Mohon tunggu...
wisanggeni 54
wisanggeni 54 Mohon Tunggu... -

Berjalanlah di atas rel yang lurus..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Semoga Yogya Tidak Terganggu dengan Aksi Demo Anarkis

29 Maret 2012   09:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:18 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

ilustrasi

Pada bulan April 2012, pemerintah rencananya akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) kembali, karena terkait dengan harga BBM internasional yang terus mengalami fluktuasi. Selain itu, tentunya banyak pertimbangan termasuk memangkas subsidi BBM tersebut yang memberatkan anggaran negara.

Oleh karena itu, pemerintah sebaiknya tidak takut dianggap tak populer dengan menerapkan kebijakan menaikkan harga BBM. Kenaikan harga BBM memang kebijakan tak populer, namun bagaimana juga pemerintah harus melakukannya. Apalagi, harga BBM di Indonesia sekarang ini memang termasuk rendah dibanding negara lain.

Kalau pemerintah tidak menaikkan harga BBM, implikasinya anggaran akan membengkak untuk subsidi BBM sehingga kebijakan menaikkan harga BBM memang harus ditempuh oleh pemerintah dalam waktu sesegera mungkin. Kebijakan menaikkan harga BBM lebih tepat dibanding pembatasan BBM, mengingat pembatasan BBM akan membutuhkan biaya (cost) yang jauh lebih besar, terutama pengawasannya.

Hanya saja, imbas dari kenaikan harga BBM tentunya ada yang kontra, seperti para mahasiswa yang selalu melakukan aksi demontrasi. Demo sendiri sebenarnya tidak dilarang, tapi kalau sudah merusak, menyandera, membakar, melempar dan tindakan brutal lain, seperti yang ditayangkan di stasiun televisi, tentu yang rugi adalah masyarakat. Ironis memang, para pendemo membela masyarakat, tapi mayarakatlah yang justru sengsara.

Seperti yang terjadi di daerah, di Yogyakarta. Massa mahasiswa yang tegabung dalam Aliansi Mahasiswa Menggugat, Aliansi Rakyat Menggugat, maupun Forum Mahasiswa Nusantara telah menduduki dan menyegel stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Semaki, Yogyakarta. Masyarakat yang akan antri mengisi BBM kendaraannya menjadi takut oleh ulah para pendemo.

Belum lagi aksi pendudukan dan penyegelan SPBU di dekat perempatan Jalan Taman Siswa dan Jalan Sultan Agung Yogyakarta baru-baru ini. Ketika saya ke sana, situasi sungguh membuat masyarakat menjadi resah. Belum lagi diketahui bahwa para mahasiswa itu terlihat dari luar kota Yogyakarta.

Bila aksi ini tersorot kamera televisi, saya menjadi khawatir bahwa kota Yogyakarta menjadi rusuh dan tidak aman. Padahal mahasiswa universitas terkemuka di kota itu melakukan aksi dengan damai, tidak seperti kelompok mahasiswa yang disebut di atas.

Oleh karena itu, saya sebagai masyarakat sangat setuju bila aksi demo yang brutal perlu ditertibkan dengan tegas oleh aparat keamanan. Tidak hanya di Yogyakarta saja, tapi juga di daerah lain termasuk Jakarta, Makassar, dan Medan. Semoga Yogyakarta tetap menjadi kota budaya dan kota pelajar yang aman serta damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun