Mohon tunggu...
Joko Wiskijono
Joko Wiskijono Mohon Tunggu... Seniman - Hidup untuk dinikmati, bukan mengharap setelah mati

ngono yo ngono ning mbok ojo ngono

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kitab Suci Apakah Suci?

3 Oktober 2012   07:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:19 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Orang beragama apapun pasti berpedoman pada yang disebut Kitab Suci. Kenapa disebut Kitab Suci ? Karena didalamnya terkandung ajaran suci. Sekali lagi di dalam Kitab suci terkandung ajaran suci. Jadi siapapun yang belajar dan mengamalkan kitab suci diharapkan adalah mengambil ajaran  yang terkandung tersebut. Seorang pejabat dilantik dan bersumpah dengan Kitab Suci harapannya adalah suka membaca kitab tersebut agar amanah dalam menjabat. Jadi bukan karena takut kwalat. Memang kitab tersebut bisa malati ? Kenyataanya orang tidak takut korupsi walau sudah disumpah dengan Kitab Suci. Sekalipun kita di sumpah dengan buku komik diatas kepala kita , kalau kita sudah memaknai isi sebuah kitab dan akan mengamalkannya niscaya kita akan menjalankan tugas kita dengan sebaik-baiknya dan amanah.

Kesimpulannya adalah seseorang bisa menjadi suci jika  dapat mengambil yang terkandung dari ajaran kitab suci tersebut, bukan kitabnya yang suci. Kitab suci sama dengan kitab2 (buku pelajaran) lain yang terbuat dari kertas dan tinta dan dibuat di percetakan pada umumnya.

Lalu kenapa orang begitu merasa tersinggung kalau kitab sucinya keinjek, disobek atau dibakar ? Apakah di dalam Kitab suci tertulis : " Wahai manusia barang siapa memperlakukan kitab ini dengan tidak semestinya,   maka berarti sama dengan memperlakukan Aku Tuhanmu, maka kamu wajib membunuhnya atau membakar rumahnya. Saya jadi merasa perlakuan terhadap sebundel kertas yang tersusun itu melebihi dari Tuhan itu sendiri atau melebihi makna yang tertulis dalam kertas itu.

Kalau buku bahasa Indonesiaku disobek atau di bakar orang, kemarahanku hanya  karena aku harus membeli lagi, berarti aku harus keluar uang lagi, tidak apa-apa dan harga buku itu apakah sepadan dengan nyawa atau harta lain ? Apa bedanya jika Kitab Suci ku dibakar orang, aku masih bisa beli lagi yang lain. Kemarahanku tidak sepadan kalau harus membakar rumah, ataupun membunuh.

Lalu kenapa harus berpikir Kitab Suci adalah Suci yang harus dibela dengan taruhan nyawa. Percayalah itu hanya seonggok kertas yang ada tulisannya namun jika aku membaca dan mengambil makna dari isinya maka diharapkan aku akan menjadi suci. Dan jika kitab itu sudah usang atau robek aku bisa membeli lagi di toko buku terdekat.

Maaf saya tidak memaksakan orang lain sepaham dengan saya, tetapi inilah faham saya terhadap Kitab Suci.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun