Mohon tunggu...
wishnu sukmantoro
wishnu sukmantoro Mohon Tunggu... Administrasi - Saya suka menulis dan fotografi. Suka menulis tentang politik, militer, humaniora, lingkungan dan kesehatan

Saya ekolog satwa liar, menyelesaikan S1 Biologi Universitas padjadjaran, Master degree ekologi di Institut Teknologi Bandung, fellowship program di Pittsburg University dan Doktoral Fakultas Kehutanan di Institut Pertanian Bogor.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gentleman Jokowi

18 Oktober 2014   08:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:35 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_367227" align="aligncenter" width="620" caption="(Foto dari http://pemilu.tempo.co/)"][/caption]

Oleh Wishnu Sukmantoro

Jokowi seorang gentleman atau laki sekali. Bagaimana tidak? Seseorang yang menang dan menjadi penguasa yang naluri seorang penguasa dengan kebesarannya, gengsi untuk bertemu kepada lawan politik atau kelompok yang kalah dan tersingkir. Minimal ia menunggu lawan politik atau yang kalah bertemu dengannya.

Meskipun nanti kepemimpinannya sebagai presiden diuji melalui keberhasilannya, tetapi sikap yang masuk katagori patriotis ini menyebabkan nilai positif terhadap IHSG (indeks Harga Saham Gabungan) dan tentunya menaikkan kembali nilai rupiah yang merosot akibat ulah Koalisi Merah Putih. Bagaimanapun SBY yang jenderal militer sampai saat ini belum bisa bersikap seperti ini dengan Megawati ataupun sebaliknya. Begitu pula Prabowo yang seorang jenderal militer pula, harus berfikir dan perlu dilobi oleh Aria Bima (Politikus PDIP yang dekat dengan Prabowo). Sikap patriotis dan gentleman bukanlah milik seorang militer yang nampaknya gagah perkasa dengan pangkat yang bersinar-sinar, tetapi seorang sipil yang jauh dari kesan gagah seperti Jokowi.

Banyak orang terbalik cara pandang bahwa dengan menyambangi Prabowo, Jokowi terkesan lemah atau kalah atau merasa takut dengan pendudukan Koalisi Merah Putih di DPR dan MPR. Tetapi, bagi yang paham strategi leadership, akan mengenal bahwa Jokowi meletakkan hal yang tepat dalam memberikan pengaruhnya yang positif kepada lawan politiknya. Bukan hanya sebaga bentuk lobi atau “mediasi politik”, tetapi menunjukkan leadership yang kuat dibandingkan lawan politiknya. Lebouf 2010 membangun lingkaran positif dan proaktif akan memperbesar pengaruh kepada orang lain untuk membuang pita-pita negatif, dibandingkan lingkaran negatif dan reaktif. Covey seorang pendidik terkenalpun juga menyatakan bahwa seorang leader itu membangun suasana yang positif dan proaktif untuk memperbesar pengaruhnya kepada orang lain.

Dalam kondisi yang negatif, penuh dengan konflik dan perseteruan terjadi antar pihak, langkah yang tepat adalah mendobrak menjadi sesuatu yang positif, proaktif dan memadamkan konflik yang terjadi menjadikan orang yang mendobrak seperti ini akan dapat memperbesar pengaruhnya terhadap orang lain dan ia bisa dikatakan sebagai pemenang yang baik dan diterima semua pihak.

Secara teoritis, orang-orang yang terpengaruhi ini akan menjadi “pengikut” atau minimal menerima pengaruh ini. Tetapi yang lebih penting, sikap ini menjadi contoh bagi seorang leader yang ingin mengembangkan kemajuan sebuah organisasi yang melepaskan dari pengaruh-pengaruh atau sikap-sikap negatif yang justru memperlemah sebuah organisasi tersebut. Intinya pengaruh negatif dan sikap reaktif akan memperkecil pengaruh terhadap orang lain dan hanya orang naïf dan sakitlah yang ikut arus ini.

Biar bagaimanapun, Prabowo menjadi “pengikut” Jokowi dalam statemen-statemennya termasuk berjanji akan hadir dalam acara pelantikan Jokowi sebagai presiden. Bagi banyak orang, sikap ini adalah legowo atau negarawan sejati. Sebagai seorang militer yang dididik secara patriotis dan terkena pengaruh positif dan proaktif Jokowi, Prabowo akan bersikap tulus mengenai ini termasuk mengakui Jokowi sebagai presiden dalam statemennya, tetapi jika ia tidak mengakui ini di kemudian hari, tentu jiwa patriotis dan gentleman dalam sikap, patut dipertanyakan kembali.

Secara garis besar, “mediasi-mediasi politik” dapat dibangun pasca pilpres dan pemilihan MPR dan DPR. Zulkifli Hasan yang saat ini Ketua MPR memberinya sinyal dan nuansa positif mengenai dukungannya terhadap pemerintahan yang baik dan merupakan “mediasi politik” yang awal bagi KMP dan KIH (Koalisi Indonesia Hebat). Meskipun demikian, gonjang ganjing Pilkada langsung dan tidak langsung masih menjadi bom waktu bagi masyarakat terutama banyak dukungan masyarakat mengenai pilkada langsung dan rencana gerakan atau aksi masyarakat yang besar apabila DPR menolak Perpu pilkada langsung yang dibangun dalam pemerintahan SBY sebelumnya sebagai kontra atas voting DPR beberapa waktu lalu.

Jokowi yang memberikan nuansa yang positif terhadap suasana politik yang “tidak baik” yang memaksa pula PPP sadar diri terhadap kondisi KMP dan semoga Jokowi memberikan pengaruhnya secara lebih besar kepada yang lain terutama seteru politiknya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun