Mohon tunggu...
Wisnu  AJ
Wisnu AJ Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup tak selamanya berjalan mulus,tapi ada kalanya penuh dengan krikil keliril tajam

Hidup Tidak Selamanya Seperti Air Dalam Bejana, Tenang Tidak Bergelombang, Tapi Ada kalanya Hidup seperti Air dilautan, yang penuh dengan riak dan gelombang.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Setelah Jokowi/Mega Siapa Lagi, Setelah Tukang Tusuk Sate Siapa Menyusul

1 November 2014   16:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:57 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14148074831974504362

[caption id="attachment_371172" align="alignnone" width="202" caption="Ilustrasi/Google"][/caption]

Apa yang di lakukan oleh Muhammad Arsyad (MA) 23 Tahun pembantu tukang tusuk sate yang mengunggah fhoto rekayasaJokowidodo Presiden Republik Indonesia (RI) dengan Mantan Presiden RI dan juga Ketua Partai Demokrasi PerjuanganIndonesia(PDIP) Megawati Soekarno Putri dengan gaya sedang melakukan perbuatan tidak senonoh alias pornografi melalui akun FB nya, membuat para petinggi PDIP dengan segenap relawan Jokowi melalui pengacaranya mengadukan MA ke Mabes Polri. Dan akhirnya MA pun di tangkap dan di jebloskan kedalam sel tahanan Mabes Polri dengan tuduhan mencemarkan nama baik Kepala Negara dan Mantan Kepala Negara. MA bakal di jerat dengan Undang Undang Imformasi Transaksi Elektronik (ITE)

Penangkapan MA mengundang Pro dan kontra, berbagai komentar mencuat kepermukaan, baik melalui Media Surat Kabar, TV dan Media Online serta di jejaring social, serperti FB, Twiter dan lain sebagainya. Komentar yang muncul itupun beragam bentuknya, mulai dari petinggi di negeri ini, para anggota DPRRI/DPRD, para kaum intlektual/akademis/ pengusaha sampai kepada pedagang asongan, buruh bangunan, nelayan dan buruh pecok.

Bentuk dari komentar yang muncul itu juga beragam. Ada yang membela MA memojokkan Jokowi dan PDIP serta para relawan nya. Dan tidak sedikit pula yang membela jokowi, serta PDIP dan segenap para relawan nya yang telah mengadukan perbuatan MA kepada Mabes Polri.

Dari dua sisi komentar ini memang sulit bagi kita untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Penulis sendiri tidak pernah melihat bentuk fhoto yang di unggah oleh si tukang tusuk sate itu. Mungkin bukan penulis saja yang belum pernah melihat bentuk fhoto yang di unggah oleh MA, para kompasionar yang banyak memberikan komentar terhadap heboh fhoto mesum Jokowi dan Megawati yang di rekayasa oleh MA dan kemudian di sebarkan kepada Publik melalui akun social FB miliknya di Kompasiana juga kemungkinan belum melihat bentuk fhoto tersebut.

Perbuatan MA yang telah menghina Kepala Negara dengan menyebarkan fhoto mesum yang di rekayasanya memang tidak bisa untuk di tolerir. Siapapun yang fhotonya di rekayasa sedemikian rupa dan di sebarkan kepada public juga akan marah, terkecuali Ariel Peterpan yang melakukan adengan sek dengan Luna Maya dan Cut Tari di mana video nya beredar di dunia maya, hanya menanggapinya dengan senyum senyum simpul.

Walaupun banyak komentar yang meyalahkan pihak Jokowi dan PDIP yang telah mengadukan MA ke Mabes Polri dan berujung pada penangkapan MA, itu adalah hukum, siapa yang bersalah haruslah di hukum sesuai dengan hukum yang telah di tetapkan untuk itu. Mengenai bahwa penangkapan MA karena dianggap menghina kepala Negara akan menjadi celah pintu masuk bagi pihak Polri untuk menangkap siapa saja yang menghina kepala Negara dan ini akan berakibat buruk terhadap demokrasi yang sedang berkembang di Indonesia.

Kebebasan akan terkungkung, orang tidak akan berani lagi untuk melakukan kritik kepada pemerintah apa lagi keritik yang di sampaikan bernada keras. Karena takut di tuduh menghina kepala Negara. Ini juga ada benarnya. Orang tidak akan berani untuk menyampaikan aspirasinya, karena bisa dianggap menghina kepala negera. Akan tetapi jika ini di biarkan, tidak ada hukuman yang di berikan untuk membuat si pelaku jera. Tentu timbul pertanyaan, setelah Jokowi dan Megawati di hina, siapa lagi yang akan di hina oleh para pelaku.

Akan tetapi jika MA tetap di jobloskan kedalam penjara atas perbuatannya yang di tuduh menghina Kepala Negara. Pertanyaan lain akan muncul. Sutelah tukang tusuk sate siapa lagi yang menyusul di tanggap dengan tuduhan menghina Kepala Negara. Persoalan MA ini memang rumit, bagaikan benang kusut diurai yang satu berbelit yang lain.

Persis seperti cerita Lukmanulhakim dengan anaknya. Ketika ayah dan anak ini ingin mencari sebuah kebenaran. Keduanya berjalan dengan menenteng seekor keledai. Dalam perjalanan nya mereka mendengar bisik bisik tetangga. “ Sungguh bodoh anak dan ayah nya, masak ada keledai tak di naik “i. Lalu keduanya menaiki keledai. Di perjalanan mereka mendengar ocehan orang yang melihatnya.

“ Sungguh tak ada rasa kasihan ayah dan anak itu. Masak keledai begitu kurus mereka naiki berdua, kasihan keledai itu “. Lalu Lukman menyuruh anaknya untuk naik keledai sementara dia berjalan di sisi keledai. Lagi lagi orang yang melihat mereka berucap. “ Anak Durhaka, Anak tak tahu diuntung. Ayahnya di suruhnya berjalan sementara dia enak enak duduk diatas keledai “. Mendengar perkataan orang terhadap dirinya, sianak turun dari keledai dan menyuruh ayahnya untuk naik dan dia berjalan di sisi keledai.

Di tengah perjalan Lukman dan anaknya mendengar perkataan orang orang yang melihatnya. “ Keterlaluan memang orang tuanya itu. Iya enak enak duduk diatas keledai sementara anaknya dibiarkannya berjalan. Memang orang tua tidak sayang sama anaknya. Orang tua apa itu “. Lukmanpun turun dari keledai. Ayah dan anak itu mencari sebatang kayu, kemudian memanggul keledai itu. Lagi di perjalanan mereka jadi bahan tertawaan orang. “ Betulah orang bodoh, masak keledai di panggul. Seharusnya keledai itu di naiki bukan di panggul “ kata orang orang yang melihat mereka.

Lukman dan anaknya berhenti lalu menurunkan keledai dari panggulan nya. Lantas kata Lukman kepada anaknya. “ itulah manusia, dalam memberikan penilaian tak ada benarnya, kebenaran itu ada . melihat dari sudut mana kita memandangnya” kata Lukman kepada anaknya.

Nah, dalam kasus MA ini mana yang benar mana yang salah, tergantung dari sudut dan asfek mana kita memandang nya. Namun dalam kasus MA ini yang kita sayangkan adanya pembohongan public yang di lakukan oleh Pihak PDIP. Menurut juru bicara PDIP Eva Sundari dan segenap pengurus PDIP, pengaduan yang di lakukan oleh PDIP terhadap MA ke Mabes Polri, Megawati dan Jokowi tidak tahu menahu, yang mengadukan adalah PDIP bukan Megawati dan Jokowi.

Akan tetapi menurut keterangan Mabes Polri kepada Liputan6 bahwa sebelum menangkap MA mereka telah memeriksa para saksi termasuk memeriksa Jokowi sebagai saksi korban. Jokowi di periksa tanggal 10 Oktober 2014 sebelum di ambil sumpahnya sebagai Presiden. Suatu hal yang di luar logika jika Megawati dan Jokowi tidak tahu menahu jika PDIP mengadukan MA kemabes Polri. Tentu sebelum hal itu di adukan pastilah terlebih dahulu para petinggi PDIP meminta pendapat atau saran kepada Ketuanya terhadap penghinaan itu, karena kasus MA ini adalah kasus delik aduan, bukan delik hukum.

Jika Megawati dan Jokowi tidak keberatan terhadap apa yang di lakukan oleh MA terhadap diri mereka, tentu Polri tidak bisa menangkap MA, karena tidak ada yang keberatan, lagi pula kasus itu bergulir sebelum Jokowi menjadi Presiden, maka yang di fitnah/ di hina MA bukan Kepala Negara tapi melainkan Jokowi dan Megawati pribadi.

Entah kenapa PDIP menutupi hal ini. Jika memang Megawati dan Jokowi yang menyarankan agar MA diadukan atas perbuatannya. Wajar Jokowi dan Megawati mengadukan MA karena mereka merasa di rugikan oleh perbuatan MA. Jadi tidak perlu PDIP menyembunyikan hal yang sebenarnya, walaupun PDIP ingin melakukan pencitraan terhadap Jokowi dan Megawati.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun