Sesungguhnya, menjadi mahasiswa rantau tak selalu identik dengan pemikiran nestapa. Memang benar, adakalanya ini terdengar pilu lantaran jauh dari keluarga dan sanak saudara. Namun, di balik itu, merantau adalah opsi baik yang menjadi pintu masuk peluang terhadap berjuta kemungkinan dan pengalaman yang menanti.Â
Aku, mahasiswa rantau, di semester tua seperti saat ini, merasa rawan terjebak dalam kemelut penat lagi gelisah terhadap rutinitas perkuliahan menjelang penghujung semester. Ternyata, mahasiswa pariwisata yang lekat dengan celotehan orang awam, "enak ya jadi anak parwi main terus" kenyataannya melelahkan.Â
Malahan, belakangan ini, rasanya terlampau banyak lokus observasi untuk ujian yang harus dikunjungi. Namun, bagiku, menjadi mahasiswa pariwisata di Yogyakarta akan selalu menyenangkan. Bagaimana tidak sebab Yogyakarta senantiasa menyuguhkan ide-ide kreatif dalam kegiatan wisatanya. Buktinya, selalu saja muncul hidden gem---kata netizen, rekomendasi wisata baru di Yogyakarta yang meledak di berbagai media sosial.
Turut termakan konten, minggu lalu, aku bersama beberapa kawanku tanpa basa-basi dan wacana tiba-tiba berpetualang mencari hidden gem Ngaglik, mengarah ke Sleman utara. Sebetulnya, ini berakar dari kegagalan dan keputusasaan kami dalam pencarian lokus untuk salah satu tugas akhir kelompok suatu mata kuliah. Selepas balik menggeledah konten di TikTok, Sarsa Chill & Creative Space menjadi opsi menarik.Â
Sarsa Chill & Creative Space adalah tempat bersantai sambil melukis yang ada di Sleman. Cabang 1 berlokasi di Dusun Jayan, Sukoharjo, Ngaglik, dan cabang 2 di lantai 2 Sleman City Hall. Keduanya buka setiap hari dengan waktu operasional cabang 1 dari pukul 09.00 s.d. 18.00 WIB dan cabang 2 dari pukul 10.00 s.d. 22.00 WIB.Â
Kami memutuskan untuk mengunjungi cabang 1 Sarsa dengan modal intuisi dan Google Maps, melewati teriknya siang yang membakar kulit, berharap selamat sampai tujuan. Meskipun jaraknya cukup jauh--sebab kami berangkat dari Bantul, tidak mengurangi semangat dan rasa penasaran kami sedikitpun. Dengan optimis, kami buru-buru tancap gas dari Sewon, Bantul menuju Ngaglik menempuh jarak 17 km.
Pencarian autentisitas akhirnya dimulai diiringi dengan ekspektasi yang cukup tinggi. Berharap-harap cemas akan berbagai kemungkinan yang bisa saja akan mengecewakan kami. Namun, kekhawatiran itu luntur sesaat setelah kami tiba, "bagaimana bisa aku baru tahu ada tempat selucu ini", gumamku pada diri sendiri.Â
Kami masuk sembari melihat-lihat sekitar dan menemukan bahwa tempat ini cukup nyaman sebab fasilitas, seperti toilet dan musala sudah tersedia serta area parkirnya yang luas. Bisingnya kota pun tak terdengar lagi, hanya ada suara dari angin lembut diiringi dengan lantunan lagu yang diputar memberi kesan syahdu. Rasanya sudah tidak sabar lagi diri ini untuk mulai berkreasi memoleskan cat dan bersenang-senang.Â
Di sini, kami akhirnya memutuskan untuk memesan paket kreatif yang berbeda-beda. Aku sendiri memilih untuk mengambil Paket Paint By Number dengan alasan 'gak mau ribet mikir konsep'. Harga yang ditetapkan pun relatif beragam, tergantung pada jenis dan ukuran paket kreatif yang dipilih, berikut ini adalah rincian daftar harganya.