Tidak ,adik adik ini benar benar makan dari 73 ribu rupiah itu ,mirisnya? Mereka tidak mendapatkan uang itu per hari ,kalau perhari masih mungkin mereka akan dapat hak itu secara rapel bisa jadi bulan depaan.Disini pemberian sembako,berjalan hancur sekali.Bayangkan kota sebesar ini dapat jatah Cuma 15.000 sembako ,artinya per RT yang dikasih itu Cuma 5 KK ,di kota ini wajar saja RT RT tidak merasa di hargai.
Pernah ku dengar,Gubernur kami sampai mengamuk terhadap walikota yang tidak sampai suaranya 30 persen dari warga disini.Kita folus lagi,pendataan sangat buruk disini ,data pembagian menggunakan data 9 tahun yang lalu,2011.Selain validitas,entah apa yang terjadi gaji gaji RT dan RW tidak dibagikan ,entah kenapa,tapi konon memang Sri Mulyani buat kebijakan begitu banyak rasionalisasi ,dampak nya ke RT ini tak bergaji,beberapa mengambil inisiatif dengan menggalang iuran warga bayar RT nya sendiri
Situasi Covid ini ,pemerintah mohon maaf sekali lagi dipertentangkan kenapa bis alekas ber PSBB,satu sisi aku sepakat untuk PSBB,karena warga ngeyel
Covid ini harus tangani secara serius,tapi yang paling menyedihkan itu tadi,kita melihat untuk kasus PSBB ,anggaran sangat mudah diselewengkan ,kita tak tahu apa apa akses terkait tendernya bagaimana,pengawasan ku pikir tak akan begitu ketat,dana milyaran menguur,dikota ini 100 milyar,sementara rumor beredar bahwa salah satu bumd yang mebagikan ini ,itu mengambil sumbangan bukan dari dinsos,tapi guru guru yang menyumbang secara iklas tapi sistematis,jadi kemana anggaran Covid.Walikota agaknya selain kurang komunikasi atau terlalu ngerti ini tidak sistematis geraknya.
Tapi fokus kepada relawan covid 19 ini ,seandainya diketahui akan lebih baik lagi ,73 ribu itu tidak layak ,apalagi Main rapel ,tak ayal ,mereka pun berbuka dapat dan nyari santunan ke mana mana ,jam kerja dari jam 08.00 sampai jam 05.00 sore.
Oh iya satu lagi ,kemarin sempat viral bahwa ada relawan yang memijak beras,ini keluar dari Goriau.com, media ini dpaat panggungnya dengan menyorot ini  kemana mana,sebenarnya faktanya itu bukan relawan,itu dari dinas sosial yang berkunjung,menggelikan mereka datang,memijak beras,lalu semua menyalahkan relawan covid 19 .
Disatu sisi kita harus menyadari saling menyalahkan bukanlah hal yang tepat,tapi kebijakan ini memang harus di evaluasi dan diawasi ditengah tengah pandemi jangan sampai ada yang bunting dalam lipatan memanfaatkan situasi.Walikota harus sinergis dengan berbagai pihak.
Ini belum cukup,satu lagi PR kedepan,Pekanbaru ini sebenarnya rentan sekali karena bisa dimasuki semua penjuru ,jaraknya yang sangat dekat dengan negara tetangga,Malaysia yang sudah parah duluan adalah tantangan tersendiri,kota ini memiliki banyak kamlus yang jadi tujuan mahasiswa rantau dari Sumbar dari Sumut,Sumsel dan jambi,pak wako pak Gubri segera pandataan ada ratusan Mahasiswa yang rentan sekali masih berada di Kota Pekanbaru.Pekanbaru PSBB itu mahasiswa rantau yang rentan itu diperhatikan atau segera paksa mereka pulang melalui tangan dan komunikasi dengan pemerintah provinsinya,kemarin ada pendataan,dari Sumut itu terbanyak,dan yang lumayan susah itu yang dari Meranti,sebab akses ke pulau meranti dari Pekanbaru via laut itu sudah di tutup ada puluhan yang masihh di Pekanbaru,begitu juga mahasiswa Kepulauan Riau yang saat ini mungkin kita tidak tau kawan kawan ini sampai kapan harus bertahan,mau pulang via jalur mana.Mereka ini rentan sekali mengingat ,LockDown Pekanbaru yang tampaknya penuh ketidak jelasan ini-semoga segera diperbaiki,sedangkan warga tempatanya saja masih tidak terdata dan terkonsolidasi dengan baik,apalagi mahasiswa rantau ini -alamak
Semoga Covid 19 ini segera berakhir,dan sekali lagi ,semua dari kita layak untuk bertanya ,anggaran milyaran itu kemana saja,sebab 1 minggu Pekanbaru PSBB ,warganya tidak dapat bantuan,RT RW bahkan menolak ,semoga kekejian dibalik bencana non alam ini segera berakhir .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H