”SEANDAINYA” terjadipun prabowo kan hanya melaksanakan tugas,yang salah yah yang memerintahkan yaitu rantai komando teratas,dalam militer apa boleh menolak perintah atasan dan melakukan desersi?
tentu tidak kan?)
Pasukan Paramiliter di Timor Timur (1995)
Dalam bukunya yang berjudul Timor-Timur,The Untold Story (Penerbit Buku Kompas, 2012), Letjen (Purn.) Kiky Syahnakri, Komandan Korem Timor Timur pada 1995, mengakui tentang adanya pasukan paramiliter ilegal yang melakukan teror dan pembunuhan di Timor Timur ketika itu.
Pasukan paramiliter di luar struktur ABRI (ilegal) itu dikabarkan dibentuk oleh Prabowo Subianto yang ketika itu adalah Wakil Komandan Kopassus. Pasukan sipil ilegal berpakaian ala ninja itu diterjunkan di Timor Timur yang ketika itu sedang bergejolak untuk melancarkan teror ke warga sipil dalam rangka melawan kelompok gerilyawan Xanana Gusmao. Pembentukan kelompok paramiliter itu dibuat dengan maksud agar aksi-aksi teror ke warga sipil itu tidak dapat diminta pertanggungjawabannya ke ABRI.
Prabowo sendiri mengakui bahwa ia memfasilitasi pembentukan pasukan yang terdiri dari kalangan pendukung pro-integrasi, tetapi ia membantah bahwa pasukan paramiliter itu membunuhi masyarakat sipil.
Jadi, kelihatannya melakukan aksi-aksi teror di luar struktur resmi ABRI sudah merupakan ciri khas Prabowo sejak dulu.
Apakah "hobbi" seperti ini tidak akan kambuh lagi, jika Prabowo merasa terdesak ketika dia mempunyai kekuatan untuk melakukannya lagi?
(kalau masalah tim-tim itu memang harus di lakukan secara militer total,
dan perekrutan sipil untuk menjadi milisi adalah hal yang lumrah di seluruh dunia.
jadi mengapa harus di pikirkan? Gitu aza repot)
Seandainya Dulu Gerakan Pro-Reformasi Berhasil Ditumpas
Prabowo memang telah membantah bahwa dirinya sebagai satu-satunya yang bertanggung jawab atau otak dari kerusuhan itu, tetapi, seharusnya, terlepas dari terbukti bersalah atau tidaknya Prabowo, sebelum mengajukan diri sebagai presiden, dia terlebih dulu membuka semua misteri tersebut sebatas yang diua ketahui untuk kemudian bisa ditindaklanjuti investigasinya oleh yang berwenang. Termasuk siapa sebenarnya yang penanggung jawab utama (pemberi perintah) penculikan-penculikan itu, apakah benar dia hanya bertanggung jawab atas 9 aktivis yang diculik Tim Mawar itu. Selain dia, siapa (Jenderal) yang waktu itu juga melakukan penculikan seperti itu, siapa yang bertanggung atas 13 aktivis yang masih hilang sampai hari ini, penanggung jawab kerusuhan Mei 1998 yang sebenarnya, dan seterusnya. Tidak mungkin Prabowo tidak tahu sama sekali mengenai misteri-misteri di balik salah satu tragedi terburuk bangsa ini tersebut.
(sekali lagi gua jelaskan itu bukan penculikan tapi pengamanan dan prabowo juga telah sesuai prosedur dengan berpegang pada undang-undang SUBVERSIF
yang merupakan undang-undang kestabilitasan Negara,
setelah di cabut Indonesia malah menjadi sangat TIDAK STABIL
lihat saja kerusuhan ambon,poso dan konflik konflik sektarian yang banyak memakan korban jiwa sehingga ketahanan Negara kita semakin bobrok)
Seandainya ketika itu, dengan aksi-aksi penculikannya itu Prabowo cs sukses mempertahankan kekuasaan rezim Presiden Soeharto, yang juga mertuanya ketika itu, terus diwarisi sampai sekarang, apakah Prabowo akan menjadi Prabowo seperti sekarang?
Ketika itu semua pelaku (aktivis) pro-reformasi menentang rezim diktator Soeharto adalah sama dengan musuh Prabowo Subianto, yang harus dia tumpas. Tetapi, sekarang, setelah perjuangan reformasi yang menang sampai terciptanya alam demokrasi seperti sekarang ini, Prabowo jugalah yang ikut menikmatinya, sampai pada taraf pencalonan dirinya sebagai presiden mendatang.
(lumrah dong kalau suharto memilih putra terbaik bangsa untuk memimpin bangsa)
Yang terjadi adalah kekuasaan Soeharto gagal dipertahankan. Rezim yang berkuasa sekitar 32 tahun itu runtuh pada 21 Mei 1998. Setelah Habibie menjadi Presiden mengganti Soeharto, sempat terjadi juga ketegangan antara Habibie dengan Prabowo. Prabowo dicurigai hendak melakukan kudeta dengan mengerahkan “pasukan tak dikenal” masuk Jakarta menuju Istana Negara. Atas informasi dari Panglima ABRI Wiranto, Habibie pun mengambil langkah tegas dengan memerintahkan Panglima ABRI memecat Prabowo sebagai Pangkostrad hari itu juga, “sebelum matahari terbenam.” Prabowo yang tidak terima dirinya dipecat, mendatangi kediaman Presiden Habibie, terjadilah perdebatan hebat di antara mereka. Habibie tetap pada pendiriannya.
Di ujung kejatuhannya, sang mertua (Soeharto) juga kehilangan kepercayaannya terhadap Prabowo. Soeharto lebih percaya Wiranto ketimbang anak mantunya sendiri. Diikuti dengan terjadinya perceraian antara Prabowo dengan Siti Hediati Hariyadi (Mbak Titiek), anak keempat Soeharto.
(Dalam hal ini sih tidak mungkin suharto kehilangan kepercaan terhadap prabowo,yang di lakukan oleh suharto adalah
penyegaran di tubuh TNI ABRI.
masalah perceraian itu merupakan masalah rumah tangga orang dan tidak ada hubungannya dengan isu capres seperti sekarang ini,jadi gua rasa anda salah,sampai mengungkit masalah rumah tangga orang,padahal ini adalah masalah politik)