Mohon tunggu...
Iast Wiastuti
Iast Wiastuti Mohon Tunggu... Administrasi - Menyenangi hal-hal yg beraktualisasi ke masyarakat

Mengembangkan 12 destinasi pesisir Jakarta Utara demi terciptanya kesejahteraan masyarakat, meningkatkan perekonomian, menghapuskan kemiskinan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mesjid Luar Batang Tempat Penyebaran Islam

29 Juli 2011   21:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:15 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENJARINGAN - Kampung Luar Batang terdapat di Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, tepat dibelakang Pelabuhan Sunda Kelapa. Asal muasal kawasan ini, berasal dari peraturan pemerintah Belanda yang berkuasa di abad ke-18. Kampung di luar kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa ini dibatasi pemerintah dengan batang pohon. Balok kayu atau groote boom (read: Belanda) dipasang untuk membatasi warga keluar masuk pelabuhan saat itu. Letaknya tepat di depan pos pabeanan dekat Kali Ciliwung. Lokasi di luar batas dari balok kayu tersebut selanjutnya disebut Kampung Luar Batang untuk memudahkan penyebutan warga. Kawasan di luar batas ini juga menandai perlunya warga untuk membayar retribusi bila memasuki pelabuhan. Di kampung inilah tinggal seorang Habib Sayid Husein bin Abubakar Alaydrus, ulama dari Yaman Selatan. Bahkan nama Habib Husein dikenal sebagai salah seorang murid Syekh al Habib Abdulloh bin Alwi al Hadad, ulama besar di Jazirah Arab saat itu. Bahkan peranannya menyiargam agama tercatat dengan baik di salah satu negara Timur Tengah ini. Habib Husesin dalam usia mudanya lalu mengarungi samudera untuk menyiarkan agama Islam ke Nusantara sambil berdagang. Sosok Habib Hussein ini dikenal baik oleh warga Luar Batang yang dulu namanya Kampung Baru. Disinilah beliau berkenalan dengan seorang anak pejabat Belanda (sinyo). Hubungan keduanya berlangsung baik, hingga sinyo tersebut kembali ke Belanda untuk pendidikan. Dia lalu kembali ke Tanah Air sebagai pejabat pemerintah dan masih menemui Habib. Pemerintah provinsi pun mulai mengembangkan bangunan ini sebagai cagar budaya yang tercatat ada sejak abad 18. Di kawasan inilah dulu tercatat ada sejarah interaksi antar pemerintah kolonial dengan ulama di tanah Jakarta. "Dulu mesjid ini masih berupa bangunan langgar (surau) dimana pernah menjadi perkumpulan masyarakat pribumi untuk mengembangkan siar agama," ungkap Husein bin Abdullah Alaydrus (40) keturunan generasi Namun pihak Belanda mencurigai, perkumpulan ini hingga Habib Husein pun ditangkap pemerintah kolonial. Beliau bersama pengikutnya juga dimasukkan ke dalam penjara seksi lima di kawasan Glodok, namun dibebaskan karena tidak terbukti. Saat Habib Husein meninggal, dia berpesan untuk dimakamkan di lokasi Kampung Baru. Namun pemerintah saat itu meminta agar habib dimakamkan ke pemakaman khusus orang Arab, di Tanah Abang. Namun setiap kali kurung batangnya tiba di pemakanan, selalu saja jenazahnya tidak ada. "Muridnya lalu menemukan jenazah ulama ini ada di langgar. Kejadian ini terjadi sebanyak tiga kali, hingga akhirnya beliau dimakamkan disamping langgar," ujar Husein. Hingga sekarang lokasi makam keramat inipun dikenal sebagai Kampung Luar Batang. Kini surau tersebut telah diubah menjadi masjid megah bergaya paduan Eropa dan Hindu. Disebelahnya masih terdapat makam ulama yang ceritanya bahkan terdengar hingga negeri Belanda ini. Hingga saat ini banyak pezirah dari berbagai daerah maupun mancanegara yang datang ke tempat ini. Kasudin Kominfo Jakarta Utara Hasmi Khalid menjelaskan hingga saat ini pezirah terus mendatangi tempat ini. "Baik dari luar daerah maupun luar negeri," ungkapnya. Pemerintah pun terus melakukan perbaikan di lokasi yang oleh pemerintah provinsi dimasukan sebagai kawasan cagar budaya. Bahkan Hasmi mencatat, sedikitnya ada enam bus besar per hari yang datang ke tempat ini. Kedepan pemerintah akan mengembangkan lokasi parkir dan tempat souvenir. "Tujuannya supaya pendatang lebih banyak lagi," ungkapnya. Banyak dari mancanegara selain ke makam juga mengunjungi bekas gedung VOC dan Pelabuhan Sunda Kelapa yang tidak jauh dari lokasi.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun