Mohon tunggu...
Wise Wisdamianti
Wise Wisdamianti Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - suka nulis masak dan belajar

Ibu Rumah Tangga yang suka bercerita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pendidikan Remaja "Zaman Now", Sama tapi Beda

21 November 2017   07:49 Diperbarui: 21 November 2017   08:13 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Si ungu Kayu Putih Aroma Lavender

Pagi-pagi Eyangnya anak-anak bercerita kepada saya, " Tadi malam Nurul kembung dan terlihat kedinginan. Dia sudah memakai baju hangat dan selimut tebal, tapi masih kedinginan. Akhirnya saya tawari minyak gosok kepunyaan saya.... Tapi dia menolak, lalu langsung pergi ke lemari menggunakan minyak kepunyaannya sendiri. Tidak lama setelah menggunakan minyak itu dia langsung tertidur dengan nyenyak"

"Itu pasti minyak kayu putih aroma kesukaannya... bau Lavendernya enak sekali. Bau Lavender juga menimbulkan rasa tenang... mungkin itu sebabnya dia lebih mudah berisitrahat dan tertidur setelah memakainya" . "Ooo itu minyak kayu putih. Saya sangka minyak wangi, karena baunya berbeda dengan minyak kayu putih biasa... ya sudah nggak apa-apa pakai itu, yang penting khasiat dan fungsinya masih sama". Tentu saja, itu adalah minyak kayu putih produksi cap Lang dari PT Eagle Indo Pharma yang sudah kami pakai bertahun-tahun yang lalu. Kami menggunakannya untuk kembung, sehabis mandi, setelah berenang, dan lain-lain.

Cuma, dengan minyak kayu putih aroma ini , anak-anak saya yang menginjak usia remaja lebih bersemangat menggunakannya. Saya berpikir, kami memang berbeda. Kami lahir dari 3 generasi yang berbeda, Eyangnya lahir pada tahun 40-an ketika Indonesia belum merdeka, saya tahun 70-an dan anak saya lahir tahun Milenium. Generasi saya dan Eyangnya kurang lebih tidak memiliki banyak perbedaan dibandingkan generasi 'zaman now'. Kami lahir di kala pertukaran informasi tidak sedashyat dan secepat sekarang.

Zaman Eyang menghadapi masa-masa sulit penjajahan, zaman saya agak cenderung anteng, adem-ayem walaupun tidak sepenuhnya, tapi zaman ini, memang sangat berbeda. Dulu, saya dan Eyangnya masih menikmati wangi balsam yang hangat, jamu seduh yang nikmat, kopi tubruk, telepon koin, mesin ketik, dan benda kuno lainnya. Pada saat itu handphone, kamera, laptop dan internet adalah barang mewah yang sangat langka.  Sekarang, sungguh berbeda.  Semua terasa serba cepat, serba instan.

Zaman Eyang dulu, orang kaya lahir dari keturunan Ningrat, pejabat pemerintahan, dan lain-lain. Di zaman saya, orang kaya lebih beragam, ada yang berasal dari pendatang dengan berbagai usaha wiraswasta, pejabat pemerintah, politikus, dan lain-lain. Di zaman anak saya, lebih beragam lagi. Milyuner bukan hanya berasal dari pejabat pemerintah ataupun kaum elit, anak-anak muda usia 20 tahun-an ada yang sudah menjadi milyuner dengan mendirikan berbagai perusahaan 'start-up' yang dirintis sambil kuliah.

Jadi, kami memang berbeda. Minyak kayu putih aroma ini adalah salah satu buktinya. Saya menikmati bau minyak kayu putih yang hangat dan merasa nyaman menggunakannya ketika kembung. Tapi bagi anak remaja saya, nampaknya minyak kayu putih yang berbau bukan minyak kayu putih, lebih digemari.  Bagi saya dan Eyangnya, tidak apa apa berbeda memilih minyak kayu putih, selama minyak kayu putih yang dipilih masih memiliki khasiat yang sama.

Dulu ungkapan yang berasal dari Ali Bin Abi Tholib RA "Didiklah anak-anakmu agar siap menghadapi zamannya, tidak terasa berat bagi saya, tapi sekarang, terasa sangat berat. Bagaimana tidak berat, saya harus mendidik anak 'remaja zaman now' yang sudah kenal gadget, kecanggihan IT, yang dilimpahi dengan banjirnya arus informasi baik yang hoax dan yang benar, serta mengalami berbagai keadaan yang tidak pernah saya alami ketika masa remaja dulu. Remaja-remaja 'zaman now' ini perlu dididik dengan baik dan tepat agar mampu bersaing dengan seluruh penduduk di dunia untuk mengatur alam semesta agar bermanfaat bagi seluruh manusia.

Mendidik remaja memang berat. Tapi, seperti pandangan saya terhadap minyak kayu putih, saya merasa kebutuhan lahir dan batin remaja, bahkan sejak nenek moyang dahulu kala, masih sama. Zaman boleh berbeda, seperti minyak kayu putih yang bertambah banyak variasinya, tapi esensi dari minyak kayu putih yang menghangatkan tubuh tidak boleh hilang. Remaja 'zaman now' sebetulnya masih sama seperti dulu. Mereka memiliki perkembangan emosi dan fisik yang belum sempurna, tapi juga memiliki banyak potensi. Mereka lebih kreatif. Mereka memiliki energi yang jauh lebih besar dibandingkan orang dewasa. Jika ini didukung dengan didikan yang baik, remaja akan memiliki jiwa yang kuat dan gigih, ilmu yang memadai dan dengan kreativitasnya, akan mampu melahirkan karya-karya yang luar biasa di usia muda. Tentu saja mereka membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Kembali kepada minyak kayu putih, jadi, pilih minyak kayu putih yang mana? Apapun boleh saja. Asal fungsinya tidak berubah. Terus terang, setelah ada minyak kayu putih berwarna ungu ini, tidak hanya anak remaja di rumah yang memakainya, anak saya yang masih balita, juga suka menggunakannya. Saya juga suka menggunakannya. KayuPutihAroma membuat kami semua menjadi berbeda. Seperti ungkapan di 'zaman now', GueBeda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun