Mohon tunggu...
Windu Merdekawati
Windu Merdekawati Mohon Tunggu... Penulis - Petualang hidup

Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

18-Energi Asia untuk Dunia

2 Agustus 2018   06:19 Diperbarui: 2 Agustus 2018   06:39 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

*Asian Games sebagai simbol momentum bersatunya kekuatan Asia untuk kemajuan peradaban dunia ke arah yang lebih baik*

(*akhirnya bisa posting, setelah kemarin tidak bisa log in karena sedang ada maintenance di akun saya sepertinya)

Di tengah hectic-nya deadline tugas akhir, tetiba pingin menulis sesuatu terkait Asian Games. Tetapi saya tidak akan mengulas tentang atlet ataupun persiapannya dll, hanya ingin menulis sesuatu dari perspektif saya (*mulai overthinking-nya, hehe).

Walaupun ini bukan pertama kalinya Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games, tetapi tetap saja ini momen yang istimewa. 

Menurut informasi, Asian Games 2018 sebenarnya sudah memilih Vietnam sebagai negara tuan rumah, ajang perhelatan olahraga akbar se-Asia tersebut sudah dipastikan akan diselenggarakan di Hanoi. 

Namun rupanya takdir berkata lain, akibat krisis finansial akhirnya Vietnam undur diri, melepaskan kesempatan sebagai tuan rumah Asian Games 2018. Kesempatan ini lalu dibidik oleh Indonesia dengan mengajukan diri dan menyatakan kesiapannya sebagai tuan rumah Asian Games 2018. 

Sejarah mencatat, pada tahun 1962 di era pemerintahan Presiden Sukarno, Indonesia pernah dipercaya sebagai tuan rumah Asian Games ke-4. Jakarta tepatnya di stadion Gelora Bung Karno menjadi tempat penyelenggaraannya. 

Tantangan pada masa itu cukup berat, usia kemerdekaan Indonesia pada saat itu baru di angka 17 tahun (ibarat masih abege), ekonomi nasional belum stabil, namun saat itu Indonesia mampu membuktikan, Asian Games 1962 tetap berlangsung sukses dan meriah.

Flashback sejenak tentang sejarah terselenggaranya Asian Games. Pada Agustus1948, pada saat Olimpiade di London, perwakilan India, Guru Dutt Sondhi mengusulkan kepada para pemimpin kontingen dari negara-negara Asia untuk mengadakan Asian Games. Seluruh perwakilan tersebut menyetujui pembentukan Federasi Atletik Asia. 

Panitia persiapan dibentuk untuk membuat rancangan piagam untuk federasi atletik amatir Asia. Pada Februari1949, federasi atletik Asia terbentuk dan menggunakan nama Federasi Asian Games (Asian Games Federation). Dan menyepakati untuk mengadakan Asian Games pertama pada 1951 di New Delhi, ibu kota India

Mereka sepakat Asian Games akan diselenggarakan setiap empat tahun sekali. Semangat tersebut konon dilatarbelakangi oleh keinginan negara-negara Asia untuk menunjukkan supremasi kekuasaan dan kekuatan Asia dengan cara yang lebih damai dan saling pengertian. Perlu diketahui, pada masa itu sejumlah negara di Asia baru saja menerima kemerdekaannya setelah Perang Dunia II.  

Saya jadi teringat di tahun 2011, saya menemukan buku menarik karya Kishore Mahbubani berjudul "Asia Hemisfer Baru Dunia". 

Buku ini menceritakan pengamatan dan prediksi penulis tentang kebangkitan Asia yang diistilahkannya sebagai gerakan "March to Modernity". 

Kebangkitan Asia akan membawa angin segar menuju perubahan dunia ke arah yang lebih baik, dunia universal yang lebih etis, lebih stabil dan lebih damai. Prestasi tertinggi peradaban manusia dicapai tidak hanya ketika bangsa-bangsa menghentikan perang, tetapi ketika bangsa-bangsa itu mencapai prospek zero untuk perang. Begitulah kurang lebih isi dari buku ini. Sepertinya saya perlu membaca ulang buku itu, banyak prediksi yang akhir-akhir ini terbukti.

foto pribadi
foto pribadi
Kembali ke topik Asian Games

Jika kita cermati, pelaksanaan Asian Games kali ini bisa dikatakan identik dengan angka “18”. Iya..kebetulan angka ini adalah angka favorit saya, karena angka tersebut adalah tanggal ketika Ibu saya berjuang melahirkan saya ke bumi ini (*intermezo sedikit ya) . 

Asian Games yang ke-18 ini jatuh pada tahun 2018 dan dibuka pada tanggal 18 Agustus, kolaborasi angka yang indah. 

Saya jadi teringat dengan Dr. Wayne Dyer dalam suatu talkshow-nya beliau mengatakan tentang angka 18. Angka 18 didefinisikannya sebagai “being at one with infinite” simbol kekuatan yang tak terhingga, kebesaran Tuhan YME.

Semoga ajang perhelatan akbar Asian Games kali ini dapat menjadi momentum kebangkitan kekuatan Asia untuk kehidupan dunia yang lebih baik. 

Tentunya segala sesuatu dimulai dari diri sendiri, berbenah diri, introspeksi diri, terlepas apakah kita orang Asia, Afrika, Amerika, dll atribut apapun itu, karena pada dasarnya kita semua sama-sama makhluk penghuni Bumi, tempat tinggal kita yang perlu kita jaga sebaik-baiknya agar kehidupan tentram dan damai.

“We are One, We are Love”

saya suka lirik lagunya Agnez Mo ini 


Sumber:

https://sport.detik.com/advertorial-news-block/3044102/jadi-tuan-rumah-asian-games-2018-indonesia-pertaruhkan-nama-baik

https://id.wikipedia.org/wiki/Pesta_Olahraga_Asia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun