayu wanita yang ingin didekatinya. Walau bukan tergolong sebagai seorang laki laki yang ganteng dan tampan, tapi Chairil memiliki kepercayaan diri dalam mendekati wanita yang diinginkannya.

            Ada beberapa wanita yang dekat dengan Chairil Anwar, diantaranya ada yang bernama Ida, Sri Ajati, Mirat dan Hafsah. Wanita wanita yang dekat dengan Chairil Anwar ini, merupakan wanita wanita cantik, modern dan menjadi idaman oleh banyak peria. Namun Chairil tidak pernah patah arang dalam menjalin hubungan dengan wanita wanita yang didekatinya.

            Sebagai seorang penyair kere, yang hanya hidup dengan puisi puisinya, tapi Chairil mampu untuk menaklukkan para hati sang dewi. Disinilah kelebihan Chairil dalam memadu cinta dengan wanita wanita yang didekatinya, walaupun cinta Chairil sering kandas ditengah jalan.

            Hanya dengan Hafsahlah Chairil sempat berumah tangga, melalui pernikahannya, tapi pernikahan dengan Hafsah juga tidak berlangsung lama, karena hidup tidak cukup dengan berpuisi, tapi hidup juga perlu makan dan lain sebagainya, selagi nyawa masih ada dibadan. Sementara Chairil tidak punya mata pencaharian yang tetap yang mampu untuk menghidupi Hafsah. Akhirnya perjalanan hidup berumah tangga Chairil dengan Hafsah bubar dan berpisah. Dalam perkawinannya dengan Hafsah membuahkan hasil cintanya dengan lahirnya seorang putri yang diberi nama Evawani Alissa.

            Walaupun Chairil Anwar adalah seorang penyair yang kere dan susah, namun semangatnya untuk tetap hidup tidak pernah pudar. Ditengah tengah kekerean dan kesusahannya malah menjadi inspirasi buat Chairil untuk melahirkan puisi puisi yang bernas, seperti pusinya yang cukup terkenal Aku.

            Chairil adalah seorang laki laki yang romantisme, hal itu tergambar dari beberapa puisinya. Ketika Chairil jatuh cinta, rasa cinta yang menggebu gebu itu ia tuangkan dalam bait bait bait pusinya, begitu juga ketika cintanya diselipi oleh rasa kekecewaan, Chairil juga menuangkannya didalam bait bait  pusiinya. Seperti puisinya dibawah ini  yang diberinya judul Taman

            Taman punya kita berdua tak lebar luas,/kecil saja satu tak kehilangan lain dalamnya/Bagi kau dan aku cukuplah/Taman kembangnya tak berpuluh warna/Pada rumputnya tak berbanding permadani/Halus lembut dipijak kaki/Bagi kita bukan halangan/Karena/Dalam taman punya berdua/Kau kembang aku kumbang/Aku kembang kau kumbang/Kecil penuh surya taman kita/Tempat merenggut dari dunia dan 'nusia (Maret 1943).

Dalam pusi Taman ini Chairil melukiskan mimpi mimpin indah tentang kehidupan berumah tangga yang baru menikah, memiliki dunia berdua, membangun sebuah rumah mungil, keluarga yang sederhana, tapi memiliki kedekatan jarak antara yang satu dengan yang lainnya.

Cinta Yang Kandas :

Ketika Chairil sedang berhadapan dengan cinta, Chairil menuangkannya kedalam bait bait puisinya, apa lagi cinta yang dirajutnya terputus, yang membuat hatinya nelangsa, membuat pusi pusinya semakin romantic, seperti puisinya dibawah ini :

"Lagu Biasa " Ditears rumah makan kami kini berhadapan/Baru berkenalan Cuma berpandangan/Sungguhpun samudra jiwa sudah selam berselam/Masih saja berpandangan/Dalam lakon pertama/Orkes meningkah dengan "Carmen" pula/Ia mengerling ia ketawa/Dan rumput kering terus menyala/Ia berkata suaranya nyaring tinggi/Darahku berhenti berlari/Ketika orkes memulai "Ave Maria"/Kuseret ia kesana (Maret 1943)

Dalam pertemuannya dengan seorang wanita yang bernama Mirat, Chairil menuliskan rasa cintanya yang dalam. Rasa cinta Chairil kepada wanita Mirat, seakan tidak terpisahkan, Chairil ingin cintanya kepada Mirat, hanya kematian yang dapat memisahkannya, tapi apa daya, cinta Chairil terhadap Mirat kandas ditengah perjalanan. Kisah cinta Chairil dengan Mirat ini terlukis dengan jelas dalam puisi yang diberinya judul Sajak Putih

" Buat Tunanganku Mirat " Bersandar pada tari warna pelangi/Kau didepanku bertudung sutra senja/Dihitam matamu kembang mawar dan melati/Harum rambutmu mengalun bergelut senda/Sepi menyanyi malam dalam mendoa tiba/Meriak muka air kolan jiwa/Dan dalam dadaku memerdu lagu/Menarik menari seluruh aku/Hidup dari hidupku, pintu terbuka/Selama matamu bagi menengadah/Selama kau darah mengalir dari luka/Antara kita mati datang tidak membelah../Buat Miratku Ratuku! Kubentuk dunia sendiri,/Dan kuberi jiwa segala yang dikira orang mati dialam ini!/Kucuplah aku terus, kucuplah/Dan semburkanlah tenaga dan hidup dalam tubuhku..( 18 Januari 1944).

Dalam larik puisi " Senja Dipelabuhan Kecil " yang ditujukan Chairil kepada Sri Ajati, Chairil menceritakan tentang kesepiannya secara implicit, ketika hubungannya dengan Sri Ajati putus. Kelelahan dan kepasrahan dalam menunggu membuat Chairil begitu lelah, Namun dia tetap pasrah dengan qotrad yang harus dijalaninya.

Senja Dipelabuhan Kecil " buat Sri Ajati " Ini kali tidak ada yang mencari cinta/Diantara gudang, rumah tua pada cerita/Tiang serta temali, kapal, perahu tiada berlaut/Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut/Gerimis mempercepat kelam, ada juga kelepak elang/Menyinggung muram, desir hari lari berenang/Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak/Dan kini tanah dan air tidur hilang ombak/Tiada lagi aku sendiri berjalan/Menyisir semenanjung masih pegap harap/Sekali tiba diujung dan sekalian selamat jalan/Dari pantai keempat, sendu penghabisan bisa terdekap (1946).

Akhir Dari Perjalanan Cinta Chairil :

Puisi kepada Sri Ajati, tidak saja ditulis oleh Chairil dalam puisinya Senja Dipelabuhan Kecil, tapi Chairil juga menulis puisi kepada Sri Ajati dengan judul Hampa. Hanya ada tenggang waktu yang cukup lama antara puisi Senja Dipelabuhan Kecil yang ditulis Chairil Anwar tahun 1946, sedangkan puisi Hampa ditulis Chairil pada tahun 1943. Ada tenggang waktu tiga tahun.

Dalam puisi Hampa Chairil meyakinkan kepada Sri Ajati bahwa cintanya kepada Sri Ajati melebihi terhadap cintanya kepada wanita wanita yang lain yang pernah dekat dengan dirinya, hal itu bisa dilihat dari sub judul yang ditulis Chairi "Kepada Sri Ajati Yang Selalu Sangsi "

Sepi diluar sepi mendesak desak/Lurus-kaku pohonan. Tak bergerak/Sampai kepuncak/Sepi memangut/Tak satu kuasa berani melepaskan diri/Segala menanti. Menanti-menanti/Sepi/Dan ini menanti penghabisan mencekik/Memberat-mencengkung punda/Udara bertuba/Rontok gugur segala setan bertampik/Ini sepi terus ada menanti menanti (Maret 1943)

Dalam pusi Pemberian Tahu, Chairil seakan akan mau memberitahukan kepada dunia bahwa cintanya kini telah kandas. Puisi dari Pemberian Tahu adalah puncak dari kegagalan Chairil Anwar dalam menjalin cinta dengan wanita, sebelum akhirnya maut merenggut dirinya diusia muda.

Bukan maksudku mau berbagi nasib/Nasib adalah kesunyian masing masing/Kupilih kau dari yang banyak, tapi/Sebentar kita sudah dalam sepi lagi terjaring/ Aku pernah ingin benar padamu/Dimalam raya, menjadi kanak-kanak kembali,/Kita berpeluk cium tidak jemu,/Rasa tak sanggup kau kulepaskan/Jangan satukan hidupmu dengan hidupku,/Aku memang tidak bisa lama bersama/Ini juga kutulis di kapal dilaut tak bernama (1946).

Puisi puisi yang ditulis oleh Chairil Anwar memang kaya warna, sebagai seorang lelaki yang romantic, banyak puisi puisi yang ditulisnya member warna yang melankolis, setiap orang yang membaca puisi puisi cinta Chairil akan terbawa arus romantisme yang diciptakan oleh Chairil.

Chairil wafat dalam usia 27 tahun, 28 April 1949 di Jakarta karena berbagai penyakit yang komplikasi, diantaranya penyakit sipilis, TBS dan beberapa penyakit lainnya yang menyerang kekebalan tubuhnya. Chairil yang ingin hidup seribu tahun lagi, Walaupun Chairil telah tiada, namun spirit Chairil terus hidup melalui puisi puisinya sampai saat ini. Setiap puisi Chairil memiliki gelora bhatin bagi pembacanya. " Peluk Kecup Perempuan Tinggalkan kalau Merayu" begitu kata Chairil dalam salah satu bait puisinya.

Tanjungbalai, 1 Desember  2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun