Oleh. Purwalodra
[caption id="attachment_402418" align="alignright" width="300" caption="Foto koleksi pribadi"][/caption]
Pada saat diskusi atau ngobrol santai, tak bertujuan, sering kita menemukan ide dasar untuk bahan tulisan. Point of view, arah tulisan, seakan-akan tergambar nyata, dikepala kita. Bahkan struktur dan pola tulisan, terbentuk dengan sendirinya. Bagi kita, yang akan menulis artikel ilmiahpun, ketika bahan terkumpul, data-data yang sudah dianggap valid, struktur dan sistematika sudah terencana baik, ternyata belum juga mampu membakar semangat, untuk mensegerakan tindakan menulis. Pertanyaannya, mengapa, ketika kita mulai menulis, seluruh gambaran yang tadi dianggap masih eksis, hilang tak berbekas ? Bagaimana hal itu bisa terjadi ? Nah, tulisan ini, insya Allah akan mengurai persoalan ide dan problematikanya dari sudut pandang saya ... he .. he .. he ...
Boleh jadi, kita merasa senang ketika tiba-tiba, entah darimana datangnya, muncul ide di batok kepala.  Dalam fikiran yang ditunggangi perasaan, kita berkeinginan mau menulis ini-itu, nanti malam. Bahkan catatan kecil di HP atau di sobekan kertas bon-bon tagihan hutang, dianggap mampu merekam ide/gagasan yang tertangkap dikepala kita. Ternyata, bukan main kesalnya kita, pada saat siap menulis, ide/gagasan itupun menguap bersama kekecewaan kita yang dalam. Meskipun sesajen kita, untuk menghadirkan ide tulisan, sudah siap disamping komputer. Tinggal diminum aja, tinggal ngunyah aja, n tinggal nelen aja.
Para ahli teori, yang belum tentu bisa menulis, kalau nggak dipaksa, mengatakan bahwa hilangnya ide menulis di sebabkan karena kondisi fisik kita kurang mendukung. Mulai dari gejala masuk angin, sampai koreng yang nggak sembuh-sembuh. Bercanda, jangan serius. Maksud saya begini, fenomena good mood, bukan monopoli aktivitas menulis saja. Aktivitas yang lainnya, seperti apel (bukan buah) ke rumah pacar, kalau nggak ada good mood juga akan menimbulakan bencana besar alias mandeg komunikasi serta keindahannya. Emang ada, yang apel pacar, nggak giood mood ?, banyak atuh kang !. Sebagai contoh, kisah Benyamin Syuaeb, dalam lagunya Nonton Bioskop !.
Good mood bermakna suasana hati. Good mood berkaitan langsung dengan suasana hati. Karena itu, tidak ada istilah 'menunggu mood'. Emang kalau menunggu good mood di pinggri kolam ikan ia akan datang? Nggak lah yaw. Suasana hati yang damai tidak menutup kemungkina akan melahirkan banyak inspirasi.
Sementara menurut saya, inspirasi adalah percikan ide-ide kreatif yang waktu dan tempatnya jarang kita kenali, kecuali kita sudah melatih-diri dengan proses pembiasaan. Inspirasi adalah akibat atau hasil dari proses pengembangan diri. Inspirasi merupakan penemuan momentum of "Aha". Inspirasi dapat kita munculkan dengan 'conditioning'. Artinya, kita mampu mengkondisikan apapun di dalam dari kita. Nah, mungkin dengan perasaan damai yang ada dalam diri kita maka inspirasi ini akan muncul dengan sendirinya. Salah satu caranya, temukan momen khusus yang menjadi kebiasaan untuk membuka dialog-diri, misalnya tengah malam atau saat kita berada di kamar mandi, atau banyak lagi yang lainnya.
Oleh karena itu, good mood ini juga merupakan metode dalam rangka memberi kenyamanan perasaaan alias menyamankan suasana hati. Kalau sudah nyaman, jangankan menulis, pekerjaan apa saja akan asyik dilakukan. Logika jangan dijungkarbalik. Tentu saja, untuk melakukan apapun, termasuk menulis, jangan menunggu perasaan kita nyaman dulu. Langsung aja menulis, nanti juga nyaman sendiri. Buktikan aja ... ???
Termasuk juga inspirasi, jangan tunggu dia, apalagi bertanya hei ... inspirasi, kau ada dimana ???. Untuk mengatasi hal ini, tentu saja mudah, ambil laptop dan ketik aja apa yang ada di kepala kita. Lama-lama kelar tuh tulisan. Kalau kita nggak paksakan begitu, sakitnya tuh di mana-mana !. Menulis hanya sebatas angan-angan aja. Oleh karena itu, sebabkan hadirnya good mood bersama kita. Caranya, dengan mendamaikan fikiran dan perasaan kita. Bikin agar terjadi gencatan senjata. Artinya, langsung dan segerakan untuk bertindak. Langsung aja menulis, jangan sampai menundanya. Karena ide menulis, selalu berubah dalam hitungan detik, menit, jam atau hari. Kemudian, jadikan fikiran dan perasaan kita sealamiah mungkin, maksudnya jangan terpengaruh dengan teori-teori menulis, apalagi menunggu inspirasi datang. Terakhir, menulis aja terus, jangan sampai berhenti, kecuali istirahat, makan dan sholat. Nah, dengan demikian, maka kita akan menulis dengan baik dan lancar-lancar aja kok. Begitu aja kok repot !!!.
Ingat, bahwa ide atau inspirasi itu ada dimana-mana, kapan saja dan tak terbatas jumlahnya. Ide tulisan, tidak bersifat positip atau negatif, ide tulisan itu netral dan alami sifatnya. Oleh karena itu, ide tulisan, tidak bisa dihakimi dan tidak bisa menghakimi, tidak bisa dinilai baik-buruknya, sebelum jadi sebuat tulisan. Bahkan ide tulisan adalah lautan tak bertepi. Ide tulisan adalah fikiran kita sendiri, lebih jauh lagi, ide tulisan adalah diri kita sendiri. Syukuri ketika ide tulisan melintas dibenak kita, perintahkan pada perasaan di hati kita, untuk berniat menulis ini dan itu. Kemudian, kalau tidak segera menuliskannya, lupakan !
Bagi seorang penulis, sangat pamali, menangkap ide dan memenjarakannya di batok kepala. Biasanya, saya membiarkan ide tulisan melintas, saya syukuri kehadirannya, dan membiarkannya pergi ke lain hati, jika saya sibuk dengan pekerjaan lainnya. Kalau nggak percaya, coba aja catat, dikertas, ide-ide tulisan yang melintas di benak kita, kemudian malamnya kita buka lagi catatan ide-ide tersebut. Perhatikan apa yang terjadi ! Pikiran dan perasaan kita akan berkelahi, saling tuduh, salah menyalahkan, kenapa ide tersebut tidak langsung dubuat tulisan aja tadi ! Sekarang ide itu sudah berubah, bukan ide tadi siang. Basi tau !!!. Kata istri kedua saya, kalau masa lalunya saya ganggu ?. Nah ... ujung-ujungnya, semangat menulis berakhir di catatan ide aja.