Fenomena bonus demografi akhir-akhir ini menjadi perbincangan warga Indonesia. Hal ini disebabkan karena dominasi penduduk Indonesia berada pada usia produktif yang mana fenomena tersebut dimulai sejak tahun 2020 hingga nanti puncaknya pada tahun 2045. Puncak bonus demografi seakan-akan menjadi era keemasan Indonesia lantaran tepat berusia 100 tahun kemerdekaan Indonesia, dan saat ini pemerintah mencanangkan program generasi emas 2045.
2045 yang dicanang-canangkan sebagai era keemasan Indonesia jika tidak dioptimalkan dengan maksimal justru dapat menjadi era keterpurukan Indonesia yang gagal memanfaatkan momentum puncak demografi seperti negara Mesir, Afrika Selatan, dan negara lainnya. Pemuda memiliki peranan penting dalam hal tersebut, karena jika ingin melihat nasib bangsa dimasa depan, maka lihatlah pemudanya hari ini.Â
Oleh karena itu, pemanfaatan dan pengoptimalan peran-peran pemuda hari ini menjadi salah satu faktor keberhasilan dalam menghadapi bonus demografi di masa depan. Pemuda harus diberi ruang-ruang untuk ia dapat mengakselerasikan dirinya sesuai dengan miant dan bakatnya.Â
Selain dari pada itu, peranan pemuda dalam melakukan kepemimpinan juga dirasa sangat penting, lantaran dengan kondisi masyarakat yang didominasi oleh anak muda, maka pemimpinnya harus mampu melihat apa yang menjadi kebutuhan serta tantangan pemuda masa depan. Jika pemimpinnya tidak mampu menjawab hal tersebut maka peranan pemuda tidak dapat dimaksimalkan. Oleh karena itu, pemimpin muda dirasa menjadi solusi atas persoalan tersebut karena pemimpin muda mampu memahami kondisi serta tantangan yang dialami oleh generasinya.
Pemuda dengan segala macam keunggulannya mulai dari pada kemudahan bertransformasi ke arah digital, melakukan inovasi, hingga pada pemberian suatu solusi atas sebuah masalah menjadi suatu keistimewaan tersendiri jika mampu dioptimalkan kemampuan tersebut. Hal-hal tersebut dapat menjadi daya tawar di berbagai macam sektor kehidupan, mulai dari sektor pendidikan, sosial, pun juga dengan ekonomi. Hari ini, orientasi karir pemuda lebih condong kepada hal yang bersifat kreativitas dan inovasi seperti menjadi seorang enerepreneur ketimbang menjadi seorang aparatur sipil/non-sipil negara.
Hal tersebut terjadi lantaran pemuda melihat sebuah data bahwa kemajuan peradaban bangsa salah satunya dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Data menunjukkan bahwa penunjang terbesar ekonomi negara dalam Pendapatan Domestik Bruto (PDB) sebesar 61,9% menurut Kementerian Koeprasi dan UKM RI (KEMENKOP UKM RI). Hal tersebut mampu dibaca peluang oleh pemuda untuk dapat menjadi bagian yang berkontribusi dalam pertumbuhan bangsa.
Hal-hal demikian hanya mampu dibaca oleh orang-orang se-generasinya yang mengalami suatu keresahan atau permasalahan yang sama. Atas dasar itulah, memberikan ruang akselerasi kepada para pemuda seperti halnya mengambil posisi penting dan strategis menjadi pemimpin.
Opini ini ditulis oleh : M. Malik Purnama (Kader HMI Lampung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H