Mohon tunggu...
Aditya Wiralaksana Putra
Aditya Wiralaksana Putra Mohon Tunggu... -

all changes come from simple thoughts...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mencetak Pemimpin “Radikal”

18 Oktober 2010   04:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:20 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Krisis kepemimpinan bangsa telah membawa bangsa ini dalam keterpurukan. Ketidak mampuan dalam mengelola kekayaan alam serta potensi tenaga kerja jusru membawa pada masalah, perampokan aset bangsa oleh Negara lain dan pengangguran. Maka sikap kepemimpinan yang mampu membawa kita keluar dari masalah ini adalah kepemimpinan radikal. Cara mewujudakan itu adalah mempersiapkan generasi muda sebagai pemimpin masa depan yang berani, cerdas, dan mau berkorban. Pengantar Ibarat Ayam mati di lumbung Padi. Perumpamaan ini seakan pantas menggambarkan realitas kondisi krisis kepemimpinan bangsa. Ketidakmampuan pemerintah dalam mengelola asset-aset kekayaan bangsa menunjukkan bahwa manajemen kepemimpinan mereka telah gagal. Ketidakmapanan mental pemimpin bangsa kini akhirnya mengarahkan Nasib Indonesia pada sub korporatokrasi. Artinya bangsa ini menghamba pada korporasi-korporasi asing yang mengelola kekayaan alam ini. Bukan karena teknologi kita tidak memadai, bukan karena tenaga ahli kita tidak mampu dan bukan karena bangsa ini terbelakang. Namun karena tidak adanya kemauan politik, hilangnya rasa keberanian, sikap tidak percaya diri dan doktrinasi asing yang dengan bodohnya kita serap secara mentah. Krisis kepemimpinan ini akhirnya melahirkan pula permasalahan lain yaitu, korupsi, degradasi moral, keasusilaan, ketidakpekaan, pelanggaran HAM, gerakan separatisme, konflik politik, dan terkikisnya nilai budaya. Dan lalu apa artinya sebuah kedaulatan bagi kita, jika dengan mudahnya Negara lain menginjak martabat kita dengan melakukan pelanggaran serta pencurian dalam batas wilayah Negara kita sendiri. Namun kami generasi muda yakin bahwa kamilah yang mewarisi tanggung jwab untuk mengentas berbagai permasalahan bangsa ini. Karena itu kami perlu menyiapkan diri, Ironi Kondisi Bangsa Di tanah Papua Indonesia terdapat pertambangan tembaga dan emas terbesar dengan kualitas emas terbaik di dunia. namanya PT Freeport. Ketika pertambangan ini dibuka hingga sekarang, pertambangan ini telah mengasilkan 7,3 JUTA ons tembaga dan 724,7 JUTA ons emas. Setelah lapisan tembaga dan emas di temukan juga akhir-akhir ini di kedalaman 400 meter terkandung mineral yang harganya 100 kali lebih mahal dari pada emas, yaitu uranium. Indonesia juga memilikicadangan gas alam terbesar di dunia tepatnya di Blok Natuna. Blok Natuna D Alpha memiliki cadangan gas hingga 202 triliun kaki kubik dan masih banyak Blok-Blok penghasil tambang dan minyak seperti Blok Cepu yang pengelolaannya sebagian besar oleh Exxon Mobil. Negara ini punya Hutan Tropis terbesar di dunia. hutan tropis ini memiliki luas 39.549.447 Hektar. keanekaragaman makhluk hidup di dalamnya yang tinggi sehingga oleh beberapa pihak wilayah ekologi Indonesia disebut dengan istilah "Mega biodiversity". Bedasarkan penelitian bahwa 10 persen tumbuhan, 12 persen mamalia, 16 persen reptil, 17 persen burung, 25 persen ikan yang ada di dunia hidup di Indonesia, padahal luas Indonesia hanya 1,3 % dari luas Bumi. Kekayaan makhluk hidup Indonesia menduduki peringkat ketiga setelah Brasil dan Republik Demokratik Kongo. Meskipun demikian, Guinness World Records pada 2008 pernah mencatat rekor Indonesia sebagai negara yang paling kencang laju kerusakan hutannya di dunia. Setiap tahun Indonesia kehilangan hutan seluas 1,8 juta hektar. Negara ini punya Luatan terluas di dunia. dikelilingi dua samudra, yaitu Pasific dan Hindia hingga tidak heran memiliki jutaan spesies ikan yang tidak dimiliki negara lain.

  • Kemiskinan di Indonesia

Data menunjukkan Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2010 sebesar 31,02 juta orang (13,33 persen). Dengan angka Garis Kemiskinan di Indonesia pada Rp211.726,- per kapita per bulan pada Maret 2010, Berdasar Badan Pusat Statistik Nasional. Artinya jika kita bagi pendapatan rata-rata per hari dari perkapita per bulan masyarakat miskin Indonesia, maka ada sekitar 31 juta masyarakat kita yang hidup perhari perorang hanya dengan uang Rp 6500,-. Ini akan lebih mencengangkan jika kita bandingkan lagi dengan angka garis kemiskinan di dunia yaitu sebesar 2$ per hari atau di kurskan adalah sekitar Rp 17.950,- per hari, (asumsi nilai tukar saat ini Rp 8975,-). Maka di prediksi ada total sekitar 50% (sekitar 100 juta rakyat lebih) rakyat indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan.

  • Kesalahan kebijakan

Dari Fakta-fakta yang telah dijabarkan di atas apa yang dapat kita katakan lagi? Kita renungkan sejenak apa yang salah dengan bangsa ini. Ternyata kenyataannya kekayaan alam Indonesia tidak hanya digunakan untuk menghidupi 230 juta rakyat negeri ini saja. Secara tidak sadar Amerika, jepang, Ingris, Prancis, dan beberapa Negara lain ikut hidup dari menikmati kekayaan alam kita. Cara yang dilakukan dengan menancapkan korporasi-korporasi nasionalnya di Negara kita, contohnya, Freeport, Newmont, Exxon, Total, dan lainnya. Sistem bagi hasil yang diterapkan pemerintah ternyata tidak berimbang bagi Indonesia. Beberapa kebijakan kita negara, ternyata pihak asing ikut campur tangan di dalamnya. Misal dalam kebijakan, pendidikan, industri, kontrak karya kerja, maritim, dan lainnya. Diterapkannya sistem out sourcing dalam ketenaga kerjaan memperparah kondisi. Dan inilah buah dari ketidak beranian dan ketidak tegasan pemerintah. Contoh beberapa ketentuan dalam kontrak bagi hasil yang cenderung pro asing;

  1. Diharuskannya Indonesia membeli minyak KKKS(kontraktor kontrak kerja sama) yang merupakan dalam bagian dari minyak DMO(domestic market oil) dengan Harga pasar sejak 1976/1977. Padahal sebelum itu minyak tersebut dapat dibeli dengan harga 25% saja dari harga pasar.
  2. Diberlakukannya Domestic Market Obligation Holiday terhadap produksi migas. (kontraktor tidak wajib menjual bagian hasil produksinya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri Indonesia dalam jangka waktu tertentu, dalam hal ini hingga 60 bulan)
  3. Diubah-ubahnya porsi bagi hasil migas, dengan kecenderungan bagian pemerintah semakin lama semakin kecil. Contoh: diberikannya porsi bagi hasil sebelum pajak 0% bagi pemerintah Indonesia dan 100% bagi kontraktor dalam kontrak pengusahaan gas alam di Natuna blok D alpha.

Aktualisasi Generasi Muda Sebagai Calon Pemimpin "Radikal" Permasalahan yang dihadapi bangsa ini sangatlah rumit. Sikap kepemimpinan yang mampu membawa keluar dari krisis ini adalah kepemimpinan "radikal". Radikal diartikan semangat perjuangan yang menggebu dangan keberanian dan komitmen untuk rela berkorban. Gambaran kepimpinan dalam bangsa ini yang terbentuk ada diraihnya kenyamanan posisi, tunjangan, dan kekuasaan. Sangat jarang kita melihat pemimpin yang mau berkorban untuk bangsa ini. Berawal dari pembentukan watak kepemimpinan generasi muda saat ini untuk mampu membawa Indonesia kearah kemandirian. Kita perlu pemimipin yang berani merenegosiasi kontrak-kontrak karya korporasi. Kita perlu pemimpin yang bisa meyakinkan rakyat untuk keluar dari zona nyaman dan mulai dari bawah untuk membangun Indonesia. Kita perlu pemimpin yang cukup cerdas dan berhati dalam menggagas strategi politinya. Dan kita perlu pemimpin yang rela untuk tidak hidup nyaman sebelum rakyatnya sejahtera. Tindakan konkrit yang bisa dilakukan generasi muda saat ini ialah; - Melibatkan diri dalam organisasi-organisasi kemasyarakatan - Belajar bersuara atas ketidakbenaran yang terjadi di sekitar - Mengasah kepekaan dengan tidak hidup dalam budaya hedonis - Membangun komunitas yang bisa melakukan kegiatan nyata untuk sekitarnya - Berkarya dalam bidang masing-masing sedini mungkin - Tidak lelah untuk terus berbuat kebaikan untuk sekitar nya - Berani untuk mewujudakan perubahan yang nyata meski dalam lingkup kecil - Membentengi diri dengan keyakinan agama - Mempelajari nilai-nilai kebangsaan dan wawasan nusantara - Belajar tentang Indonesia lebih dalam untuk membangun kebanggaan - Membekali diri dengan wawasan global Kesimpulan Untuk memperbaiki dampak atas sikap krisis kepemimpinan masa kini maka kita hanya berharap pada kelompok generasi muda. Proses agar bangsa ini mampu keluar dari permasalahan membutuhkan karakteristik pemimpin yang berani, tegas, mau berkorban dan bisa mengesampingkan kenyamanan pribadi demi kepentingan bangsa. -Aditya Wiralaksana Putra-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun