Mohon tunggu...
Wira Muhammad
Wira Muhammad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Terus melangkah

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

BKT dalam Sorotan: Perlu Aksi Nyata untuk Mengatasi Pencemaran

30 Desember 2024   11:27 Diperbarui: 30 Desember 2024   11:27 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Banjir Kanal Timur (BKT) merupakan salah satu proyek infrastruktur  yang dibangun pada tahun 2003 dan selesai pada tahun 2010 oleh Pemprov DKI Jakarta untuk mengatasi masalah banjir di Jakarta. Kanal tersebut berfungsi mengalirkan air dari Sungai Ciliwung sehingga  mengurangi risiko banjir di wilayah Jakarta Timur dan sekitarnya. Namun seiring berjalannya waktu, fungsi utama BKT  terganggu dengan meningkatnya tingkat polusi. Sampah rumah tangga, sampah plastik, dan bahan kimia industri berbahaya juga berkontribusi terhadap pencemaran ini, yang pada akhirnya merusak ekosistem perairan dan membahayakan kesehatan masyarakat.

Masalah pencemaran lingkungan BKT sangat kompleks dan memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak. Pencemaran ini terus muncul sejak beberapa tahun BKT diluncurkan hingga saat ini, walaupun sempat ada penanggulangan dari Pemprov DKI Jakarta, namun hal tersebut belum bisa konsisten

Busa-busa yang muncul terutama pada wilayah watergate merupakan hasil turbulensi saat pintu air dibuka, yang dimana endapan-endapan seperti detergen yang awalnya berada di dasar air naik ke permukaan hingga tercampur dan mengeluarkan busa. Tentunya ini merupakan  indikasi adanya pencemaran akibat sampah rumah tangga yang dibuang sembarangan ke saluran pembuangan mengandung bahan organik dan anorganik yang dapat mempengaruhi kualitas air. Selain itu, limbah industri yang mengandung bahan kimia berbahaya seperti logam berat dan zat berbahaya lainnya semakin memperburuk kondisi saluran. Akibatnya, kualitas air  BKT menurun secara signifikan, sehingga mempengaruhi ekologi ikan dan organisme air lainnya. 

Adapun upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mengurangi pencemaran air di Banjir Kanal Timur, seperti membuat jaring/besi-besi di sungai (sebelum air mengalir ke BKT) untuk menahan sampah-sampah agar tidak ikut terbawa, sosialisasi untuk tidak membuang limbah bahaya ke sungai, dan tidak membuang sampah ke sungai. Namun, hal ini masih kurang efektif lantaran masih banyak tumpukan sampah yang ada pada jaring-jaring pintu air sungai tentunya hal ini sangat berpengaruh pada pencemaran air di Banjir Kanal Timur.

Peran masyarakat sangat penting dalam upaya untuk mengurangi pencemaran air di BKT, dengan saling memberitahu dan mengingatkan sesama adanya bahaya akibat membuang sampah sembarangan dan limbah rumah tangga. Serta, perlu adanya sanksi sosial kepada pelaku pembuang sampah sembarang itu, demi meningkatkan rasa tanggung jawab akibat ulahnya tersebut. Memang sanksi yang berat merupakan suatu hal yang perlu dimaksimalkan demi kesejahteraan bersama, walaupun hal ini cukup bertentangan karna adanya HAM tetapi perlu dipertimbangkan lantaran selama ini dengan sanksi yang tidak begitu berat tetap ada yang mencemari air terutama limbah rumah tangga bahkan meningkat.

Walaupun sudah ada jaring-jaring untuk menahan sampah-sampah sebelum air masuk ke Banjir Kanal Timur, namun air itu sendiri masih mempunyai kandungan-kandungan berbahaya karena campuran dari sampah-sampah tersebut maupun buangan limbah rumah tangga. Untuk mengurangi kadar kandungan berbahaya tersebut, bisa dilakukan filterisasi pada air sungai sebelum masuk ke Banjir Kanal Timur. Hal ini memang terkesan tidak mungkin, lantaran perlu adanya biaya besar untuk merealisasikan itu. Namun, perlu diingat bahwa anggaran yang diperlukan untuk membangun Banjir Kanal Timur ini mencapai Rp. 4,9 Triliun yang bersumber dari APBD DKI Jakarta dan APBN. Sehingga seharusnya tidak apa-apa untuk membangun filterisasi tersebut sebelum air Banjir Kanal Timur tercampur ke laut 

Perlu adanya kesadaran dari masyarakat itu sendiri akibat ulahnya yang menjadi salah-satu penyebab air di Banjir Kanal Timur tercemar serta dengan berkolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat, diharapkan kualitas air di BKT dapat ditingkatkan, sehingga fungsi utama kenal sebagai pengendali banjir dapat kembali optimal dan lingkungan perairan tetap terjaga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun