Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (Second)
Wira D. Purwalodra (Second) Mohon Tunggu... Dosen - Seorang Pembelajar dan Pencari Kebenaran.

Banyak mimpi yang harus kujalani dengan perasaan syukur dan ikhlas. Mimpi-mimpi ini selalu bersemi dalam lubuk jiwa, dan menjadikan aku lebih hidup. Jika kelak aku terjaga dalam mimpi-mimpi ini, pertanda keberadaanku akan segera berakhir .... dariku Wira Dharmapanti Purwalodra, yang selalu menjaga agar mimpi-mimpi ini tetap indah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tetaplah dalam Kerinduan

1 Maret 2015   19:11 Diperbarui: 6 September 2017   22:30 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh. Purwalodra

Aku selalu saja berpikir, mengapa ada kerinduan yang tertanam dalam bathin manusia ?. Dan akupun selalu kecewa, mengapa perasaan rindu itu selalu ada ketika pencarian kita sampai pada batas penemuan ?. Seandainya saja rasa rindu itu tidak pernah ada, mungkin manusia sedikit lebih kurang penderitaannya di dunia ini. Kerinduan demi kerinduan ini menghiasi hidup manusia seakan tak pernah berhenti, meski apa yang kita rindukan sudah kita miliki. Mulai dari rindu suasana, sampai merindukan sosok orang hebat, orang suci bahkan rindu akan Tuhan. Keriduan ini semakin dalam.

Berbagai upaya manusia, mencoba menepis kerinduan ini dengan berbagai aktivitas yang terus bergerak, seraya menepis rasa rindu pada apapun dan siapapun yang dirinduinya. Namun, tetap saja manusia tak mampu menepis kerinduannya, dan rasa rindu itupun semakin menghujam dalam. Mungkin, berdamai dengan kerinduan akan sedikit mengurangi kelelahan dalam memikulnya. Karena beban rindu seseorang akan semakin berat ketika negativitas fikirannya ikut campur begitu dalam.

Ketika kita menyadari bahwa hidup manusia terbatas, dan ia tidak bisa memperoleh apa yang ia inginkan. Maka, kerinduan akan hal-hal yang berharga dalam hidup ini akan terus ada, yakni kerinduan akan kebenaran, kebaikan dan keindahan yang sejati. Dari titik ini, Plato menyimpulkan, bahwa kerinduan dan pengejaran akan kebaikan, kebenaran dan keindahan juga adalah kerinduan akan keabadian.

Perlu difahami bahwa ternyata cinta adalah kekuatan di balik semua kerinduan ini. Maknanya adalah cinta memiliki arti yang luas, yakni cinta yang bersifat rohaniah dan badaniah terhadap kebenaran, kebaikan dan kecantikan yang sejati. Bentuk nyata dari cinta semacam ini adalah prokreasi, yakni menghasilkan keturunan. Prokreasi adalah tindakan yang luhur dan mulia, karena kita, manusia yang akan mati ini, meneruskan darah kita ke masa depan, dan berusaha untuk menjadi abadi.

Hidup manusia adalah bentuk dari kerinduan, yakni kerinduan pada kebaikan, kebenaran dan keindahan yang sejati. Iniilah juga yang menjadi keunggulan manusia, jika dibandingkan dengan mahluk lainnya yang mungkin tidak memiliki rasa rindu. Manusia adalah mahluk yang dengan cintanya terus berusaha untuk mencari kebaikan, kebenaran dan keindahan di dalam hidupnya, tetapi tidak pernah sungguh bisa menemukannya.

Kebahagiaan juga merupakan hal yang ingin diraih manusia, tetapi tidak akan pernah bisa diperolehnya. Kebahagiaan bisa didekati, tetapi tidak akan pernah bisa digenggam dan dimiliki. Walaupun begitu, kita, manusia, terus berusaha untuk menggapainya. Plato menyebut keadaan yang terus merindu dan mencari ini sebagai bentuk tertinggi dari keberadaan manusia.

Di dalam bukunya yang berjudul Symposion, Plato berusaha merumuskan ulang arti dari "manusia". Inti dari manusia, menurutnya, adalah pencarian. Manusia adalah mahluk yang terus mencari dan merindukan sesuatu dalam hidupnya. Ketika ia menemukan yang ia cari, ia tidak akan pernah bisa memilikinya, karena yang ia temukan itu otomatis akan lepas dari tangannya.

Manusia adalah mahluk yang mencari, tanpa pernah menemukan. Ia mendapatkan, tanpa pernah memiliki. Ini memang terdengar sedih. Akan tetapi, Plato mengajak kita untuk menyadari keadaan ini, dan menjadi bangga atasnya. Kita sebagai manusia harus merayakannya, karena ini adalah kekuatan kita sebagai manusia yang membedakan kita dengan mahluk lainnya.

Sikap ini juga adalah tanda kerendahan hati. Orang yang terus mencari berarti akan terus belajar. Ia tidak akan pernah puas dengan hal-hal yang ia ketahui. Ia tidak akan pernah memutlakkan pemikirannya sebagai kebenaran utama yang harus diikuti orang lain.

Dorongan terdalam dari sikap selalu merindu dan mencari ini adalah cinta. Cintalah yang mendorong manusia untuk terus berusaha mencari, walaupun tak pernah menemukan. Cintalah yang mendorong manusia untuk maju terus, tanpa pernah sampai pada tujuan yang diinginkan. Cinta adalah kekuatan dasar manusia yang membuatnya terus bergerak, walaupun tidak ada arah yang ingin digenggam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun