Mohon tunggu...
Wisnu AbiSetiawan
Wisnu AbiSetiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang laki-laki yang sedang berkuliah di salah satu Kampus di Surabaya dengan program studi Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Titik Temu Pendekatan Filsafat Barat dan Filsafat Timur dalam Memahami Hakikat dan Perilaku yang Merupakan Konsep Dasar dalam Kajian Psikologi

12 Juni 2024   19:50 Diperbarui: 12 Juni 2024   20:07 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era modern ini, ilmu pengetahuan dan teknologi telah menjadi kekuatan yang mendominasi dunia, dengan peradaban Barat sering kali dianggap sebagai simbol utama kemajuan dan pencerahan. Hal ini terutama disebabkan oleh peran pionir mereka dalam perkembangan teknologi. Fenomena ini menciptakan kecenderungan yang kuat untuk memuja kemajuan dan evolusi, sambil memandang masa lalu sebagai periode yang penuh dengan ketidakdewasaan dan kebodohan.

Selain itu, sering kali ditekankan bahwa perbedaan ideologis dan budaya antara Timur dan Barat dianggap sebagai sesuatu yang mutlak dan tidak dapat dijembatani. Pandangan ini paling terkenal diekspresikan oleh Rudyard Kipling dalam karyanya yang terkenal: "Timur adalah Timur dan Barat adalah Barat, dan tidak akan pernah bertemu."

Salah satu masalah utama yang timbul dari ketidakcocokan antara pandangan kuno dan modern, serta antara Timur dan Barat, adalah perbedaan mendasar dalam pandangan dunia dan filosofi dominan masing-masing budaya. Ilmu pengetahuan Barat cenderung menggambarkan alam semesta sebagai sebuah sistem mekanis yang sangat kompleks, terdiri dari interaksi partikel-partikel diskrit dan objek-objek yang bergerak dengan kecepatan tertentu, di mana materi dianggap padat, lembam, pasif, dan tidak sadar, sementara kehidupan, kesadaran, dan kecerdasan kreatif dilihat sebagai fenomena yang kebetulan dan tidak signifikan. Kontras ini sangat berbeda dengan banyak filosofi Timur yang cenderung memandang alam semesta sebagai entitas yang lebih organik dan holistik, di mana semua elemen saling terhubung dan memiliki makna serta tujuan yang lebih dalam. Perbedaan-perbedaan mendasar ini menciptakan jurang pemisah yang signifikan dalam cara kedua budaya memahami dan berinteraksi dengan dunia, menjadikannya tantangan besar untuk menemukan titik temu dan mencapai pemahaman bersama.

Salah satu pencapaian paling signifikan dalam filsafat Barat adalah pengakuan bahwa teori- teori ilmiah sebenarnya hanyalah model konseptual yang dirancang untuk mengatur data mengenai realitas yang tersedia pada waktu tertentu. Teori-teori ini berfungsi sebagai perkiraan yang bermanfaat untuk memahami realitas, namun tidak boleh disalahartikan sebagai deskripsi yang akurat tentang realitas itu sendiri.

Hubungan antara teori dan realitas dapat dianalogikan dengan hubungan antara peta dan wilayah, seperti yang dijelaskan oleh Korzybski pada tahun 1933; mengaburkan keduanya adalah pelanggaran serius terhadap prinsip-prinsip pemikiran ilmiah dan merupakan kesalahan besar dalam pengetikan logis. Gregory Bateson, seorang antropolog dan generalis Amerika yang terkenal, sering mengatakan bahwa seseorang yang melakukan kesalahan logis semacam ini bisa saja suatu hari memakan menu alih-alih makanan. Mengingat selalu ada kemungkinan untuk merumuskan lebih dari satu teori untuk menjelaskan data yang tersedia, tantangannya adalah menemukan teori yang cukup luas untuk menggabungkan beberapa aspek penting dari filsafat abadi sambil tetap mempertahankan kekuatan pragmatis dari ilmu mekanistik.

Pemikiran dalam tradisi filsafat Barat lebih terfokus pada upaya untuk memahami rahasia alam semesta dan mengembangkan ilmu pengetahuan baru yang dapat meningkatkan pemahaman manusia tentang dunia di sekitarnya. Selain itu, terdapat perbedaan dalam penekanan antara kedua tradisi tersebut, dimana para filsuf Timur cenderung menekankan pentingnya manusia untuk hidup berdampingan dengan alam semesta, menghormati keseimbangan alam, dan menjaga harmoni dengan lingkungan sekitar, sementara pemikiran Barat cenderung mengarah pada pandangan bahwa manusia harus menguasai alam semesta demi kepentingan dan kemajuan manusia.

Filsafat Timur cenderung memberikan perhatian yang besar pada peran intuisi dan pengalaman individu dalam mencapai pemahaman yang mendalam tentang realitas dan kebenaran. Konsep- konsep seperti kesadaran diri, meditasi, dan refleksi pribadi menjadi fokus utama dalam upaya mencapai pencerahan atau pemahaman yang lebih dalam. Sementara itu, dalam tradisi filsafat Barat, terutama dalam epistemologi empiris, penekanan yang lebih besar diberikan pada peran akal budi dan analisis rasional dalam mengumpulkan dan menafsirkan data empiris sebagai landasan pengetahuan yang sah. Dengan demikian, perbedaan pendekatan antara filsafat Timur dan Barat menghasilkan perdebatan yang kaya dan kompleks tentang sifat dan sumber pengetahuan serta metode yang paling tepat untuk mencapai pemahaman yang mendalam tentang realitas.

Pemikiran dalam tradisi filsafat Timur sering kali dipaparkan melalui ekspresi nilai-nilai batin dan pengalaman emosional, dengan cenderung menggunakan bentuk simbolis yang menggambarkan konsep-konsep konkret secara metaforis. Sebaliknya, dalam konteks filsafat Barat, para pemikir sering menggunakan formulasi yang lebih abstrak dan konseptual, yang dapat memberikan interpretasi yang luas dan terkadang bahkan tak terhingga, karena memungkinkan penjelasan yang meluas dalam berbagai konteks.

Pemikiran dalam tradisi filsafat Timur seringkali cenderung memiliki nuansa yang lebih pesimis dan pasif, dengan penekanan yang kuat pada pencapaian harmoni dan keseimbangan dalam kehidupan. Sebaliknya, dalam konteks filsafat Barat, cenderung terdapat sikap yang lebih optimis dan proaktif, dengan kemungkinan adanya konflik yang dianggap sebagai bagian dari proses pertumbuhan dan perubahan. Selain itu, dalam pemikiran Barat, konsep otonomi individu seringkali dipandang sebagai hal yang sangat penting, memberikan penekanan yang besar pada kebebasan dan tanggung jawab individu atas pilihannya. Di sisi lain, dalam pemikiran filsafat Timur, lebih sering ditekankan peran manusia dalam konteks kehidupan sosial dan interaksi dengan anggota masyarakat, dengan penekanan yang lebih besar pada harmoni antara individu dan lingkungan sosialnya.

Tujuan utama dalam pemikiran filsafat Timur adalah mencapai kebijaksanaan dan kebahagiaan yang mendalam, yang diinterpretasikan sebagai kondisi kehidupan yang dipenuhi dengan ketenangan batin dan keamanan yang berkelanjutan. Mereka menganggap bahwa kebijaksanaan yang sejati akan membawa manusia pada pemahaman yang lebih dalam tentang diri mereka sendiri dan alam semesta, serta membantu mereka menjalani kehidupan dengan penuh kedamaian dan kebahagiaan.

Daftar Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun