Terobosan demi terobosan semakin menggila, bahkan bisa membuat generasi muda ini kebingungan untuk bersosial atau berbicara dengan tepat.Â
Misalnya saja, anak muda lebih cerdas dari generasi sebelumnya, sebab informasi lebih lancar masuk ke dunia mereka dan yang jadi kesalahan adalah mengolah, menyaring dan mengembangkan informasi menjadi lebih tepat guna. Perlukah hal itu bagi mereka?
Permainan contoh kasus terakhir adalah beberapa orang menginginkan hal ringan dan instan, tidak ingin ribet, terlalu berpikir bahkan tidak ingin membuatnya sendiri.Â
Praktis, mungkin kata itu selalu terdengar oleh kita, tetapi bagaimana jika hal tersebut terkonsumsi oleh banyak orang di Indonesia?
Dampaknya bisa saja kehilangan arah, jatidiri bahkan nilai diri, yang lebih parah adalah membunuh diri sendiri demi menyenangkan orang lain atau mengikuti tren.Â
Ini bisa dibilang perlu diwaspadai sebab kesehatan mental hari ini lebih sering terdengar daripada sakit kepala sampai pegal linu. Apa yang sebenarnya terjadi?
Dari sisi tersebut, literasi terlalu hadir sebagai teks yang indah dan mendayu-dayu. Literasi menjadi pelampiasan untuk bersosial dan seringkali dicap sebagai ruang kedua untuk healing dan get something to find an energy. Bagi saya, tidak semudah itu.
Literasi baiknya sebagai pondasi awal pembelajaran untuk hidup, bermanfaat untuk hidup dan selangkah lebih maju untuk keberlangsungan hidup.Â
Pertanyaan yang telah tertulis dapat pembaca kembangkan menjadi jawaban tersendiri; and the last question is "What should i do now?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H