Setelah sebulan lebih pasca eksekusi mati salah satu WN Brazil di Indonesia, yaitu Marco Archer Cardoso Moreira, akibat kasus penyeludupan narkoba, rupanya Brazil masih belum sepenuhnya menerima atas apa yang terjadi terhadap salah satu warganya. Portal berita detik.com baru saja merilis keputusan pemerintah Indonesia yang menarik duta besar mereka di Brazil akibat sikap sepihak Brazil yang menolak memberikan mandate kepada duta besar Indonesai yang baru, Toto Riyanto.
Jumat kemarin (20/02/2015) seharusnya merupakan hari dimana Toto Riyanto diberi mandat sepenuhnya untuk bertugas di Brazil sebagai duta besar Indonesia di sana. Ini merupakan hal yang wajar dalam pergantian duta besar suatu perwakilan negara, dimana duta besar yang baru akan bertemu dengan pemimpin negara yang diwakilkan untuk mendapatkan semacam persetujuan (penyerahan credentials). Duta besar tersebut akan menyampaikan credential pada pemimpin negara yang diwakili bahwa dialah yang akan bertugas sebagai duta besar.
Namun apa yang terjadi pada Jumat kemarin sungguh di luar dugaan. Pemerintah Brazil secara sepihak menunda penyerahan credentials pada Toto Riyanto selaku duta besar Indonesia untuk Brazil. Padahal sang duta besar sudah berada di Istana Presiden Brazil, dan undangan untuk datang ke istana presiden Brazil sudah dialamatkan ke duta besar Indonesia. Penundaan secara sepihak ini membuat pihak Indonesia kesal dan menarik duta besar Indonesia untuk Brazil pada jam 22.00 waktu setempat dan mengirimkan nota protes.
Sikap Brazil pada saat dalam menunda secara sepihak penyerahan credentials pada duta besar Indonesia yang baru diduga masih ada kaitannya terhadap eksekusi salah satu warga negaranya yang dilakukan sebulan lalu di Indonesia. Apa yang dilakukan Brazil sudah mencerminkan ketidakhormatan Brazil akan upaya hukum yang dilakukan oleh Indonesia. Kesan Brazil yang masih punya dendam pada Indonesia juga sangat memalukan dalam percaturan politik internasional, karena hal ini menunjukkan ketidakdewasaan Brazil dalam menjalankan diplomasi internasional.
Brazil seharusnya cukup legowo dalam menerima eksekusi mati terhadap warga negaranya, pemerintah Indonesia juga menghargai setiap upaya pembelaan Brazil terhadap warganya. Selain itu, Brazil seharusnya tidak menggunakan kejadian ini sebagai senjata untuk menekan Indonesia, dan seharusnya memberikan pembelajaran terhadap pada warga negaranya jika ingin berpergian ke suatu negara (mengingat Brazil memiliki tingkat kriminalitas yang tinggi, termasuk penyeludupan narkoba). Kedepannya akan menarik sekali bagaimana posisi Indonesia dalam menanggapi sikap Brazil yang masih ngambek dan posisi Brazil yang masih punya dendam pada Indonesia. Diharapkan hubungan kedua negara ini tetap harmonis, mengingat baik Indonesia dan Brazil sudah punya relasi yang baik dan transaksi perdagangan yang beredar juga semakin meningkat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H