[caption caption="Fertility"][/caption]"Kak, ada anak kucing baru lahir di depan pintu rumah, gilo aku mau nglewatinya," istriku tergopoh-gopoh menghampiriku yang sedang kerja. Beberapa saat kemudian kami pulang, dan benar ada dua anak kucing yang masih merah ada di keset depan pintu. Akhirnya aku pindah anak kucing tersebut ke teras dekat pagar, dan kuberi alas kain. Berharap anak kucing ini segera dibawa induknya.
Aku langsung berpikir setelah itu, karena dalam mitologi jawa kucing seringkali dianggap sebagai pembawa pesan. "Dedek, nanti malam beli tes kehamilan ya", kataku kepada istri. " Tapi tidak usah terlalu berharap, santai saja", lanjutku. Aku tidak terlalu berharap, karena bulan kemarin datang bulan istriku panjang sekali, tiga minggu.
"Kak, positif .... ," istriku membangunkanku dari tidur. Aku langsung terbangun. "Okay anggap biasa saja ya, gak usah terlalu senang dan jangan terlalu lelah dulu", jawabku sambil memeluk istri.
Dan hari itu bertepatan dengan hari Valentine.
Lima hari kemudian kami mengulangi kembali tes kehamilannya, dan hasilnya tetap positif. Malamnya kami ke dokter, dan dia menyatakan usia kandungan sudah tiga bulan. Kami melongo dan serasa tidak percaya dengan kalimat dokter.
*****
Cukup lama kami menunggu hadirnya buah hati dalam pernikahan kami. Hari ini kami melewati tahun ke sembilan pernikahan. Sebetulnya pada pernikahan tahun kedua, istri sempat hamil, sayangnya saat itu keguguran.
Belum punya anak dan hidup di kota kecil harus kuat dan memiliki mental yang kuat. Pertanyaan kapan punya anak, akan sering terdengar di telinga. Dan kami berdua cukup ndableg dan cuek juga cukup, jadi setiap pertanyaan orang tak ada yang sampai terasa menyakiti hati. Kami menjalani hari-hari dengan santai.
Memasuki tahun kelima pernikahan, kami mulai sedikit gelisah, si kecil kok belum juga muncul. Kami memutuskan untuk periksa ke dokter kandungan. Dan kami sama-sama terkejut melihat hasil pemeriksaan kami berdua. Istri ada mium kecil, tak sampai satu centimeter dan menurut dokter tak perlu dilakukan tindakan apa-apa. Sedangkan aku setelah tes sperma mengalami Asthenoteratozoosperma. Gerakan sperma kurang dan bentuknya abnormal. Hasil pemeriksaan sempat membuat kami shock, tapi ini tidak lama.
Beberapa hari kemudian kami diskusi, untuk apa yang dilakukan ke depan. Mau program hamil ke dokter, atau mau apalah-apalah. Dan kami memutuskan untuk tidak melakukan program hamil. Kami bersepakat untuk mengubah pola hidup dan pola makan. Keputusan ini dilakukan bukan karena kami tak memiliki biaya, tapi murni karena keinginan kami berdua.
Buat kami program hamil akan membuat hidup kami akan tertekan. Tiap hari minum obat, hubungan sexual dijadwal, harus rutin kontrol dokter, diinjeksi sana sini dan tiap bulan selalu harap harap cemas .... jadi apa tidak ya ? Hal seperti ini pastilah akan mengurangi kebahagian, kami tidak memilih opsi ini.