Dalam pusi Pemberian Tahu, Chairil seakan akan mau memberitahukan kepada dunia bahwa cintanya kini telah kandas. Puisi dari Pemberian Tahu adalah puncak dari kegagalan Chairil Anwar dalam menjalin cinta dengan wanita, sebelum akhirnya maut merenggut dirinya diusia muda.
Bukan maksudku mau berbagi nasib/Nasib adalah kesunyian masing masing/Kupilih kau dari yang banyak, tapi/Sebentar kita sudah dalam sepi lagi terjaring/ Aku pernah ingin benar padamu/Dimalam raya, menjadi kanak-kanak kembali,/Kita berpeluk cium tidak jemu,/Rasa tak sanggup kau kulepaskan/Jangan satukan hidupmu dengan hidupku,/Aku memang tidak bisa lama bersama/Ini juga kutulis di kapal dilaut tak bernama (1946).
Puisi puisi yang ditulis oleh Chairil Anwar memang kaya warna, sebagai seorang lelaki yang romantic, banyak puisi puisi yang ditulisnya member warna yang melankolis, setiap orang yang membaca puisi puisi cinta Chairil akan terbawa arus romantisme yang diciptakan oleh Chairil.
Chairil wafat dalam usia 27 tahun, 28 April 1949 di Jakarta karena berbagai penyakit yang komplikasi, diantaranya penyakit sipilis, TBS dan beberapa penyakit lainnya yang menyerang kekebalan tubuhnya. Chairil yang ingin hidup seribu tahun lagi, Walaupun Chairil telah tiada, namun spirit Chairil terus hidup melalui puisi puisinya sampai saat ini. Setiap puisi Chairil memiliki gelora bhatin bagi pembacanya. " Peluk Kecup Perempuan Tinggalkan kalau Merayu" begitu kata Chairil dalam salah satu bait puisinya.
Tanjungbalai, 1 Desember  2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H