Mohon tunggu...
Wisnu Cahyadi
Wisnu Cahyadi Mohon Tunggu... -

keep looking forward | traveler abal-abal | dreamer | enthusiast in Environmental issues | Volunteer | the boy who put smile on his face | Adventurer

Selanjutnya

Tutup

Nature

PT KAI Perlu Belajar Ilmu Dasar

28 November 2012   14:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:32 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siang itu tepatnya hari senin (26/11) saya menanti kedatangan kereta api Fajar Utama jurusan Pasar Senen menuju Yogyakarta di stasiun kereta api Parujakan Cirebon. Sembari menunggu, ditawarilah oleh bapak loper koran, kebetulan sudah lama tidak baca koran juga, saya langsung membelinya. Halaman pertama yang ada di surat kabar harian Kompas itu masih didominasi oleh berita politik dan ekonomi, meskipun saya tidak terlalu antusias akhirnya dibaca juga. Masih di halaman depan, saya membaca berita yang baru-baru ini santer diberitakan, bukan, bukan politik atau ekonomi, tapi bisa saja terjadi ke ranah tersebut, yaitu dengan headline "Di balik longsor Cilebut" dengan korban perusaahan yaitu PT. KAI. Bagi saya, topik pembahasan ini lebih saya minati ketimbang yang lain. Di situ diberitakan bahwa longsor di Cilebut merupakan kejadian yang tidak diduga, karena menurutnya tidak ada catatan longsor selama 25 tahun terakhir. Saya pikir hal tersebut adalah hal yang tidak perlu terkejut, karena itu adalah peristiwa erosi alami. Berdasarkan tempat pula daerah KM 45 berada di atas tebing sedalam 30 meter. taken from : detik.com Mengapa tidak harus terkejut? Pada dasarnya longsor atau erosi merupakan suatu kejadian alami, yang membedakan adalah waktu. Apakah dipercepat atau tidak? Maksud dipercepat di sini adalah bahwa waktu kejadian longsor atau erosi ini lebih pendek dari apa yang diperkirakan, seperti berita di atas, waktu 25 tahun tanpa ada jejak rekam kejadian, adalah waktu yang sangat lama dan pada akhirnya tanah tersebut membawa material ke tempat lain dalam jumlah yang besar merupakan kejadian alam. Adanya faktor tindakan manusia adalah salah satunya mengapa lebih cepat terjadi erosi atau longsor. Tanah merupakan suatu sumber daya alam yang patut juga dilestarikan, tidak hanya air, udara, atau pohon saja. Kita sering mengabaikan satu benda tersebut, meski dalam bidang tertentu tanah adalah suatu yang prestige. Pernahkah kita mendengar bahwa keeratannya antara atmosfer, lithosfer, hidrosfer, dan biosfer didefinisikan dalam satu kata bernama lahan? itulah ironinya, benda bernama tanah terlupa dalam kategori pelestarian atau konservasi. Faktor lain mengapa terjadinya longsor adalah curah hujan, kepekaan tanah, kelerengan, dan vegetasi baik berupa sisa tumbuhan atau tumbuhan itu sendiri. Memasuki musim penghujan di bulan November dan selama beberapa bulan ke depan, PT. KAI atau perusahaan yang bersangkutan harus lebih siaga dalam mengupayakan kejadian seperti ini. Terlebih lagi PT. KAI dalam masa merubah kebijakan seluruh aspek, tak terkecuali infrastruktur yang berupa unit jalan dan bangunan atau usaha pelestarian sumber daya seperti tanah. Apa saja dampaknya jika kita melestarikan tanah? Sebagian orang masih belum mengetahui betapa berharganya kualitas dan kuantitas tanah. Bayangkan apabila perencanaan dalam pembangunan bisnis baik properti atau perkebunan atau apapun itu, resiko yang diminimalisirkan bisa diketahui dini. Berapa banyak bahan organik yang terkandung dalam tanah sehingga membuat agregat tanah mantap dan tahan terhadap percikan hujan sehingga menurunkan resiko erosi atau longsor? Kandungan hara yang ada di dalamnya yang bisa membuat tanaman hidup? Apabila kita pelajari lagi aspek pelestariannya, kita lebih mudah mengenali tanda-tanda bahayanya, karena dari satu sisi yang diperbaiki, maka sisi lain akan membantu sisi yang lain. Tanah tidak hanya berbentuk fisik saja, tetapi juga aktivitas biologi (mikroorganisme) dan kimia. Seperti yang telah dijelaskan, bahan organik yang berupa seresah, dapat memberikan efek pada sifat fisik tanah, tidak hanya itu, aktivitas organisme dalam tanah pun meningkat termasuk cacing tanah yang dapat memberikan dampak kapasitas infiltrasi terhadap air. Prinsip ini pun sama halnya dengan lubang biopori yang diberikan bahan organik di dalamnya. Mengingat bahwa letak Indonesia berada pada letak 6°LU - 11°08'LS dan dari 95°'BT - 141°45'BT dan dilalui garis khatulistiwa dengan curah hujan yang cukup tinggi, membuat ancaman terjadinya longsor dan erosi masih ada. Sehingga, PT. KAI harus tanggap lebih dini dalam pelestarian lingkungan ini terutama masalah tanah. Bagaimana memulainya? Kapanpun kita bisa memulai dalam menjaga pelestarian atau konservasi sesuai kaidah-kaidahnya. Dimulai dengan vegetasi, mekanik atau kimia. Mengingat setiap tanah memiliki nama dan karakteristik yang berbeda pula, maka lebih dekatlah meninjau setiap tindakan konservasinya. Dengan cara vegetasi, kita bisa memulai menanam dengan tanaman penahan seperti Vetiver disepanjang tebing sungai atau tanaman rumput-rumputan atau perdu lainnya. Karena, akar tanaman pun dapat menahan butir-butir tanah dan membuatnya lebih stabil. Selain itu, air juga bisa ditahan oleh akar tanaman dan tersimpan dan meminimalisir air limpasan. Selain vegetasi, adapun pembuatan dengan cara mekanis, cara ini apabila dikembangkan oleh PT. KAI dapat disesuaikan dengan keadaan rel dan medannya. Cara ini diaplikasikan agar mengurangi kecepatan aliran limpasan oleh hujan. Mulai dari sekarang, masihkah kita mengabaikan peran tanah yang dapat menjadi ancaman bila diabaikan? Longsor, erosi, jalan retak atau turunnya muka tanah seperti di Jakarta. Kita juga butuh kepedulian dari siapapun yang akan menggarap usaha dengan membangun bangunan di atas tanah dengan mempelajari ilmu dasar alias tanah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun