Mohon tunggu...
Dr Dedy Wiredja
Dr Dedy Wiredja Mohon Tunggu... -

Akademisi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perbedaan Foke dan Prabowo Atas Hasil Quick Count

10 Juli 2014   18:17 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:45 1166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan hasil sementara quick count berbagai lembaga survei pada pilpres 2014, kedua calon presiden telah mendeklarasikan kemenangannya kemarin (9 Juli 2014). Deklarasi capres-cawapres Jokowi-JK berdasarkan hasil Quick Count dari sedikitnya 7 lembaga survei (LSI, SMRC, RRI, Litbang Kompas, Populi Centre, CSIS, dan IPI) sementara deklarasi Prabowo-Hatta berdasarkan hasil Quick Count dari 4 lembaga survei (IRC, LSN, JSI, Puskaptis).

Hal ini berbeda ketika pilkada DKI putaran kedua (September 2012), ketika hasil sementara quick count menunjukkan keunggulan pasangan Jokowi-Ahok (53%) atas Foke-Nara (47%), Bapak Fauzi Bowo (Foke) menelepon Bapak Joko Widodo (Jokowi) untuk mengucapkan selamat di sore hari yang sama, mengucapkan selamat sambil menunggu penetapan hasil dari KPU DKI Jakarta. Suatu sikap ksatria yang perlu kita banggakan !

Mari kita cermati beberapa hasil dari quick count tersebut. Karena quick count merupakan metode ilmiah statistik yang berdasarkan sampling, tentu ada tingkat kesalahan (margin of error) dari hasil quick count dibandingkan hasil real count walaupun hasilnya tidak akan jauh berbeda. Semakin banyak sampel yang diambil, akan semakin kecil tingkat kesalahannya. Contohnya, jika sebuah lembaga survei mengambil 385 TPS sebagai sampel, maka margin of error nya adalah 5%. Jika diambil 2000 TPS sebagai sampel, maka margin of error hasil quick count adalah 1%. Jika diambil 4000 TPS sebagai sampel, maka margin of error hasil quick count adalah 0.68%. Walaupun hasil quick count, jika data yang masuk telah mencapai 80% pergerakan hasil tidak akan berubah banyak karena data telah mencapai titik keseimbangan.

Hasil Quick Count SMRC dan RRI

Hasil Quick Count SMRC (berdasarkan 98,3% data yang masuk), Prabowo-Hatta mendapat 47.09% sementara Jokowi-JK: 52.91% dengan margin of error 0.68%

Sementara hasil Quick Count RRI (berdasarkan 98.65% data yang masuk), Prabowo-Hatta mendapatkan 47.46% sementara Jokowi-JK: 52.54% dengan margin of error 0.68%

Secara statistik, hasil dari pengujian sampel yang dilakukan oleh SMRC dan RRI dapat disimpulkan secara ilmiah bahwa pasangan calon nomer urut 2 (Jokowi-JK) memenangkan Pilpres 2014. Ini karena selisih kedua pasangan jauh lebih besar daripada margin of error pengujian sampel tersebut. Menurut hasil Quick Count SMRC dengan margin of error 0.68% yang sangat kecil dibandingkan 5.82% selisih keunggulan Jokowi-JK atas Prabowo-Hatta (52.91% vs 47.09%), dapat disimpulkan secara ilmiah bahwa pasangan Jokowi-JK telah memenangkan pilpres 2014. Secara perhitungan sederhana, Jokowi-JK memperoleh  suara minimum sekitar 52.23% (52.91% dikurangi 0.68%) sementara pasangan Prabowo-Hatta setinggi-tingginya hanya mendapatkan suara maksimum  sekitar 47.76% (47.09% ditambah 0.68%). Demikian juga kesimpulan yang sama dapat diambil dari hasil quick count RRI.

Berdasarkan hasil di atas (juga didukung oleh hasil quick count lembaga survei lainnya dengan kesimpulan serupa), dapat dimenegerti jika pasangan Jokowi-JK yakin memenangkan Pilpres 2014 ini, karena secara ilmiah hasil real count akan menghasilkan kesimpulan yang sama.

Hasil Quick Count LSN dan JSI

Hasil Quick Count LSN (berdasarkan 90.37% suara yang masuk) menempatkan Prabowo-Hatta mendapatkan 50.68% sementara Jokowi-JK: 49.32% dengan margin of error 1 %.

Hasil Quick Count JSI (berdasarkan 88.60% suara yang masuk), menempatkan Prabowo-Hatta mendapatkan 50.22% sementara Jokowi-JK: 49.78% dengan margin of error 1 %.

Secara Statistik, selisih suara kedua pasangan lebih kecil dari margin of error yang ditetapkan. Jadi secara ilmiah, pengujian sampel oleh LSN dan JSI tidak dapat menghasilkan suatu kesimpulan siapa pemenang pilpres 2014. Menurut hasil Quick Count LSN dengan margin of error 1% dan keunggulan Prabowo-Hatta hanya 1.36% atas Jokowi-JK (50.68% vs 49.32%), tidak dapat disimpulkan  secara ilmiah kalau pasangan Prabowo-Hatta telah memenangkan pilpres 2014. Secara perhitungan sederhana, hasil quick count LSN dapat membuat pasangan Prabowo Hatta hanya memperoleh sekitar 49.68% (50.68% dikurangi 1%) sementara pasangan Jokowi-JK bisa berbalik unggul dengan suara maksimum sekitar 50.32% (49.32% ditambah 1%). Demikian juga, tidak ada kesimpulan definitif yang dapat diambil dari hasil quick count JSI.

Namun, Prabowo-Hatta tetap maju mendeklarasikan berdasarkan hasil di atas yang tidak menghasilkan suatu kesimpulan definitif.

Kematangan Demokrasi Kita

Mengenang sikap Foke dua tahun lalu yang mengucapkan selamat kepada Jokowi berdasarkan hasil Quick Count, ternyata benar hasil real count Pilkada DKI 2012 putaran kedua adalah Jokowi-Ahok: 53.82% sementara Foke-Nara: 46.18% (Jokowi-Ahok unggul 7.64%) Ambilah contoh hasil akhir quick count SMRC, Jokowi-Ahok mendapatkan 53.27% sementara Foke-Nara mendapatkan 46.73% (selisih keunggulan 6.46%) dengan margin of error 1%. Secara perhitungan sederhana, serendah-rendahnya Jokowi-Ahok mendapatkan suara sekitar 52.27%. Jadilah Foke mengucapkan selamat di sore hari yang sama kepada Jokowi sambil menunggu hasil resmi KPU DKI Jakarta. Satu sikap yang dapat kita banggakan.

Ini mengingatkan kita kepada perkataan Anies Baswedan bahwa demokrasi ditentukan oleh pihak yang kalah (bukan pihak yang menang). Andai semua pihak seperti Foke (legowo menerima kekalahan), tentunya demokrasi di Indonesia (sebagai negara demokrasi ketiga terbesar di dunia setelah India dan Amerika Serikat) akan semakin matang dan disegani dunia. Apalagi pilpres kali ini mempunyai tingkat partisipasi yang cukup tinggi (sekitar 72%).

Marilah kita kawal perhitungan suara mulai dari tingkat TPS, kelurahan, kecamatan, kota, provinsi, dan pusat. Ibu Megawati Soekarnoputri berulangkali mengingatkan kita semua bahwa ada 4 potensi kecurangan yang dapat mengganggu jalannya proses demokrasi di Indonesia, yaitu intel yang memihak, KPU yang tidak netral, money politics, dan IT yang tidak netral.

Sementara itu pemerintah mungkin perlu mengkaji untuk membuat suatu standardisasi pelaksanaan Quick Count dari pemilu di Indonesia agar lembaga survei benar-benar independent dan hasilnya tidak memberikan kebingungan kepada rakyat kebanyakan.

Dengan kredibilitas dan integritas KPU dan netralnya pemerintah, kita percaya bahwaIr. H. Joko Widodo akan menjadi Presiden Republik Indonesia ke-7 masa bakti 2014-2019, Amin.

MERDEKA! MERDEKA! MERDEKA!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun