Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (Second)
Wira D. Purwalodra (Second) Mohon Tunggu... Dosen - Seorang Pembelajar dan Pencari Kebenaran.

Banyak mimpi yang harus kujalani dengan perasaan syukur dan ikhlas. Mimpi-mimpi ini selalu bersemi dalam lubuk jiwa, dan menjadikan aku lebih hidup. Jika kelak aku terjaga dalam mimpi-mimpi ini, pertanda keberadaanku akan segera berakhir .... dariku Wira Dharmapanti Purwalodra, yang selalu menjaga agar mimpi-mimpi ini tetap indah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Dalam 2 Hari, Besok Akan Menjadi Kemaren!

4 Desember 2014   17:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:04 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh. Purwalodra

[caption id="attachment_380516" align="alignright" width="300" caption="Foto Koleksi Pribadi"][/caption]

Tak terasa perjalanan panjang sekian puluh tahun lalu seakan baru kemaren terlalui. Detik-detik menegangkan, dan hari-hari yang indah meninggalkanku satu-satu. Ia menjadi sebungkus kenangan yang tak mungkin akan kembali, ia menjadi masa lalu yang indah hanya untuk di kenang. Semuanya mengikatku dalam gelembung kehidupan yang tak pernah kubayangkan, yang akan menjadi kejutan-kejutan di masa depan, dan melahirkan pertanyaan, "apa yang telah kuperbuat selama ini, untuk bekalku mati ?."

Sering aku menginginkan masa laluku kembali disini, hanya ingin sekedar merubah cerita dan kisah-kisahku di masa lalu yang tak pantas untuk masa depanku. Namun, apalah dayaku, lembar demi lembar kisah hidupku menjadi nisan yang membatu di sudut sanubariku, bersama penyesalan yang tak mudah hilang meski diguyur hujan berhari-hari sekalipun. Sekarang, aku dipaksa untuk menyadari bahwa waktu yang kumiliki begitu sempit. Sisa hidupku hanya tinggal menghitung detak jam, desir hari dan degup tahun demi tahun yang melesat cepat. Namun, apakah perlu aku menyesali semua perjalanan ini ?.

Keputusan-keputusan hidup yang berhasil kujalani, telah melenakanku dan melupakan nilai-nilai 'eling lan waspodo.' Kesalahan demi kesalahan seakan menjadi momok, meski aku sendiri tak pernah ragu dan malu menjalani berbagai kesalahan, berbagai kekeliruan, saat itu. Mungkin sudah semestinya aku melakukan hal yang dianggap keliru, untuk mengetahui dimana kebenaran itu berada. Dan, kadang aku menjadi orang yang paling benar di dunia, meski kebenaran itupun tidak memiliki subyektifitas atasnama diriku, tapi atasnama kebenaran orang lain. Aku masih dalam penjara mereka yang menganggap dirinya paling benar di dunia. Hidupku masih dalam bayang-bayang mereka yang menginginkanku hidup dengan berbagai cara dan fikiran-fikirannya. Sehingga ketika semua tersadarkan dan aku merasakan benar-benar hidup sekarang, aku tak lagi mampu menangisi masa laluku, aku tak lagi mampu menyesali jalan hidupku, dan aku seperti orang bodoh yang sedang menggunakan topeng kehidupan orang lain.

Gambaran kehidupanku yang pernah kutulis sepuluh-duapuluh tahun lalu, telah ditumbuhi lumut, tak terlihat lagi sebagai 'visi' kehidupan yang agung. Kehidupan yang menjadi tempatku berlabuh saat ini, hanya tinggal semak-semak yang penuh misteri. Mampukah aku membersihkan jalan hidup ini, sementara hampir semua orang menginginkanku agar tetap bernafas dalam kubangan lumpur hidup yang kubangun sendiri.

Ketika seorang Mario Teguh, menulis kata-kata bijaknya di FB yang menyatakan bahwa dalam 2 hari, besok akan menjadi kemaren. Maka sentuhan magisnya menegaskan padaku, bahwa hidupku sebagai manusia begitu terbatas.  Aku tidak bisa memperoleh apa yang aku inginkan dalam kehidupan ini. Namun, kerinduanku akan hal-hal yang berharga akan terus ada, yakni kerinduan akan kebenaran, kebaikan dan keindahan yang sejati. Dari titik inilah, aku mencoba menyimpulkan, bahwa kerinduan dan pengejaran akan kebaikan, kebenaran dan keindahan juga adalah kerinduan akan keabadianku.

Seiring dengan itu semua, cinta adalah kekuatan di balik semua perjalanan hidup ini. Cinta menjadikan semua kisah hidupku di masa lalu menjadi abadi. Mungkin aku perlu mengecat kembali serta memperindah ruang dan waktuku dimasa lalu dengan cinta. Karena hidup manusia adalah bentuk dari kerinduan, yakni kerinduan pada kebaikan, kebenaran dan keindahan yang sejati. Inilah yang menjadi penghubung antara manusia dengan Tuhannya. Ini  juga yang menjadi keunggulan manusia, jika dibandingkan dengan makhluk ciptaan-Nya.  Manusia adalah mahluk yang dengan cintanya terus berusaha untuk mencari ketiga hal itu, yakni : kebaikan, kebenaran dan keindahan.

Kebahagiaan juga merupakan hal yang ingin diraih manusia, tetapi tidak akan pernah bisa diperolehnya. Kebahagiaan bisa didekati, tetapi tidak akan pernah bisa digenggam dan dimiliki. Walaupun begitu, kita, manusia, terus berusaha untuk menggapainya. Dorongan terdalam dari sikap selalu mencari ini adalah cinta. Cintalah yang mendorong manusia untuk terus berusaha mencari, walaupun tak pernah menemukan. Cintalah yang mendorong manusia untuk maju terus, tanpa pernah sampai pada tujuan yang diinginkan. Cinta adalah kekuatan dasar manusia yang membuatnya terus bergerak, walaupun tidak ada arah yang ingin digenggam.

Sekarang bagiku, apapun yang pernah kulakukan di masa lalu adalah bagian yang indah dari kehidupan ini. Karena saat ini, aku mampu membuatnya indah, membuatnya menjadi sesuatu yang benar dan menjadi  sumber kebaikanku di masa yang akan datang. Tidak perlu lagi penyesalan, yang ada hanya hikmah yang tesembunyi dibalik peristiwa itu. Sekarang, yang menjadi prinsipku, "mung sa'dermo nglakoni." Wallahu A'lamu Bishshawwab.

Bekasi, 04 Desember 2914.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun