Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (Second)
Wira D. Purwalodra (Second) Mohon Tunggu... Dosen - Seorang Pembelajar dan Pencari Kebenaran.

Banyak mimpi yang harus kujalani dengan perasaan syukur dan ikhlas. Mimpi-mimpi ini selalu bersemi dalam lubuk jiwa, dan menjadikan aku lebih hidup. Jika kelak aku terjaga dalam mimpi-mimpi ini, pertanda keberadaanku akan segera berakhir .... dariku Wira Dharmapanti Purwalodra, yang selalu menjaga agar mimpi-mimpi ini tetap indah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Setiap Kesulitan Kita, Awal Dari Kemudahan

31 Oktober 2014   15:20 Diperbarui: 12 November 2017   21:13 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Oleh. Purwalodra

Kita sering memaksakan kehendaknya kepada orang lain. Harapan kita adalah agar orang tersebut melaksanakan kehendak kita itu dengan baik dan menyenangkan hati. Namun seringkali hasil dari sesuatu yang kita paksakan itu tidak maksimal seperti yang kita inginkan, karena orang tidak merasa nyaman melaksanakan sesuatu apapun yang dipaksakan. Dan ketika jiwa tersiksa, maka orang tidak akan dapat melakukan sesuatu dengan maksimal. Ia tidak akan bisa menjadi pelayan sejati, yaitu menjadi manusia untuk manusia lainnya (men for others).

Sebagai contoh kecil saja, bahwa seorang Satpam tidak akan mampu menjadi pagar hidup yang melindungi karyawan lain di dalam sebuah kantor, kalo ketidakpuasan kerja tidak melekat dalam dirinya. Dari contoh kecil ini, ternyata manusia membutuhkan suasana lepas bebas dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Suatu kebebasan yang memberikan suasana yang menyenangkan orang untuk melaksanakan pekerjaannya. Suasana seperti ini tidak diperoleh melalui suatu paksaan. Tetapi suasana seperti ini mesti diciptakan sedemikian rupa, sehingga orang merasakan nyaman dengan pekerjaannya dan menyelesaikannya.

Sebagai orang beriman kepada adanya Tuhan, kita diajak untuk senantiasa menciptakan suasana kehangatan dalam hidup kita. Dengan demikian, kita dapat menumbuhkan semangat dalam karya kita. Dengan semangat yang diberikan oleh Tuhan maka kita mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan kita sehari-hari. Hasilnya juga akan maksimal, pada saat kita melaksanakannya dengan penuh sukacita dan bahagia.

Selain itu, sejak beberapa tahun terakhir, kita sering mendengar ucapan 'momentum' baik oleh praktisi ataupun pejabat. Saya kok agak miris mendengar pejabat seperti itu tak mengerti bahasa Inggris tapi memaksakan diri seakan mengerti apa yang diucapkannya. Dan lama kelamaan, publik ikut-ikutan memakai kata "momentum" dengan cara salah kaprah, seakan merekapun mengerti pula.

Dalam bahasa Inggris ada kata "moment" yang mempunyai dua arti yang sangat jauh berbeda. Arti moment yang diketahui secara umum adalah yang menyangkut waktu, saat, waktu singkat, sejenak dan sejenisnya. Namun dalam ilmu teknik, arti moment adalah suatu gaya yang berkerja berjarak dari sumbu putar, bisa disebut sebagai gaya puntir atau gaya putar. Nah kata "momentum" itu adalah sebutan untuk percepatan atau kecepatan suatu gaya memuntir, biasanya pada gerak memutar pada mesin/motor atau benda bergerak berputar lainnya.

Jadi kata"momentum"itu dalam bahasa Inggris hanya ada dalam bidang ilmu teknik, khususnya dalam bidang fisika, mekanika atau dinamika. Bahkan dalam bidang teknik lain seperti teknik sipil, arsitektur, geologi sekalipun tak ada kata momentum, walaupun bidang itu juga mengenal kata moment dalam arti gaya puntir.

Dalam ilmu fisika, momentum adalah hasil kali antara massa dan kecepatan. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : ( P = M.V ), dimana P adalah momentum (kg.m/s),  M adalah massa(kg), dan  V adalah kecepatan (m/s). Jadi momentum adalah besaran yang dimiliki oleh sebuah benda atau partikel yang bergerak. Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia saya juga menemukan makna kata "momentum" adalah "saat yang tepat" atau "kesempatan".

Dari makna kata momentum di atas, sebenarnya saya pengen katakan bahwa hidup di dunia ini ada saatnya yang tepat untuk menerima dan memberi. Karena, apapun yang kita terima pada hakekatnya adalah hasil dari apa yang kita berikan. Saat menerima dan memberi inilah yang saya sebut sebagai kesempatan atau momentum. Ketika kita sedang sedih, maka saatnya kita bersabar hati dan bertawakal kepada Allah. Ketika kita gembira, maka saatnya kita untuk bisa berbagi kegembiraan itu pada sesama, sebagai wujud rasa syukur kita kepada Allah Swt.

Begitulah. "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan" (Al-Quran surat Al-Insyirah ayat 5-6). Kalimat ini begitu indah dan memberi kesan yang amat dalam. Dalam hidup kita, sebuah kesulitan akan selalu didampingi oleh kemudahan. Kesedihan akan berganti dengan kesenangan. Kelapangan akan menjadi ujung sebuah kesulitan. Kita terkadang terhempas pada saat-saat sedih melanda. Oleh karena itu,  ketika kita terjerembab dalam pengharapan yang belum terwujud, maka percayalah semua ada saatnya dan ada kessempatan lain, dimana kesulitan kita saat ini merupakan awal dari kemudahan yang akan kita peroleh.  Wallahu A'lam Bishshawwab.

Bekasi, 31 Oktober 2014.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun