Mohon tunggu...
Wisaksono Adhi
Wisaksono Adhi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Pasca Sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Maraton tapi Bukan Lari

10 November 2020   17:59 Diperbarui: 10 November 2020   18:09 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(KSG11) Pandemi telah banyak membuat perubahan di masyarakat. Kondisi pandemi membuat masyarakat lebih banyak berdiam di rumah dan melakukan segaa hal juga dari rumah.  Perubahan perilaku tersebut juga merasuk pada cara mengkonsumsi media. Mungkin dulu banyak yang masih menggunakan media konvensional dalam mendapatkan hiburan. Namun di era pandemi ini media digital menjadi semakin digandrungi oleh masyarakat. Salah satunya adalah masyarakat menggunakan medi digital dalam menikmati tontonan, salah satunya drama korea. Drama Korea telah menjelma menjadi tontonan yang paling banyak diburu oleh masyarakat. Miniseri ini biasaya berdurasi kurang lebih 50 menit dengan 16 seri per musim. Tidak mengherankan bila dimasa pandemi ini banyak masyarakat yang sukarela menonton secara maraton drama korea tesebut alias menonton dalam banyak episode sekaligus.

Sebenarnya apa yang membuat masyarakat menggandrungi drama Korea? Jika dibandingkan dengan drama karya Indonesia. Drama korea ini setiap season paling banyak hanya terdiri dari 16-20 episode saja, sedangkan drama Indonesia bisa mencapai ratusan episode. Jadi secara cerita tentu tidak membosankan dibanding drama Indonesia yang cenderung tidak jelas. Dari segi penayangannya, drama Korea memiliki strategi periodik, dimana strategi ini justru membuat penonton semakin penasaran dan dengan sukarela menanti aktor dan aktris idolanya muncul. Hal menarik lainnya dari darama Korea adalah bagaimana mereka menyusun skenario. Skenario yang mereka hasilkan memang sangat baik baik dari alur yang mampu memainkan emosi penonton dan juga pemeran yang dipilih juga pas dalam membawakan karakter yang dimainkannya. Dengan kata lain, pembuatan drama korea itu memang digarap secara serius dengan mempertimbangkan beragam aspek agar diminati oleh masyarakat. Dalam drama Korea penonton juga sering dihujani oleh kata-kata romantis para pemain dalam skenario yang ditampilkan. Rasanya hati penonton akan semakin melelh oleh tayangan ini.

Semua hal itulah yang menjadikan daram Korea semakin diminati oleh masyarakat dibanding sinetron dalam negeri. Disebalik itu semua apakah drama Korea bisa dikatakan sebagai bentuk dari imperialisme budaya?

Menurut  Salwen (1991:30) imperialisme budaya adalah proses pengaruh sosial yang dapat diverifikasi di mana suatu negara mempengaruh negara lain mengenai keyakinan, nilai, pengetahuan, dan norma perilaku serta gaya hidupnya secara keseluruhan. Serangan drama Korea ini juga membawa kesemuanya itu untuk disajikan kepada penonton. Jika hal ini dilakukan secara berulang ulang, secara perlahan-lahan akan masuk ke dala penonton video itu. Sebenarnya di dalam drama korea, apapun judulnya selalu memiliki benang merah yang sama dalam hal keyakinan, nilai, pengetahuan dan norma perilaku serta gaya hidup. Apa yang menjadi benang merah itu merupakan budaya khas Korea. Tentulah apabila penonton sudah terpengaruh, makan hal ini juga akan merubah nilai, keyakinan, perilaku dan gaya hidupnya keraha seperti yang mereka lihat dalam video itu. Walaupun penonton ini memiliki akar budaya yang berbeda dengan budaya Korea. Makanya sekarang banyak sekali para penonton drama Korea yang mulai juga mengikuti budaya Korea.

Terkait dengan imperialisme budaya, banyak peneliti yang menganggap bahwa negara pinggiran (periphery) sangat bergantung pada media yang dimiliki oleh negara maju. Artinya imperalisme budaya ini menjadikan negara maju untu membangun dominasi kepada negara pinggiran tidak menggunakan bentuk penguasaan militer, akan tetapi menggunakan produk ekonomi-politik. Begitu juga dengan produk drama Korea. Hadirnya drama Korea merupakan bentuk penjajahan negara Korea Selatan kepada negara lain melalui industri kreatif. Mereka sadar betul jika menguaai suatu negara menggunakan gaya militer tentu tidak tepat. Dampak dari drama Korea ini tentunya mampu membangun dominasi Korea Selatan keatas negara-negara lain. Selain itu juga akan mendatangkan keuntungan secara ekonomi kepada Korea Selatan. Bagaimanapun juga dalam drama Korea ini juga mengandung produk-produk Korea Selatan yang pada akhirnya diminati oleh penonton drama Korea yang berasal diluar Korea Selatan. Imperalisme budaya sangat menekankan pada efek media yang termuat dalam teori hypodermic needle yang mengandaikan bahwa media memiliki pengaruh langsung terhadap khalayak.

Dalam drama Korea peranan media sangat penting dalam persebaran tayangan itu keseluruh penjuru dunia. Pemerintah Korea memahami betul bahwa media dan teknologi yang ada saat ini akan mampu mempercepat penetrasi tayangan tersebut kepada masyrakat dunia. Oleh sebab itu mereka senantiasa selalu meningkatakan kemapuan penguasaan teknologi dan menggunakan media digital sebagai alat utamanya.

Jadi penetrasi tayangan drama Korea secara maraton tentu menjadi prioritas Korea Selatan dalam rangka menguasai dunia melalui industri kreatif untuk mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi negara Korea Selatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun