Mohon tunggu...
Dian Sidharta
Dian Sidharta Mohon Tunggu... -

Warga Negara Indonesia, Suka mikir yang gak penting-penting

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

66 Tahun Indonesiaku : Negeri Puber Yang -semoga- Menuju Negeri Dewasa Nan Mulia...

16 Agustus 2011   13:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:43 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

66 tahun adalah masa yang cukup panjang dalam perjalanan hidup manusia dan dapat dikatakan sudah memasuki usia senja atau tua bagi manusia, tidak demikian halnya dengan perjalanan suatu bangsa, atau usia suatu Negara.66 tahun adalah usia yang dapat dikatakan sangat muda bagi suatu Negara yang dicita-citakan akan berdiri dan berdaulat sepanjang masa.

Bila kita melihat siklus kehidupan manusia yaitu, lahir, tumbuh menjadi balita/anak-anak, remaja, dewasa dan tua serta kemudian mati, mungkin hal tersebut juga dialami suatu Negara dalam perjalanan hidupnya.

Negara Indonesia dapat dikatakan lahir sebagai suatu Negara republik sejak 17 Agustus 1945, tanggal yang selalu kita peringati sebagai Hari Kemerdekaan RI.Dalam perkembangannya sebagai bayi (bangsa) yang baru lahir, Indonesia pun kemudian mendapatkan banyak simpati dari Negara lain yang mendukung dan berbahagia atas kelahirannya.Hingga kemudian Indonesai tumbuh sebagai anak yang lincah dan kemudian terkesan arogan seperti halnya balita di usia 4 tahun yang dalam bahasa Jawa dikenal sebagai masa “kemratu-ratu.”

Pada masa kemratu-ratu tersebut, ulah seorang anak balita akan selalu merasa berkuasa, dia akan sangat posesif terhadap barang miliknya atau barang yang ada dalam kekuasaannya.Mungkin inilah yang terjadi ketika Bangsa Indonesia mulai berani menunjukkan egonya dengan menarik diri dari keanggotaan PBB dan gerakan-gerakan lainnya yang pada intinya melawan dominasi Negara-negara barat yang dengan sombongnya menyatakan sebagai Negara maju (developed) sementara kita dianggap sebagai Negara –under- developing.

Pertumbuhan pun berlanjut kembali dimasa Orde baru dimana setelah Balita Negara kita menjadi anak yang manis dan patuh serta lebih bisa mengalah diantara teman-teman sepermainannya.Namun sayangnya kemudian sebagai anak, kita terjerembab dalam suatu kesalahan karena kita lebih silau dengan penampilan teman sepermainan dan lain-lain sehingga kita lebih memilih berhutang yang pada akhirnya menjatuhkan pemerintahan dan disusul dengan tuntutan reformasi.

Lalu, apakah yang sedang dialami bangsa ini di saat sekarang??

Era reformasi 1998 dapat saya katakan bahwa kita memasuki masa remaja yang berlanjut hingga kini.Masa remaja adalah masa mencari identitas diri, kita masih sibuk mencari siapakah kita dan sering serba salah dengan keadaan yang sedang kita alami serta suka membanding-bandingkan dengan keadaan orang lain yang kita anggap lebih baik.Dalam hal Negara hal tersebut juga terjadi, ketika Pak Habibie berkuasa, kita pun menyatakan ketidakpuasan kita dan kemudian MPR menurunkan beliau sebelum masa jabatannya berakhir.

Disusul kemudian dengan terpilihnya Gus Dur sebagai presiden, kelugasan Gus Dur dalam menyampaikan sesuatu juga dipermasalahkan, hingga akhirnya Gus Dur pun digantikan Megawati.Kebalikan dari Gus Dur, waktu itu banyak sekali masyarakat yang kesal dengan gaya kepemimpinan Ibu Mega yang konon “pendiam”.Banyak sebutan dengan nada sinis ditujukan kepada beliau saking diemnya.Masyarakat pun tidak puas hingga akhirnya Ibu Mega pun tidak terpilih lagi karena rakyat berharap pada sosok pemimpin yang tidak seperti Ibu Mega.Dan pilihanpun jatuh pada Bapak SBY.

Apakah dengan terpilihnya SBY kemudian rakyat terpuaskan dan kemudian tidak ada suara miring lagi??Ternyata tidak demikian, SBY pun tidak terlepas dari kritikan bahkan cemoohan dari beberapa elemen rakyat, mulai dari presiden peragu hingga suka curhat dan lain-lain.

Lalu sebenarnya apa yang diinginkan rakyat??Apakah rakyat menginginkan kebaikan dan kejujuran terjadi di negeri ini? Yang pada gilirannya akan membawa negeri ini mencapai cita-cita kemerdekaan?Ataukan rakyat hanya sekeda menginginkan berita gembira dari pelosok negeri?Ataukah rakyat ingin berita keadaan sesungguhnya negarai ini dari suatu stasiun TV dengan berita atau wawancara tendensius dan kemudian terungkat bahwa stasiun TW tersebut adalah milik tokoh politik yang berambisi memimpin negeri tercinta ini.Yang pada intinya memberitakan kekurangan atau kebobrokan pemerintah saat ini kemudian di sisi lain secara halus mulaui mengangkat citra pemiliknya yang kebetulan tokoh suatu parti politik.Ataukah sebenarnya Rakyat menginginkan sesosok pemimpin atau sekedar sosok pengamat yang dengan lihainya menyampaikan pendapatnya tentang kekurangan pemerintahan saat ini tanpa disertai solusi.Kalaupun ada, solusinya adalah solusi “lucu” yang terkadang kurang membumi?

Entahlah apa yang saat ini terjadi, tapi sebagaimana di nyatakan sebelumnya tentang keadaan Negara yang bagaikan sosok pemuda yang sedang mencari jati dirinya, mungkin inilah yang sedang terjadi.

Selain itu dapat dilihat bahwa masa remaja ini dikenal sebagai masa puber dimana semua hal yang dialami merupakan sesuatu yang serba salah.Sebagaimana seorang pemuda yang bila diatur dia akan marah dan merasa di kekang, sementara bila orang tuanya memberikan kebebasan dia akan merasa tidak diperhatikan.Lalu harus bagaimanakah orang tua ini?

Inilah yang terjadi saat ini di Indonesia dalam usia 66 tahun ini, segala keburukan nampaknya terbuka di depan mata kita saat ini, hingga sebagian kita menyatakan kerinduannya pada rejim terdahulu yang mungkin diturunkan oleh mereka juga.Kebobrokan yang mungkin kita rasakan sekarang dapat kita samakan dengan munculnya jerawat yang sangat banyak di muka kita pada saat kita PUBER...Bahkanbeberapa orang menyatakan masa ini adalah Jaman Edan, namun saya masih tetap yakin bahwa kita tidaklah edan, tapi memang masanya sedang masa Puber...

Memang Negara ini sedang puber, tidak hanya pemerintahannya namun juga rakyatnya semuanya dalam keadaan serba salah.Pemerintah tegas dikatakan otoriter, pemerintah hati-hati dikatakan lembek, demikian juga rakyatnya.Rakyat jujur dimusuhi tetangganya.. apalagi rakyat gak jujur.. ??

Lalu apakah yang harus kita lakukan saat ini??

Bila mengingat hal diatas, maka saya teringat pendapat seorang tokoh, yang menyatakan bahwa “dalam keadaan Negara yang sedang kacau, sebaiknya kita tidak teriak atau melakukan sesuatu yang merusak, akan lebih baik apabila kita melakukan apa yang menjadi tugas dan kewajiban kita dengan sebaik-baiknya.Karena bila nanti saatnya Negara kita sudah mulai tenang dan membaik, maka ilmu yang kita dapat selama melakukan kewajiban kita di masa sebelumnya pastilah akan berguna, sementara orang-orang yang berteriak akan tetap berteriak untuk keadaan yang baik tersebut, karena memang mereka bisanya hanya Teriak...

Semoga segala jerawat dapat sembuh dan pulih kembali untuk kemudian wajah bangsa ini terlihat cantik disertai dengan segala perbaikan di dalam diri sehingga menjadi Negara dewasa yang bisa mewujudkan cita-cita Poklamasi...

DIRGAHAYU INDONESIAKU 17 Agustus 1945 – 17 Agustus 2011 ...

Jayalah Bangsaku, Mulialah Negeriku.. INDONESIA ...

Sumber gambar: 1. seasite.niu.edu

2. nieamore.wordpress.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun