Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (Second)
Wira D. Purwalodra (Second) Mohon Tunggu... Dosen - Seorang Pembelajar dan Pencari Kebenaran.

Banyak mimpi yang harus kujalani dengan perasaan syukur dan ikhlas. Mimpi-mimpi ini selalu bersemi dalam lubuk jiwa, dan menjadikan aku lebih hidup. Jika kelak aku terjaga dalam mimpi-mimpi ini, pertanda keberadaanku akan segera berakhir .... dariku Wira Dharmapanti Purwalodra, yang selalu menjaga agar mimpi-mimpi ini tetap indah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berani Bertanya, “Ada Apa Denganku ?”

12 Oktober 2015   08:46 Diperbarui: 17 Oktober 2015   23:12 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh. Purwalodra

Seperti yang penah diungkap oleh Stevent Covey dalam bukunya The Seven Habits, bahwa watak atawa kharakter seseorang bisa diperbaiki melalui paradigmanya tentang kehidupan. Pikiran seseorang menjadi sumber dari watak seseorang. Dengan pikirannya, ia berperilaku. Dengan perilakunya yang sama secara terus-menuerus, kemudian membentuk kebiasaan. Dengan kebiasaannya, akan membentuk budaya individu, yang berakhir pada kharakter sesorang. Sehingga, kita bisa katakan bahwa pikiran seseorang akan membentuk perilaku, perilaku menjadi kebiasaan, dan kebiasaan membentuk kharakter seseorang.

Pikiran seseorang bukanlah orang tersebut. Pikiran berdiri sendiri. Ketika perbuatan kita selalu mengikuti pikiran, maka boleh jadi, kita akan menjadi budak dari pikiran kita sendiri. Pada saat pikiran kita menguasai diri kita, maka tindakan kita memiliki potensi kegagalan. Karena, semua kekacauan hidup ini berakar pada kegagalan kita menata diri sendiri. Kita gagal menata pikiran dan kemudian juga gagal menata kehidupan bersama yang berpijak pada kesejahteraan hidup. Lebih dari itu, kegagalan tata kelola kehidupan kita, juga membawa kerusakan pada lingkungan pergaulan kita

Mengapa kita gagal menata hidup kita sendiri ? Mengapa kita gagal membangun hidup bersama yang saling mendamaikan dan saling memberi kenyamanan ? Mengapa kita gagal membangun hubungan yang baik dengan Suami atawa Istri kita? Mengapa kita menghancurkan hidup kita sendiri ?.

Ternyata pikiran kita dipenuhi oleh racun. Akibatnya, pikiran kita tak lagi mampu melihat keadaan secara jelas dan tepat. Pikiran kita pun tidak bisa bersikap menanggapi keadaan dengan tepat. Racun ini berkembang dari kesalahan berpikir yang diajarkan selama ini kepada kita, lalu berkembang menjadi kebiasaan sekaligus bagian dari kepribadian dan watak kita sehari-hari.

Racun yang pertama adalah kesalahan berpikir mendasar tentang waktu. Kita percaya, bahwa masa lalu itu ada. Akhirnya, banyak orang terjebak pada masa lalu. Ia hidup di dalam penderitaan, akibat kenangan atas masa lalu yang gelap, yang sebenarnya sudah tidak ada. Banyak orang juga yakin, bahwa masa depan itu ada. Akhirnya, mereka sibuk bekerja, guna menata masa depan. Orang yang pikirannya terus berayun di antara masa lalu dan masa depan, akan terus hidup dalam penyesalan masa lalu, dan ketakutan akan masa depan. Pikirannya dipenuhi ketegangan dan penderitaan.

Hidup kita akan menjadi sarat dengan ketakutan dan penyesalan, dan tidak akan pernah menemukan kedamaian pada saat ini. Kita lalu hidup di dalam penderitaan, dan akhirnya membuat orang lain juga ikut menderita. Kemudian, kita akan mencari segala cara untuk menemukan kedamaian, jika perlu dengan menghancurkan orang lain, guna memuaskan kebutuhan pribadi kita. Ketakutan akan masa depan juga membuat kita menumpuk harta secara buta, jika perlu dengan korupsi, menipu dan merugikan orang lain.

Selanjutnya, pikiran yang selalu curiga dan prasangka juga menjadi racun dalam pikiran kita. Pikiran curiga berarti pikiran yang selalu melihat orang lain dari sisinya yang paling buruk. Pikiran curiga lalu menghasilkan prasangka. Kita pun tidak lagi dapat melihat dunia apa adanya, tetapi selalu dengan kaca mata curiga dan prasangka. Singkat kata, kita selalu melihat dunia dan orang lain sebagai musuh yang mengancam dirinya.

Sikap curiga dan prasangka membuat kita membenci orang lain. Kita tak merasa ragu membuat orang lain menderita dan sakit hati, selama kebutuhan kita terpenuhi. Curiga dan prasangka juga membuat kita menjadi tak peduli dengan penderitaan orang lain. Curiga dan prasangka adalah akar dari kebencian dan konflik yang melanda begitu banyak kehidupan seseorang. Kita akan selalu menganggap orang lain sebagai orang gila dan psikopat, padahal pikiran kita sendirilah yang sejak lama menjadi psikopat ?!.

Berikutnya, adalah terkait dengan pikiran dualistik-dikotomik yang selalu kita pelihara. Artinya, pikiran yang melihat dunia dengan kaca mata hitam-putih. Dalam hal ini, ada pihak yang benar secara absolut, dan ada pihak yang salah secara absolut. Dalam pikiran dualistik-dikotomik, tidak ada jalan tengah. Keduanya harus saling menghancurkan satu sama lain. Memelihara pikiran dikotomik ini merupakan cara berpikir kawan-lawan. Kita akan selalu menganggap kita berada pada pihakyang paling benar, sementara orang lain rendah dan pihak yang salah, oleh karena itu harus dihancurkan.

Pikiran yang menyesatkan dan menjadi racun dalam hidup kita berikutnya adalah selalu merasa kurang. Kita  tidak pernah merasa cukup dengan apa yang ada. Kita sudah punya satu mobil, tetapi kemudian merasa kurang, dan membeli mobil yang baru. Hidup kita tidak mengalami ketercukupan secara material. Pikiran kita selalu melahirkan keinginan yang lebih dari orang lain. Akar dari dorongan ini adalah rasa tidak cukup di dalam hati. Kita bahkan bersedia untuk mengorbankan orang lain, demi memuaskan kebutuhan kita. Pikiran yang selalu ingin menambah dan rakus ini membuat kita, dan segala sesuatu di sekitar kita, menderita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun