Mohon tunggu...
Wirma Gani
Wirma Gani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa baru yang suka menonton balapan dan sesekali menulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Nostalgia Perjalanan menuju UTBK

13 Mei 2024   20:34 Diperbarui: 13 Mei 2024   21:00 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Saat ini, UTBK-SNBT sedang berlangsung. Melihat euforia yang terjadi setiap tahun ini membuatku teringat dengan diriku sendiri saat mempersiapkan UTBK-SNBT tahun lalu. Aku menjalani gap year selama satu tahun dan UTBK 2023 adalah UTBK pertama dan satu-satunya bagiku. UTBK tahun 2022, yang saat itu masih bernama SBMPTN, aku lewatkan karena tujuanku bukanlah perguruan tinggi negeri, pilihanku jatuh pada salah satu sekolah kedinasan. Pilihan ini didasarkan pada keinginan orang tuaku yang menginginkan anaknya untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah kedinasan. Kendati demikian, hak untuk memilih sekolah mana yang akan dituju tetap ada padaku. Singkat cerita, aku gagal untuk mewujudkan keinginan orang tuaku, padahal tinggal satu langkah lagi sebelum aku diterima menjadi mahasiswa di sekolah tersebut. Walaupun gagal, aku cukup puas dapat melangkah cukup jauh dalam seleksi sekolah kedinasan tersebut. 

Resmilah aku menyandang status pengangguran per tanggal 7 September 2022, hari di mana aku gagal lolos ke tahap akhir SPTB (Seleksi Penerimaan Taruna Baru). Sulit menerima bahwa aku gagal pada saat itu karena aku tidak tahu di mana letak kesalahanku sehingga harus terbuang dari daftar peserta SPTB. Namun, yang terjadi biarlah terjadi, mungkin aku memang tidak cukup baik untuk menjadi seorang taruna sekolah kedinasan. Setelahnya, aku mencoba menikmati hari-hari sebagai seorang siswa gap year -- kalau tidak mau disebut pengangguran -- dengan rutinitas-rutinitas baru yang belum aku temukan. Dua bulan pertama aku gunakan untuk melepaskan beban pikiran yang selama ini aku rasakan sebagai seorang siswa. Aku melakukan hal-hal yang sebelumnya tidak bisa aku lakukan, seperti berlibur, bermain video game seharian, hingga tidur siang, sesuatu yang cukup sulit dilakukan di masa-masa sekolah dulu. 

Dua bulan berlalu cukup lama karena tidak ada rutinitas yang pasti setiap harinya, tetapi aku cukup menikmati masa-masa tersebut. Akhirnya informasi resmi UTBK 2023 dirilis oleh SNPMB BPPP yang sebelumnya bernama LTMPT. Terdapat beberapa perubahan mengenai teknis pada UTBK 2023. Setelah informasi dari SNPMB BPPP rilis, aku mulai mengambil langkah awal untuk menghadapi UTBK 2023 walaupun aku belum menentukan pilihan ke mana aku akan berkuliah. Aku mulai membuat jadwal harian untuk hari-hari ke depan sebelum pelaksanaan UTBK. Kegiatan seperti olahraga pagi, belajar, istirahat, menulis dan sebagainya mengisi hari-hariku selama beberapa bulan. Selain itu, aku juga mempersiapkan materi-materi yang menjadi langganan dalam UTBK. Menghadapi UTBK mungkin terlihat sulit, tetapi dengan waktu yang ada aku yakin dapat mengatasinya. setidaknya itu yang ada dalam benak aku saat itu. Lalu apakah kenyataannya demikian?

Mempersiapkan sebuah ujian saat masih duduk di bangku sekolah dan setelah lulus terasa sangat berbeda. Saat di sekolah, belajar mungkin bukan hal yang sulit, materi sudah tersedia, ada guru yang mengajar, jadwal yang teratur, teman-teman seperjuangan, dan mungkin teman satu sekolah yang kita sukai dapat menjadi semangat tersendiri. Kita hanya perlu duduk manis dan menikmati semua yang ada, andai pun merasa stres, ada teman-teman yang mengalami nasib serupa dan dapat menjadi tempat untuk saling berkeluh kesah. Namun, setelah lulus semua itu menghilang, kita harus mencari dan menyiapkan sendiri apa yang akan dipelajari, membuat jadwal belajar sendiri, mempelajari semua materi sendiri, dan saat merasa stres kita harus dapat menemukan motivasi untuk bangkit kembali. Tak cukup dengan kesendirian, kita juga harus menguatkan diri saat melihat sosial media teman kita dipenuhi dengan keseruan mereka saat mengikuti berbagai kegiatan di kampusnya masing-masing, sedangkan kita masih harus berjuang untuk mendapat kampus impian. Tapi di sisi lain hal tersebut dapat menjadi motivasi agar kita dapat mencapai titik yang sama dengan teman-teman kita. 

Seiring berjalannya waktu, semua kesendirian tersebut ternyata tidak begitu buruk, paling tidak begitulah yang aku rasakan. Bahkan aku merasa terlalu santai untuk orang yang seharusnya tertekan dengan kondisi yang ada. Di titik ini aku bersyukur bahwa aku terbiasa dengan kesendirian. Aku menikmati hari-hari dengan kegiatan yang sudah dijadwalkan sebelumnya. Memulai hari dengan olahraga pagi, dilanjutkan dengan belajar, istirahat, dan belajar lagi di malam hari menjadi aktivitas rutin setiap harinya. Di saat ini aku merasa bahwa ternyata belajar adalah aktivitas yang menyenangkan, mungkin hal ini aku rasakan karena aku melakukannya tanpa tuntutan dan beban apapun. Benar bahwa tujuanku cukup besar, yaitu lolos UTBK di kampus impianku, tapi tujuan akhir tersebut akan terasa berat jika dipikir terus-menerus sejak awal. Aku hanya berusaha menjalani hari demi hari dan fokus untuk membuat progres setiap harinya. 

Sejak November aku mulai belajar untuk UTBK, walaupun hanya satu kali pada akhir bulan itu. Aku memulai dengan mengerjakan latihan soal baru yang ada di laman SNPMB BPPP. Tentu aku merasa kesulitan karena persiapan yang masih nihil pada saat itu, tetapi dari latihan tersebut aku mulai mendapat mendapat gambaran apa saja yang harus aku pelajari. Mulailah pada bulan Desember aku meningkatkan intensitas belajar aku meskipun hanya satu atau dua kali dalam seminggu dibarengi dengan try out. Barulah pada pertengahan Januari aku mulai rutin belajar hampir setiap hari kecuali di akhir pekan. Sebagai gantinya, aku mengerjakan try out setiap akhir pekan. Hasil dari setiap try out nantinya akan diulas dan dijadikan acuan untuk memperkuat materi-materi yang sekiranya masih dirasa sulit. 

Melakukan semua hal tersebut terbilang "gampang-gampang susah", terasa sulit karena semua harus aku lakukan sendiri, mulai dari mencari materi-materi yang akan muncul, mempelajarinya, melaksanakan try out, mengulas hasil try out, dan memperdalam materi yang kurang dipahami. Tidak ada guru maupun teman yang membantu karena aku sendiri tidak mengikuti bimbel atau les apapun, aku hanya bermodal sebuah smartphone yang aku punya dan beberapa buku latihan soal, tak lupa alat tulis untuk mencatat. Namun, karena waktu yang aku miliki cukup banyak menjadikannya terasa lebih mudah. Dibandingkan dengan teman-teman kelas 12 yang masih memiliki banyak kegiatan, tentu aku lebih santai dalam mempersiapkan UTBK sebab tidak harus memikirkan ujian sekolah, ujian praktik, tugas akhir, dan hal-hal lain di saat yang bersamaan. 

Di samping usaha, tentu kita tidak dapat meninggalkan doa. Aku meyakini bahwa usaha dan doa berjalan beriringan, keduanya saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan. Percaya atau tidak dengan doa kita dapat merasa lebih tenang dalam menghadapi semua hal. Bahwa doa tidak hanya menjadi sarana hamba meminta pada Tuhannya, tetapi juga bentuk kepasrahan makhluk kepada penciptanya. Banyak hal di dunia ini yang berjalan di luar kehendak kita dan terkadang kita merasa bahwa kita dapat mengendalikan semuanya. Yang terlupakan adalah bahwa tidak semua hal berjalan sesuai keinginan kita. Usaha yang kita lakukan belum tentu berhasil seperti yang kita inginkan dan doa menjadi pengingat bahwa hasil usaha kita bukanlah urusan kita. Yang perlu dilakukan hanyalah berusaha dan menyerahkan hasilnya pada Tuhan. 

Pilihan program studi dan universitas sudah ditentukan, persiapan pun telah dilakukan, tibalah saatnya hari pelaksanaan UTBK. Aku mendapat jadwal di hari keempat gelombang pertama. Semua berjalan lancar pada hari tersebut. Suasana ruang ujian bukan lagi hal yang asing bagiku karena dalam SPTB sebelumnya terdapat berbagai tahap seleksi dan aku hampir melewati semua ujian yang ada. Kendati demikian, rasa gugup tetap ada, tetapi tidak sampai mengganggu fokus hingga mengacaukan persiapan yang sudah aku lakukan. 

Aku merasa hari tersebut dipenuhi dengan keberuntungan. Dapat tiba di tempat ujian dengan selamat saja merupakan sebuah keberuntungan karena tiba di tempat ujian adalah kunci pertama keberhasilan sebuah ujian. Mungkin terdengar lucu, tapi demikianlah adanya. Ditambah dengan meja ujian yang bersekat sehingga setiap peserta tidak mudah terganggu oleh peserta lain dan dapat fokus dengan diri sendiri. Waktu 195 menit terasa cukup lama, tetapi aku cukup menikmati keseruan mengerjakan setiap soal yang ada. Terkadang aku merasa senang dengan soal yang aku yakin akan jawabannya, terkadang juga aku merasa bingung dan pasrah karena tidak menemukan maksud dari sebuah soal. Setelah semua soal terjawab aku merasa cukup lega. aku tidak peduli berapa skor yang akan aku dapatkan nantinya, yang terpenting aku dapat lolos di tempat pilihanku. 

Dengan semua usaha dan doa yang sudah aku panjatkan, aku merasa yakin dapat lolos pada UTBK kali ini. Satu bulan lebih menunggu pengumuman UTBK terasa sangat lama. Waktu tersebut aku isi dengan menulis beberapa hal untuk diunggah ke media massa ataupun di media sosial pribadi. Selain itu aku juga menonton video pengukuhan mahasiswa baru di tahun sebelumnya dan menyiapkan berkas-berkas untuk pendaftaran ulang sebagai manifestasi. Tidak ada salahnya toh melakukannya sedikit lebih awal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun