Mohon tunggu...
Hana Sisworini
Hana Sisworini Mohon Tunggu... -

owner LLOVER collection

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Andai Ada Museum Gesang

16 November 2011   09:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:35 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebuah rumah sederhana dengan sketsa wajah Gesang yang bertuliskan Maestro Dunia terletak di Jl. Bedoyo No. 5 Kemlayan, rumah tersebut telah ditinggalkan oleh pencipta lagu ‘Bengawan Solo’ sejak 20 Mei 2010 yang lalu. Gesang meninggalkan nama besar melalui karya-karyanya, terlihat di dinding ruang tamu yang dipenuhi dengan pigura penghargaan dan kliping berita. Foto-foto Gesang bersama public figure seperti Presiden SBY, Iwan Fals, Rossa, dan turis asing juga terpajang di dinding.

“Sebenarnya masih banyak pigura penghargaan dan foto-foto yang belum terpajang, ya ini karena tak ada tempat lagi untuk memajangnya, maka kami simpan saja. Selain itu kami juga masih menyimpan motor yang pernah digunakan Almarhumah Pa Gesang,” kata Yani Efendi, keponakan Gesang.

Menurut Yani, saat ini semua peninggalan Gesang berada di rumah tersebut. Meskipun dulu Gesang diberikan rumah oleh pemerintah di Jl. Nusa Indah Blok III/8 Perumnas Palur, Karanganyar. Namun ketika Gesang mulai sakit-sakitan, dia kembali ke rumah orang tuanya di Kemlayan. Hingga Gesang meninggal dunia, rumah sederhana itu lah yang telah menyimpan banyak kenangan tentang Gesang sejak beliau masih kecil.

“Dulu kalangan seniman, pemerhati musik keroncong, pelajar, hingga turis asing banyak yang berkunjung kesini. Setelah Pak Gesang meninggal dunia juga pernah ada turis Cina dan Jepang yang datang kesini untuk melihat-lihat peninggalan Gesang, namun yang berkunjung kesini tidak sebanyak dulu, ya bahkan masih bisa dihitung dengan jari,” tambahnya.

Keluarga Gesang juga berharap untuk dibangun museum Gesang karena Gesang telah menghasilkan banyak karya kebanggaan negeri yaitu 44 lagu populer yang beberapa lagu tersebut sampai saat ini masih sering dibawakan dalam acara campur sari dan wayang kulit. “Memang sudah dibangun Taman Gesang, sekitar tahun 80-an yang lalu oleh Perhimpunan Dana Gesang di Jepang dan sudah pernah direnovasi. Kalau keinginan untuk dibangun museum ada tapi itu juga terserah pemerintah,” katanya

Kepala Dinas Pariwisata, Widdi Srihanto, mengatakan bahwa sudah ada masukan dari budayawan untuk memuseumkan lagu-lagu Gesang. “Masukan untuk memuseumkan lagu-lagu Gesang memang sudah ada, tapi itu tergantung keputusan Pa Walikota. Sekarang ini minimal sudah ada Taman Gesang dengan prasasti dan patung Gesang,” katanya.

*tulisan ini juga dimuat dalam Koran Harian Joglosemar

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun