Mohon tunggu...
Wiska Wiska
Wiska Wiska Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMP Negeri 3 Togean

Pribadi yang memilliki determinasi dan persistensi untuk mengembangkan diri

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bagaimana Mengambil Keputusan yang Bertanggung Jawab?

14 Februari 2023   13:16 Diperbarui: 14 Februari 2023   13:22 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Setiap guru adalah pemimpin pembelajaran. Ini merupakan salah satu peran guru penggerak yang bisa membawa transformasi pesat dalam proses pembelajaran. Dalam menjalankan peran ini, guru pasti menemui beberapa situasi yang sulit untuk mengambil keputusan. Situasi ini disebut dengan dilema etika. Situasi ini terjadi dimana ada 2 nilai kebajikan yang saling berbenturan sehingga guru bimbang mengambil keputusan yang sebisa mungkin mengakomodasi pihak yang terlibat. Oleh karena itu, modul ini hadir untuk memudahkan guru mengambil keputusan yang paling benar.

Dalam pengambilan keputusan, pemimpin pembelajaran dalam hal ini adalah guru, perlu berorientasi pada kebutuhan peserta didik. Mereka lah yang perlu menjadi fokus guru dalam pembelajaran. Keputusan yang diambil guru sepatutnya bisa mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan peserta didik agar mereka bisa merasakan kemerdekaan dan kenyamanan belajar.

Dalam pengambilan keputusan juga, pemimpin perlu melibatkan keterampilan coaching dan sosial emosional yang sudah didapatkan di modul sebelumnya. Dua keterampilan ini mendukung pengambilan keputusan yang paling benar di situasi tertentu. Keterampilan coaching akan membantu seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dalam situasi sulit sekali pun dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berpotensi ke arah opsi trilema yang bisa menjadi keputusan paling benar. Komptensi Sosial dan Emosional (KSE) juga akan sangat membantu dalam pengambilan keputusan. KSE yang dimaksud yang sudah dipelajari di modul sebelumnya yaitu kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills). Pengambilan keputusan bisa dilakukan dengan melibatkan dua skill di atas dan tak lupa dengan kesadaran penuh (mindful) akan menghasilkan keputusan yang bisa dipertanggungjawabkan.

Selain keterampilan dan kompetensi di atas, seorang pemimpin perlu mengetahui serta menerapkan dasar-dasar pengambilan keputusan. Dasar-dasar yang bisa dijadikan referensi dalam pengambilan keputusan yaitu paradigma dilema etika, prinsip pengambilan keputusan, dan langkah-langkan pengambilan dan pengujian keputusan.

Paradigma dilema etika yaitu individu lawan kelompok (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), serta jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term). Situasi dilema yang ditemui di sekolah kedua pihak menjunjung tinggi nilai kebajikan namun dalam paradigmanya terkadang dihadapkan oleh kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok sehingga sulit untuk mengambil keputusan. Apabila menghadapi situasi seperti ini, baiknya melibatkan prinsip pengambilan keputusan.

Prinsip pengambilan keputusan adalah berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking), berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), dan berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking). Prinsip pertama, pengambilan keputusan dilakukan demi kemaslahatan orang banyak, prinsip kedua menggambarkan seorang pemimpin berorientasi pada aturan atau integritas pemimpin dan yang ketiga pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan rasa empati. Apabila dilema etika dimana kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok bersinggungan, seorang pemimpin sebaiknya mengambil prinsip berpikir berbasis hasil akhir yang mengutamakan kebaikan khalayak.

Kemudian, untuk mengambil dan menguji keputusan yang bertanggung jawab, pemimpin bisa menerapkan prosedur pengambilan dan pengujian keputusan. Berikut langkah-langkah yang bisa ditempuh;

1. Mengidentifikasi nilai-nilai kebajikan yang saling bersinggungan

2. Menganalisis pihak yang terlibat dalam situasi tersebut.

3. Menemukan fakta-fakta yang terkait dengan situasi tersebut.

4. Menguji benar atau salah;

  • Uji Legal. Apakah ada pelanggaran hukum?
  • Uji Regulasi. Apakah ada pelanggaran kode etik?
  • Uji Intuisi. Apakah ada perasaan yang tidak menyenangkan?
  • Uji Publikasi. Apakah ada perasaan tidak senang dipublikasikan?
  • Uji Panutan. Apakah panutan saya akan melakukan hal yang sama dengan saya?

5. Menguji paradigma dilema etika

6. Menguji prinsip pengambilan keputusan

7. Menemukan alternatif solusi (opsi trilema)

8. Membuat keputusan.

9. Meninjau dan merefleksikan kembali keputusan yang telah dibuat.

Di langkah 4 dan 6 saling memiliki keterkaitan. Apabila uji legalnya ternyata ada pelanggaran hukum, situasi yang dihadapi merupakan bujukan moral bukan dilema etika. Apabila uji intuisi ada perasaan yang tidak menyenangkan situasi ini berprinsip pada berpikir peraturan (rule-based thinking). Apabila uji publikasi ada perasaan tidak senang situasi ini berpikir berbasis pada hasil akhir (ends-based thinking) dan apabila uji panutan ternyata memberikan pernyataan 'ya' situasi ini berpikir pada prinsip berbasis rasa peduli (care-based thinking).

Jauh sebelum modul ini dipelajari, guru termasuk saya dalam pengambilan keputusan yang melibatkan dua pihak terkadang menghadapi kesulitan dalam mengambil keputusan karena masing-masing pihak memegang kebaikan di dalamnya. Namun, dalam modul ini calon guru penggerak bisa melatih pengambilan keputusan dengan melibatkan keterampilan coaching dan kompetensi sosial dan emosional sehingga keputusan yang diambil merupakan keputusan yang bertanggung jawab yang menggenggam nilai-nilai kebajikan serta berpihak pada kebutuhan peserta didik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun