Suatu malam anak saya yang ketiga, perempuan, baru SMP kelas satu sedang membuka-buka buku pelajarannya untuk menghadapi UTS esok hari. Saya lihat mereka sedang asyik belajar dengan kakak2 nya. Tiba-tiba saja bertanya ; “Pa, jari tengah tangan kanan ini buat apa?”, sambil menunjukan dan menggerak-gerakan jari tengahnya. Waduuh..!! kulihat jari tengahnya masih digerak-gerakan. Karena kaget sampai berkerut kening ini, kulirik istriku, ekpresinya menjadi lain, segera saja dia masuk ke kamar. Kakak-2 nya kelihatannya juga memperhatikan, ingin mendengarkan penjelasanku. Karena masih bengong, memikirkan jawaban, mungkin juga dikira saya tidak memperhatikan. Anakku bertanya lagi ; “iya pa, untuk apa sih ini?”.
Saya balik bertanya “pelajaran apa sih, kok gurumu aneh?”, sambil mikirkan jawaban yang tepat.
“ini loh kalau di keyboard, jari ini untuk apa?” ya ampun..ternyata pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komputer), sudah juriga saja bawaannya. Akhirnya saya ambilkan keyboard komputer terus saya suruh meletakan jari-jarinya di bilah pengetikan/tuts. Terlihatlah disitu jari tengahnya dekat dengan huruf apa saja.
“Pelajaran TIK di sekolah menjadi susah?”
Untuk bisa mengoperasikan komputer seharusnya tidak perlu serumit pelajaran mengetik. Toh pelajaran TIK yang dilihat adalah hasil, bukan caranya! Saya kira demikian juga dengan yang menggunakan mesin ketik senagai alat bantu.
Saya jadi teringat dengan seorang novelis asal bandung, yang setia menggunakan mesin ketik dengan sebelas jarinya tapi menghasilkan cerita-cerita yang bermutu.
Coba bayangkan jika semua orang yang belajar mesin ketik/komputer harus belajar menggunakan sepuluh jari?. Pasti ribet duluan dengan jarinya!
Kecuali profesi khusus dimana kecepatan mengetik dibutuhkan (notulen, sekretaris), posisi jari akan sangat berperan.
Kembali ke laptop...! eh pelajaran komputer
Saya pernah menjadi guru dadakan untuk pelajaran TIK di sebuah SMA Negeri selama dua semester sebabnya sang guru di komplain siswa, alasannya cara mengajarnya kurang disukai.
Sambil membaca bismillah, dengan niat baik, saya berdoa semoga pelajaran yang saya sampaikan bisa diterima siswa dengan rasa senang.
Dari awal berhadapan dengan mereka saya merasa, sebetulnya anak-anak jaman sekarang itu haus akan informasi, baik teknologi informasi, internet ataupun fitur-fiturnya, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-harinya. Misalnya saja ; jejaring sosial, blog, multi media, Notebook/laptot/netbook,hp dsb. Jelas mereka juga ingin ngetrend diluar lingkungan sekolahnya.
“Pelajaran TIK harus menarik!”
Dalam mengajar, akhirnya saya mencoba mencanangkan ; pelajaran TIK harus menarik, ya harus lebih menarik. Ya sudah tentu tidak keluar dari pakemnya, kurikulum.
