Selain itu, agama juga berfokus pada keyakinan dan doktrin yang dianggap benar oleh Agama tersebut. Setiap agama memiliki seperangkat kepercayaan yang dianggap fundamental dan tidak boleh diragukan. Para pengikut agama diharapkan untuk mengikuti keyakinan ini secara tulus dan tidak mempertanyakan ajaran-ajaran tersebut. Di sisi lain, spiritualitas memberikan kebebasan untuk menjelajahi berbagai konsep dan teori. Individu yang menjalani spiritualitas tidak terikat oleh sistem keyakinan tertentu, melainkan mereka diberikan kebebasan untuk mencari kebenaran sendiri.
Kebebasan dalam spiritualitas juga tercermin dalam hubungan dengan alam semesta. Agama sering kali menempatkan manusia sebagai makhluk yang lebih tinggi daripada alam semesta. Dalam agama-agama tertentu, manusia dianggap memiliki pengaruh dan kewenangan yang besar terhadap alam semesta. Di sisi lain, spiritualitas mengajarkan tentang saling keterkaitan manusia dengan alam semesta. Spiritualitas memandang alam semesta sebagai sesuatu yang hidup, dan bahwa manusia merupakan bagian yang tak terpisahkan darinya. Dalam spiritualitas, manusia dihubungkan secara emosional dan spiritual dengan alam semesta.
Spiritualitas pada Zaman Mesir Kuno.
Pada zaman Mesir kuno, ada seorang raja yang memerintah dengan kekuasaan besar yang menurutnya melebihi Tuhan siapapun, namanya Fir'aun. Ia dikenal sebagai sosok raja yang kejam, sombong dan diktator, namun di balik itu semua, ada sisi spiritualitas yang mengilhaminya. Spiritualitas raja Fir'aun di Mesir ini, ternyata menjadi cerita yang menarik bagi banyak orang, meskipun kediktatorannya juga menjadi pelajarannya yang sangat berharga.
Fir'aun lahir dalam keluarga bangsawan yang sangat taat pada agama Mesir kuno. Sejak kecil, ia diperkenalkan dengan praktik-praktik spiritual yang melibatkan dewa-dewa mereka. Keluarganya menyediakan guru-guru terbaik untuk memberikan pelatihan kepada Fir'aun mengenai agama mereka. Namun, Fir'aun merasa tidak puas hanya dengan itu. Ia memiliki hasrat dan keinginan yang lebih dalam terhadap spiritualitas, yang membuatnya mulai menjelajahi berbagai praktik yang lebih mendalam.
Di masa remajanya, Fir'aun sering berkunjung ke kuil-kuil suci, guna mengamati praktik-praktik ritual yang dilakukan oleh para pemimpin agama mereka. Ia merasa kagum pada kedalaman keyakinan dan kekuatan spiritual yang ada dalam praktik-praktik ritual penyembahan pada Tuhan mereka. Dari sanalah Fir'aun mulai tertarik untuk mengeksplorasi lebih jauh tentang hubungan manusia dengan dunia spiritual.
Ketertarikan Fir'aun pada spiritualitas semakin mendalam, ketika ia bertemu dengan seorang peramal terkenal, yang menjanjikan kepadanya pengetahuan dan wawasan yang lebih dalam. Firaun rela membayar mahal untuk memperoleh kebijaksanaan yang dijanjikan sang peramal. Peramal tersebut mengajarkan Fir'aun tentang praktik-praktik meditasi dan kontemplasi yang berfungsi untuk menghubungkan diri secara lebih dalam dengan realitas spiritual. Fir'aun dengan tekun melatih dirinya dalam meditasi dan kontemplasi, mengarahkan pikiran dan perasaannya ke dalam dunia spiritual. Ia mempelajari cara mengendalikan pikiran dan energi yang ada dalam dirinya.
Melalui praktik-praktik spiritualnya, Fir'aun mulai memperoleh wawasan yang lebih dalam tentang alam semesta. Ia percaya bahwa semua kehidupan di Bumi ini saling terkait dan berhubungan satu sama lain. Fir'aun mampu merasakan kehadiran kekuatan spiritual yang lebih tinggi dalam dirinya, memberinya pemahaman yang lebih dalam tentang hakikat kehidupan. Daya tarik Firaun terhadap spiritualitas semakin mempengaruhi kepemimpinannya. Ia mulai mengubah cara berpikir dan bertindak dalam memerintah Mesir. Fir'aun menekankan pada pentingnya keadilan dan kesejahteraan rakyatnya dengan berdasarkan prinsip-prinsip spiritual yang ia pelajari.
Spiritualitas Fir'aun juga terlihat dalam perlakuan dan penghormatannya terhadap alam. Ia memandang alam sebagai hadiah dari dewa-dewa dan berusaha untuk menjaga keharmonisan dengan alam tersebut. Firaun memberikan perintah kepada 'abdi dalem' istana untuk menjaga dan melindungi sumber alam yang dimiliki Mesir. Namun, walaupun Fir'aun telah menemukan sisi spiritualitasnya, ia tetaplah seorang raja yang penuh ambisi, rakus kekuasaan, dan diktator. Kehidupannya yang keras dan kejam membuatnya terus memperluas dan mempertahankan kekuasaannya, bahkan dengan mengorbankan nyawa jutaan rakyatnya.
Perlu diketahui, bahwa tidak semua diktator memiliki keyakinan keagamaan atau praktik spiritual tertentu. Beberapa di antaranya mungkin mengabaikan aspek spiritualitas sepenuhnya, sementara yang lain mungkin skeptis atau bahkan ateis. Pada titik ini, diketahui bahwa tidak ada satupun pola spiritualitas yang dapat diterapkan pada para diktator. Ini lebih merupakan studi kasus secara individual, dan bagaimana kepercayaan atau keyakinan para diktator tersebut, mempengaruhi tindakan politik mereka.
Pada akhirnya, penting untuk kita ketahui bahwa spiritualitas dapat muncul dalam berbagai bentuk, bahkan di tengah kejahatan dan penindasaan sekalipun. Spiritualitas para diktator merupakan contoh nyata, bagaimana keyakinan dan praktik spiritual dapat bergantung pada orang itu sendiri dan bisa digunakan untuk memperkuat atau membenarkan kekuasaan mereka. Tetapi, kita juga harus membuka pikiran kita, bahwa spiritualitas yang sejati melibatkan kebaikan dan moralitas yang menawarkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya. Wallahu A'lamu Bishshawwab.