Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Australia Berada di Balik Penolakan Panglima TNI Masuk AS

24 Oktober 2017   13:40 Diperbarui: 24 Oktober 2017   13:46 6767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terkait dalam hal penempatan pasukan AS di Darwin, kata Panglima TNI, pulau pulau terluar milik Indonesia harus mendapat pengawasan. Seperti pulau Marsela, pulau Saumlaki, dan Selaru, yang hanya berjarak 90 Km dari Darwin. Panglima dalam kuliah umumnya itu mempertanyakan mengapa ada pasukan Marinir AS dipangkalan Darwin, kenapa Pasukan Marinir AS itu tidak berada di pangkalan militer AS yang ada di Filipina. Mengingat Australia sebagai Negara Kontinental, selaku Panglima TNI saya melihat itu suatu ancaman. Kata Gatot tegas dihadapan para mahasiswa itu.

Selain melakukan keritikan terhadap pasukan Marinir AS yang berada di Darwin, Gatot Nurmantio waktu itu juga kerap menuduh, Negara Australia adalah penyumbang dana terbesar bagi terorisme di Indonesia, disamping Malaysia, Brunai Darussalam dan Filipina juga menjadi donator para teroris yang ada di Indonesia. Kata Gatot.

Negara asing juga dituding mencoba memecah belah persatuan Indonesia. Caranya dengan menyebar berita provokasi, kabar bohong. Ini diketahui massif dilakukan belakangan ini saat gencar aksi demo menuntut proses hukum terhadap Ahok

Setelah ditelusuri intelijen, ternyata yang nyebar adalah dari Australia dan dari Amerika. Ternyata bukan dari dalam. Tujuannya tidak lain untuk memecah belah, ujar Gatot di Universitas Padjadjaran, Bandung kala itu.

Hal itu menjadi bukti nyata yang jelas bahwa negara tengah diincar negara-negara lain dalam hal penguasaan sumber daya alam, energi dan ekonomi. Kita harus waspada, bukan tidak mungkin negara lain akan menjadikan Indonesia sebagai Arab Springs, namun kekuatan Bhinneka Tunggal Ika tetap menjadi pemersatu agar Indonesia tidak terpecah belah oleh siapapun yang hendak merusak persatuan Indonesia, kata Palima dengan tegasnya.

Persoalan antara Pemerintah Negara Australia dengan TNI semakin meruncing, ketika Panglima TNI Gatot Nurmantio membatalkan pertukaran Perwira Militer antara TNI dengan Militer Australia. Gatot menghimbau kepada Pemerintah Australia agar menghentikan perekrutan terhadapa perwira TNI untuk menjadi mata mata bagi Negara Australia.

Persoalan persoalan antara Panglima TNI dengan Pemerintah Australia, bukan tidak mungkin menumbuh kembangkan benih benih kebencian terhadap Jendral Gatot Nurmantio, disamping melihat sepak terjangnya yang dekat dengan ummat Muslim Indonesia, dan memiliki masa depan Politik yang cerah dimasa yang akan datang, tentu Australia menganggap bahwa Jendral yang bergelar sebagai Jendral Santri ini akan menjadi penghalang bagi Negara Australia dalam menjalankan misi misi negaranya terhadap Negara Indonesia.

Boleh jadi usulan penolakan terhadap Panglima TNI masuk ke Negara AS datangnya dari Negara Australia, maka oleh karena itu pihak AS tidak dapat memberikan penjelasan kepada pihak Pemerintah Indonesia alasan apa AS tiba tiba menolak kedatangan Panglima TNI ke AS. AS tentu menjaga perasaan Australia jika hal itu dibeberkan oleh AS kepada pemerintah Indonesia. Mengingat Pasukan Marinir AS berada di Darwin Australia.

Untuk itu Indonesia harus mendesak AS untuk menjelaskan alasan apa tiba tiba Negara yang pernah dipimpin oleh Barack Obama itu menolak kedatangan Panglima TNI. Kata maaf dan rasa penyesalan yang disampaikan oleh Keduber AS selaku mewakili Pemerintah AS tidaklah cukup. AS harus memberi penjelasan atas penolakan Panglima TNI memasuki wilayah AS. Karena penolakan yang dilakukan oleh AS tanpa alasan yang jelas merupakan penghinaan terhadap TNI dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Tanjungbalai, 24 Oktober 2017.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun