“Jantungku berdebar kencang, jalan di pinggir tebing itu longsor, nyawaku bergantung pada 3 batang bambu yang ditancapkan di tanah labil itu. Perlahan kuberjalan tanpa melongok ke arah dasar jurang sedalam 20 meter di sisi kiri jalan setapak yang kulalui...” Aku tau tentang Curug benowo dari internet. Cerita-cerita yang menggugah nyali dan foto-foto yang menggairahkan dari pemandangan alam curug benowo menimbulkan minat mudaku untuk mencoba jalur treking dilereng ungaran itu. Perjalanan dari rumah menyusuri jalan raya naik ke arah Unnes Sekaran, terus melewati beberapa pedesaan di Gunung Pati. Aku sama sekali buta dengan jalur jalan ini, hanya mengandalkan ingatan bahwa pos pemantauan Curug Benowo ada di desa Kalisidi. Ada yang menyebut masih masuk Gunung Pati, namun ada juga yang mengatakan sudah masuk kecamatan ungaran barat. Dengan sedikit tanya sana – sini sampailah aku di Desa Kalisidi. Desa di lereng bukit ungaran yang sejuk, damai dan tenang. Di Pos Perhutani nampak segerombol orang yang sedang bercengkerama. Nampaknya sudah ada beberapa treker di depanku yang juga ingin merasakan eksotiknya berjalan menyusuri sungai dan hutan menuju curug benowo. Segera kuhampiri pos itu dan ikut berbincang dengan petugas. Ternyata petugasnya bapak bapak yang berasal dari Kulon Progo. Setelah ngobrol sana – sini sebentar karena sama-sama dari Jogja maka aku segera menghampiri kendaraanku dan naik menyusuri jalan desa yang berbatu-batu. untuk pengendara dari desa sepertiku tidak menjadi masalah, jalan itu masih cukup baik. Namun bagi pengendara yang biasa jalan di kota, tentu akan menjadi kesulitan tersendiri. Setelah kurang lebih 10 menit, tibalah aku di Pos Penjagaan Curug Benowo. Kembali aku sedikit berbincang untuk memastikan bahwa jalan yang ku ambil benar dan sedikit minta petunjuk untuk jalur treking yang akan kulalui.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H