Mohon tunggu...
Wira Adi Wijakseno
Wira Adi Wijakseno Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ilmu Informasi dan Perpustakaan Universitas Airlangga

Memiliki passion dalam dunia desain digital, social media enthusiast, dan volunteering.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keberhasilan Kabupaten Banyuwangi Mengubah Stigma Kota Santet menjadi Kota yang Kaya akan Wisata

7 Januari 2025   18:00 Diperbarui: 7 Januari 2025   17:48 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisatawan berfoto ria dengan landscape wisata Pulau Merah Banyuwangi (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Desa Osing Kemiren menawarkan pengalaman budaya yang autentik bagi wisatawan, seperti tarian tradisional, kuliner khas, dan rumah adat. Dengan partisipasi aktif masyarakat, desa ini tidak hanya menjadi destinasi wisata unggulan tetapi juga meningkatkan pendapatan warga setempat.

• Dampak Positif Perubahan Banyuwangi  

1. Peningkatan Jumlah Wisatawan
Salah satu indikator keberhasilan transformasi Banyuwangi adalah peningkatan jumlah wisatawan. Pada tahun 2010, Banyuwangi hanya dikunjungi oleh sekitar 670 ribu wisatawan. Namun, angka ini meningkat drastis menjadi 5,2 juta wisatawan pada tahun 2018.  

Meskipun pandemi COVID-19 sempat menurunkan jumlah kunjungan, tren pemulihan mulai terlihat pada tahun 2023. Menurut data Dinas Pariwisata Banyuwangi, sebanyak 3,18 juta wisatawan tercatat mengunjungi Banyuwangi pada tahun 2023, terdiri dari 69.639 wisatawan mancanegara dan 3,11 juta wisatawan domestik. Pemerintah menargetkan kunjungan wisatawan kembali mencapai 5 juta pada tahun 2024. (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, 2024)

2. Pertumbuhan Ekonomi Lokal  
Transformasi pariwisata memberikan dampak signifikan pada perekonomian Banyuwangi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Banyuwangi meningkat dari Rp32,46 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp83,60 triliun pada tahun 2019. Pendapatan per kapita masyarakat juga naik dari Rp20,80 juta per tahun pada 2010 menjadi Rp51,80 juta per tahun pada 2019.  (Badan Pusat Statistik Indonesia)

Sektor UMKM, yang menjadi tulang punggung ekonomi lokal, juga mengalami pertumbuhan pesat. Banyak produk lokal seperti batik khas Banyuwangi, kopi, dan olahan makanan tradisional berhasil menembus pasar nasional dan internasional.

3. Penurunan Tingkat Kemiskinan
Pertumbuhan ekonomi yang inklusif berdampak pada penurunan tingkat kemiskinan di Banyuwangi. Pada tahun 2010, tingkat kemiskinan di Banyuwangi mencapai 20,09%. Namun, angka ini berhasil ditekan tiap tahun hingga menjadi 6,54% di tahun 2024 yang lalu. (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2024)

Program-program pemberdayaan masyarakat, seperti pelatihan kewirausahaan dan pengembangan desa wisata, berkontribusi besar dalam mengurangi kesenjangan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

4. Pengakuan Nasional dan Internasional
Transformasi Banyuwangi mendapatkan pengakuan luas di tingkat nasional dan internasional. Pada tahun 2016, Banyuwangi meraih penghargaan dari Badan Pariwisata PBB (UNWTO) untuk kategori Inovasi Kebijakan Publik dan Tata Kelola Pemerintahan.  

Selain itu, Banyuwangi dinobatkan sebagai kota festival terbaik di Indonesia oleh Kementerian Pariwisata pada tahun 2018. Pengakuan ini tidak hanya meningkatkan citra Banyuwangi, tetapi juga membuka peluang kerjasama dengan berbagai pihak untuk pengembangan lebih lanjut.

•  Tantangan dan Upaya Ke Depan  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun