Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Chairil Anwar dalam Cinta yang Kandas

1 Desember 2017   00:21 Diperbarui: 1 Desember 2017   00:25 1393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam pusi Pemberian Tahu, Chairil seakan akan mau memberitahukan kepada dunia bahwa cintanya kini telah kandas. Puisi dari Pemberian Tahu adalah puncak dari kegagalan Chairil Anwar dalam menjalin cinta dengan wanita, sebelum akhirnya maut merenggut dirinya diusia muda.

Bukan maksudku mau berbagi nasib/Nasib adalah kesunyian masing masing/Kupilih kau dari yang banyak, tapi/Sebentar kita sudah dalam sepi lagi terjaring/ Aku pernah ingin benar padamu/Dimalam raya, menjadi kanak-kanak kembali,/Kita berpeluk cium tidak jemu,/Rasa tak sanggup kau kulepaskan/Jangan satukan hidupmu dengan hidupku,/Aku memang tidak bisa lama bersama/Ini juga kutulis di kapal dilaut tak bernama (1946).

Puisi puisi yang ditulis oleh Chairil Anwar memang kaya warna, sebagai seorang lelaki yang romantic, banyak puisi puisi yang ditulisnya member warna yang melankolis, setiap orang yang membaca puisi puisi cinta Chairil akan terbawa arus romantisme yang diciptakan oleh Chairil.

Chairil wafat dalam usia 27 tahun, 28 April 1949 di Jakarta karena berbagai penyakit yang komplikasi, diantaranya penyakit sipilis, TBS dan beberapa penyakit lainnya yang menyerang kekebalan tubuhnya. Chairil yang ingin hidup seribu tahun lagi, Walaupun Chairil telah tiada, namun spirit Chairil terus hidup melalui puisi puisinya sampai saat ini. Setiap puisi Chairil memiliki gelora bhatin bagi pembacanya. " Peluk Kecup Perempuan Tinggalkan kalau Merayu" begitu kata Chairil dalam salah satu bait puisinya.

Tanjungbalai, 1 Desember  2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun