Mohon tunggu...
Wirasana Leonardo
Wirasana Leonardo Mohon Tunggu... Full Time Blogger - penulis sederhana.

seorang saksi diantara kegemparan dunia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gelap dan Terang

12 Agustus 2024   21:11 Diperbarui: 12 Agustus 2024   21:13 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seorang hampa tak kenal nasib. Ia dalam, kosong, menelan segala yang disekitar-Nya. Ia adalah Gelap, Gelap merasuk, merusak  siapa saja yang meminta bantuan-Nya. Seolah gelap adalah kesempatan terang terakhir bagi mereka.
 
"Siapa yang berkenan datang pada-Ku, maka akan kuringankan beban mereka.", kata Gelap.

Gelap menjanjikan tentram pada hamba-Nya, memberikan kesetiaan palsu kepada begundal-begundalnya, apa daya seorang fana dihadapan-Nya. Segala ikrar dan janji diberikan pada Gelap, Ia adalah harapan terakhir bagi manusia. Tetapi, didalam Gelap terukir keelokan nan abadi. Kecantikan itu bernama Terang.

Kecantikan belaka yang tersembunyi diantara Gelap. Mereka yang mengikrarkan janji pada Gelap akan bertemu dengan Terang, tentunya pada waktu yang tepat. Terang mengumpat pada pucuk kegelapan, bertengger pada lereng kematian. Terang datang saat asa fana terbakar habis. Ambisi palsu, dusta, dan kibul melambung tinggi pada kelam kordati. Terang hadir melampaui batas alam manusia. 


Seorang penyendiri tak menemukan penerangan dalam hidupnya, apa daya baginya? Ia memanggil gelap sebagai penyelamat dunia fana. Dengan senang hati Gelap menerima sang penyendiri, segala keindahan yang tak terpikirkan dikabulkan oleh Gelap. Kenyamanan, kesunyian, segalanya diberikan oleh gelap. 

Akan tetapi, Sang Penyendiri bertanya, "Mengapa aku hampa?" dengan rasa dingin di kaki.
Gelap menjawab dengan tegas, "Selamat datang di gelap."

Penyindiri itu menyesali segala keputusan yang telah ia laksanakan, ia berpikir layaknya seorang di pengasingan. Ia merasa hampa dan mencari makna dalam hidup yang kelam. Ia gelisah, berjalan kesana kemari, mencoba menemukan sedikit ekstrak kehidupan dunia fana.


Tetapi apa daya penyendiri? jiwanya milik Kegelapan. 

Gelap membuatnya berpikir, mencari makna kehidupan, bahkan mempertanyakan kehadiran dirinya di dunia ini.
Pada akhirnya, keputusan Penyendiri mutlak, ia berjanji untuk hilang diantara ajal. 

Mendalami kegelapan berarti menemukan penerangan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun