Oleh. Purwalodra
[caption id="attachment_374074" align="alignright" width="300" caption="Foto koleksi pribadi"][/caption]
Dalam menjalani hidup sehari-hari, sering kita menemukan diri kita sendiri terjebak dalam situasi kesepian. Hal ini merupakan akibat dari peristiwa yang berat yang dialami dalam kehidupan kita. Misalnya, kehilangan keluarga, atau gagal dalam hubungan yang bermakna bagi kehidupan kita. Hal lain juga dipengaruhi oleh kecenderungan diri yang amat rapuh (sensitif) terhadap berbagai peristiwa hidup. Oleh karena itu, beragam penelitian dari berbagai bidang ilmu sampai pada satu kesimpulan, bahwa kesepian itu berbahaya. Ia mendorong orang untuk berpikir salah. Akibatnya, seseorang akan merasa kesal, dan bahkan mengalami depresi.
Mungkin perlu juga kita ketahui, bahwa efek kehidupan kota yang individualistis dan materialistis saat ini, sangat dimungkinkan banyak dari kita mengalami kesepian yang akut, dan banyak orang hidup dalam kesepian yang menggerogoti jiwa. Inilah salah satu keanehan terbesar masyarakat manusia di awal abad 21 ini. Apalagi ketika indikator kesuksesan seseorang diukur dengan nama besar (keterkenalan) dan beberlimpahan finansial. Seseorang yang merasa dirinya gagal, akan mudah terjangkiti penyakit kesepian. Namun demikian, kesepian bukanlah masalah baru di dalam hidup manusia. Pelbagai karya sastra klasik di berbagai peradaban manusia sudah menggambarkan situasi kesepian yang begitu mencekik jiwa manusia, namun ternyata mampu menghasilkan karya fenomenal di zamannya.
Lalu, bagaimana kita mampu memaknai kesepian tersebut agar kesepian yang kita alami saat ini, Â bisa menjadi satu bentuk jalan hidup kita yang juga membawa makna serta kebahagiaan. Pertama-tama harus kita akui bahwa kondisi kesepian itu menjadi bagian dari hidup kita sehari-hari, akibat dari dinamika interaksi antar manusia. Kemudian, kesepian yang kita alami tersebut bisa dijadikan sebagai waktu yang tepat untuk berpikir ulang tentang hidup kita. Kesepian adalah waktu untuk melakukan refleksi. Kita diajak untuk melihat apa yang sudah kita lakukan, sehingga kita sampai pada titik kesepian ini. Kita juga diajak untuk berpikir lebih mendalam, apa yang akan kita lakukan dengan berpijak pada kesepian yang kita rasakan sekarang ini. Kesepian membuat hidup kita menjadi lebih mendalam.
Kesepian yang kita alami juga bisa kita gunakan untuk meninjau kembali, apa yang sungguh penting di dalam hidup kita. Kita diajak untuk memikirkan ulang, apa yang sungguh bermakna di dalam hidup kita, sehingga itu layak untuk dikejar, walaupun sulit. Kita juga diajak untuk melepaskan apa yang palsu dan "membunuh" kita perlahan-lahan. Kesepian membuat kita sadar dan fokus pada apa yang sungguh penting dalam hidup kita, dan membuang jauh-jauh hal-hal yang jelek dan merusak hidup kita.
Selanjutnya, kesepian  juga bisa mengajak kita berpikir ulang tentang orang-orang yang ada di sekitar kita. Kita diajak untuk sungguh membedakan antara sahabat dan teman. Sahabat akan hadir dan menemani kita di waktu kesepian. Sementara, teman hanya akan tertawa saja. Kita lalu bisa sungguh fokus pada sahabat kita yang, walaupun sedikit, akan selalu bisa menjadi pilar penyangga dalam hidup kita. Ingatlah, bahwa kualitas hidup kita juga ditentukan oleh orang-orang yang ada di sekitar kita, yakni sahabat-sahabat kita. Jangan pernah takut untuk kehilangan teman, karena itu adalah bagian dari proses penyaringan untuk sungguh-sungguh mengetahui, siapa sahabat sejati kita, baik sekarang ataupun nanti.
Kesepian yang kita alami juga merupakan kesempatan kita untuk melihat dunia dengan cara yang berbeda. Di dalam kesepian, kita masuk dalam suatu keadaan gelap. Kita dipaksa untuk melepas semua pandangan dan keyakinan kita yang ada. Lalu, kita pun punya kesempatan untuk melihat dunia dengan cara yang sama sekali baru, dan mungkin lebih baik dari sebelumnya. Kesepian adalah saat untuk menjadi kreatif.
Terakhir, bahwa dengan persepsi  yang berbeda tentang kondisi kesepian ini, kita lalu mampu berpikir dengan cara yang berbeda. Kita pun lalu bisa bekerja dan berkarya dari sudut pandang yang berbeda. Inilah hakekat dari metode baru yang bisa membawa manusia ke arah kehidupan yang lebih baik. Kesepian bisa dimaknai sebagai saat untuk menjadi kreatif, menjadi penemu dan penerobos kebuntuan di dalam berbagai bidang kehidupan kita sebagai manusia. Wallahu A'lamu Bishshawwab.
Bekasi, 10 November 2014.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H