"guratan ku mulai dengan titik kecil , hari yang sombong pun terus berganti"
seperti kemarin kau hanya lemparkan senyum .
"rentik hujan pun jatuh dan membasahi tahan yang tantus"
"bibit tanaman yang ingin menunjukan kehidupan mulai mengucap syukur"
dan nampak jelas di wajah mu rasa ketakutan seakan kau dan aku bisa hidup untukselamanya. " aku pun bergumam pada mu.
"bentangkanlah layar perahu mu agar kita bisa berlabu menuju kehidupan yang kekal.
"dan di sana kehidupan baru di mulai kembali " dan senyum manismu tak lagi mendampingi ku.
"ku tak tau angin lembutakan mengajak ku pulang duluan atau malah sebaliknya . "dan kau pun kembali menunjukan rasa ketakutan mu seakan kau tak rela dengan perpisahan.
"maka persiapkanlah buah tanganmu untuk sambutan kepada para bidadari”
“dan pada saat nya gading pun mulai reatak, detik yang sombong pun tak lagi mau berputar . angin lembut pun datang dan mengatakan waktunya pulang “ pelangi baru pun mulai bermunculan seakan kecewakarnasenyum manis mu tak lagi ada di sampingku.
BIMA, 02/februari2015
Wiranto junior
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H